Dampak Perubahan Iklim, Gelombang Panas Menghantam Dasar Lautan

By Ricky Jenihansen, Senin, 27 Maret 2023 | 07:00 WIB
Gelombang panas akan menghantam dasar lautan sebagai akibat perubahan iklim. Visualisasi satelit ini menggambarkan fitur batimetri dari Cekungan Samudra Atlantik barat. (NOAA)

Nationalgeographic.co.id—Para ilmuwan fisika di NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) Amerika Serikat menemukan dampak parah perubahan iklim bagi lautan. Mereka menunjukkan ada gelombang panas yang akan menghantam dasar lautan Bumi.

Menurut mereka, itu bisa menjadi masalah besar bagi makhluk hidup di dasar lautan. Dan apa yang disebut "gelombang panas dasar laut" ini dapat menghancurkan karena bertahan lebih lama daripada gelombang panas permukaan.

Gelombang panas ini dapat memengaruhi banyak spesies utama, seperti lobster dan ikan kod. Temuan tersebut telah dijelaskan di Nature Communications baru-baru ini dengan judul "Bottom marine heatwaves along the continental shelves of North America."

Perlu diketahui, bahwa sudah lama diketahui bahwa lonjakan suhu air permukaan dapat merusak ekosistem laut. Misalnya, dari tahun 2013 hingga 2016, perairan permukaan Samudra Pasifik di sepanjang garis pantai Amerika Utara menghangat dalam fenomena yang dijuluki "gumpalan".

Peristiwa itu telah menyebabkan kematian 1 juta burung laut karena sumber makanan utama mereka (ikan) terdampak parah. Dan sekarang, sesuatu yang serupa meresap di perairan yang lebih dalam.

"Ini adalah fenomena global," kata penulis utama Dillon Amaya, seorang ilmuwan riset di Laboratorium Ilmu Fisika NOAA di Boulder, Colorado, mengatakan kepada Live Science.

Lautan telah menyerap sekitar 90% kelebihan panas dari pemanasan global. (Nature)

"Kami melihat gelombang panas laut (dasar) terjadi di sekitar Australia dan di tempat-tempat seperti laut Mediterania dan Tasmania. Ini bukan sesuatu yang unik di Amerika Utara."

Lautan telah menyerap sekitar 90% kelebihan panas dari pemanasan global akibat perubahan iklim. Ini telah menyebabkan peningkatan sekitar 1,8 derajat Fahrenheit (1 derajat Celsius) selama 100 tahun terakhir, menurut NASA.

Kenaikan ini telah menghasilkan peningkatan 50% gelombang panas permukaan laut dalam dekade terakhir, kata para peneliti dalam sebuah pernyataan.

Tetapi para ilmuwan tidak memiliki gambaran yang jelas tentang bagaimana kedalaman lautan merespons ketika suhu permukaan melonjak.

Untuk memahami bagaimana perubahan suhu atmosfer memengaruhi dasar laut, para ilmuwan menggunakan pengukuran yang ada untuk mensimulasikan kondisi atmosfer dan arus laut untuk "mengisi kekosongan" ekosistem dasar laut yang sulit diakses.