Empati dan Kemampuan Berbagi Emosi pada Manusia Berasal dari Lautan

By Ricky Jenihansen, Rabu, 29 Maret 2023 | 16:00 WIB
Asal usul empati dan kemampuan berbagi emosi pada manusia adalah dari lautan. (Matthias Clamer/Getty Images)

Nationalgeographic.co.id—Studi baru yang dipimpin oleh para peneliti Instituto Gulbenkian de Ciência di Portugal telah menemukan asal usul empati dan kemampuan berbagi emosi pada manusia. Mereka memberikan bukti mekanisme kimiawi di bali penyebaran rasa takut di antara ikan zebra.

Semua kehidupan di dunia berasal dari lautan dan temuan tersebut mengisyaratkan, bahwa empati manusia dapat berasal dari nenek moyang akuatik kita ratusan juta tahun yang lalu.

Manusia mungkin bisa menangis terisak dan tertawa di waktu yang hampir sama saat menonton film komedi romantis. Tapi studi baru tersebut telah menunjukan bahwa hewan lain juga memiliki kemampuan berbagi emosi yang sama.

Temuan tersebut telah dipublikasikan Science baru-baru ini dengan judul "Evolutionarily conserved role of oxytocin in social fear contagion in zebrafish."

Para peneliti menjelaskan, melihat anggota lain dari kelompok sosial bereaksi ketakutan berguna untuk mengantisipasi bahaya. Dengan banyak mata yang mengawasi, Anda memiliki peluang lebih baik untuk bertahan hidup.

Ikan tidak terkecuali. Studi tentang ikan zebra (Danio rerio) memberikan wawasan tentang transmisi respons peringatan mereka, yang disajikan sebagai perilaku yang tidak menentu.

Mungkin yang mengejutkan, tingkat ketakutan yang dialami pengamat tergantung pada apakah teman mereka terlihat tertekan atau orang asing. Semakin besar keakraban antara ikan, semakin besar respons stres pada pengamat yang menyaksikan kesulitan itu terungkap.

Semua kehidupan di dunia berasal dari lautan. (NPR)

Pusat pensinyalan emosional pada hewan seperti kita adalah peptida oksitosin. Meskipun umumnya disebut sebagai hormon cinta, berkat caranya mempromosikan keterlibatan sosial, aturannya atas biologi hewan jauh lebih rumit.

Untuk lebih memahami peran hormon dalam transmisi rasa takut pada ikan zebra, para peneliti menggunakan varietas mutan yang telah merusak versi bahan kimia dan dua reseptornya.

Karena ikan zebra, seperti yang lainnya dalam urutannya, melepaskan isyarat kimiawi dari kulitnya saat terluka yang juga memicu respons pada individu di sekitarnya.

Tim menempatkan ikan yang tidak dikenal ke dalam tangki terpisah di mana mereka masih dapat melihat ikan lain berenang. Ini memungkinkan mereka mengubah kontrol, menambah atau menahan isyarat kimiawi ke air sesuka hati.