Iktikaf Ramadan Dipanagara di Masjid Imogiri Mendorong Perang Jawa

By Galih Pranata, Kamis, 30 Maret 2023 | 09:00 WIB
Masjid Pajimatan Imogiri atau Masjid Sultan Agung Hanyokrokusumo adalah masjid yang terletak di Desa Pajimatan, Kelurahan Wukirsari, Kecamatan Imogiri yang bernuansa Jawa klasik. DI masjid inilah Dipanagara beriktikaf selama Ramadan hingga mendorong meletusnya Perang Jawa. (Fandy Aprianto Rohman/Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Pangeran Dipanagara selayaknya aktor utama dalam Perang Jawa (Java Oorlog), adalah sosok yang lekat dengan ajaran Islam, bahkan disebut-sebut termasuk dalam kalangan ulama.

Perannya tentu tak lepas dari tempatnya bersamadi (berkhalwat) di gua-gua hingga masjid. Salah satu bangunan masjid yang punya histori panjang dengan Dipanagara adalah Masjid Pajimatan Imogiri atau Masjid Kagungan Ndalem.

"Masjid Kagungan Ndalem adalah yang dimiliki raja (Mataram)," tulis Endah Tisnawati dan Dita Ayu Rani Natalia dalam Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 berjudul Tipologi Masjid Kagungan Dalem di Imogiri, Bantul yang terbit pada 2017.

Pada dasarnya, masjid ini dibangun oleh Sultan Agung, Raja Mataram pada tahun 1650. Diberi nama "Kagungan Ndalem" atau kepemilikan abdi dalem karena merujuk pada masjid tempat peribadatan para abdi dalem kerajaan yang berjaga di kawasan Imogiri.

Masjid ini berada di kompleks pemakaman para raja Jawa di Imogiri, tepatnya berada di 

Konon, di tempat inilah Pangeran Dipanagara mulai tumbuh dengan pemahaman Islam yang kuat. Ia tumbuh dan dibesarkan oleh eyang buyutnya yang merupakan istri dari Hamengkubuwana I, Nyai Ageng Tegalrejo.

Perang Jawa sampai di Gawok, Sukoharjo, Jawa Tengah. (JP de Veer/Wikimedia)

Dipanagara yang merupakan putra dari Hamengkubuwana III kerap diajaknya ke masjid ini sejak kecil. Inilah yang kemudian membuat masjid ini terasa spesial bagi Dipanagara.

Sepanjang momentum Ramadan selalu jadi salah satu ajang bagi Dipanagara untuk menyendiri dan menemukan ilham dalam mendekatkan diri kepada Allah. Dari jumat ke jumat dijadikannya tempat khusyuk untuk beribadah dan salat jumat bersama para abdinya.

Tidak hanya di Masjid Pajimatan Imogiri saja, selama Ramadan, Dipanagara memiliki banyak waktu untuk bermunajat kepada Allah seperti yang dilakukannya pada tahun 1825. Di bulan suci ini digunakannya untuk menyendiri di gua Song Kamal di Pajimatan, Imogiri.

Ia mengisi waktunya selama bulan suci dengan berdzikir, namun dalam versi babad, disebutnya ia tengah samadi. Dalam suasana khusyuknya, ia mengaku bahwa ia didatangi oleh Sunan Kalijaga yang menyebut dirinya akan menjadi seorang raja kelak.

Dalam Babad Diponegoro, disebutkan bahwa setelahnya Dipanagara menjadi gusar. Ia lantas menyibukkan dirinya dengan beriktikaf di Masjid Kagungan Ndalem yang juga dikenal dengan Masjid Pajimatan Imogiri.