Masjid Aqsunqur Ibrahim Agha, Masjid Biru Kekaisaran Ottoman di Mesir

By Galih Pranata, Jumat, 31 Maret 2023 | 11:00 WIB
Masjid Aqsunqur yang menakjubkan menjadi warisan Ottoman dan pengaruh Islam yang luar biasa di Mesir (Cairo Top Tours)

Nationalgeographic.co.id—Julukannya, Masjid Biru. Masjid ini merupakan masjid terbesar di Distrik Bab al-Wazir Kairo. Bangunan berkubah ini menjadi contoh arsitektur religius awal Mamluk yang luar biasa. Keberadaannya menjadi salah satu mahakarya arsitektur Islam di Mesir.

Nama resminya, Masjid Aqsunqur Ibrahim Agha, atau biasa dikenal juga sebagai Masjid Mustafzan atau Ibrahim Agha.

"Masjid itu dibangun oleh Pangeran Aq Sunqur, salah satu Sultan Mamluk Qalawun di distrik Al-Darb Al-Ahmar, Jalan Bab Al-Wazir, Kegubernuran Kairo di Mesir," tulis Sharad Tiwari.

Ia menulisnya untuk Cairo Top Tours dalam sebuah artikel berjudul Aqsunqur Mosque: Amir Aqsunqur mosque yang diterbitkan pada 22 Januari 2023. Selain berjulukan "masjid biru", Sharad menyebut bahwa masjid ini dijuluki juga sebagai "suar biru" yang menjadi tengara di sekitarnya.

Masjid ini awalnya didirikan oleh pangeran Mamluk bernama Shams al-Din Aq Sunqur al-Farqani al-Silahdar atau Pangeran Aq Sunqur pada tahun 1277 M. Kemudian, masjid ini terus berkembang dan mengalami sejumlah revitalisasi di era Kekaisaran Ottoman saat menduduki Mesir.

Pangeran Aq Sunqur merupakan menantu dari mantan sultan an-Nasir Muhammad. Ia dikenal sebagai salah satu amir terkemuka di istana yang terakhir. Pengaruh Aq Sunqur dalam urusan kesultanan tumbuh pada masa pemerintahan penerus an-Nasir. Sultan an-Nasir Muhammad wafat 1340.

Pada abad ke-15, Masjid Aqsunqur dilaporkan dalam kondisi yang memprihatinkan karena hilangnya dana wakaf dari Suriah. Karena keterbatasan dana, Masjid Aqsunqur hanya digunakan untuk salat Jumat dan hari besar Islam saja.

Kemudian, antara 1652 dan 1654, Emir Ibrahim Agha al-Mustahfizan memulai proyek renovasi besar-besaran untuk Masjid Aqsunqur. Ibrahim merupakan seorang jenderal Janissari dari Kekaisaran Ottoman.

Ia membantu memulihkan atap dan arkadenya. Dia juga menambahkan kolom untuk mendukung tempat salat di bagian serambi selatan masjid berupa aula.

Secara signifikan, Emir Ibrahim Agha telah mendekorasi bangunan dengan ubin biru dan hijau, sehingga masjid tersebut memiliki nama tidak resmi sebagai "Masjid Biru". Ia mengimpor ubin mewah itu dari Konstantinopel dan Damaskus.

Setelah banyak restorasi, Masjid Aqsunqur tampak kian menjadi megah. Sejalan dengan tradisi Ottoman saat itu, alhasil masjid itu secara resmi diganti namanya menjadi "Masjid Ibrahim Agha".

Bangunan ini terletak di belakang Court of Appeal di Darb Saada di distrik Bab al-Khalq di distrik Kairo tengah. Lebar masjid sekitar 80 meter dan panjangnya 100 meter. 

Tata letaknya terdiri dari bidang persegi panjang. Bagian tengahnya adalah halaman terbuka yang dikelilingi oleh empat iwan, yang terbesar adalah kiblat iwan.

Iwan, dalam bahasa Arab, merujuk pada aula atau ruang persegi panjang, biasanya berkubah, berdinding di tiga sisi.

Masjid ini dibangun pada tahun 1347 M, dengan gaya Mamluk di atas permakaman orang Kairo. Itu terbukti tatkala dimulai penggalian untuk meletakkan fondasinya, para pembangunnya menemukan struktur dan kerangka orang yang terkubur di sana.

Pusara Ibrahim Agha di dalam Masjid Aqsunqur. (Wikimedia Commons)

Aqsunqur memiliki tiga pintu: satu di fasad barat, satu lagi di fasad utara, dan yang ketiga di fasad timur, dan kubah tempat suci melekat padanya. Peti serambi timur ditutupi dengan ubin ubin biru yang indah.

Fasad utama masjid terletak di sisi barat Jalan Bab al-Wazir, dan di tengahnya terdapat pintu masuk utama yang masuk dari azimuth dinding fasad sekitar dua meter. Fasad itu diatapi oleh sebuah lengkungan yang dibawa dengan pita.

Baca Juga: Mimar Sinan, Arsitek Legendaris Ottoman yang Merestorasi Hagia Sophia

Baca Juga: Arsitektur Masjid Córdoba: Simbolisme Islam-Kristen di Spanyol

Baca Juga: Jejak Mansa Musa: Muslim Kaya Mendirikan Masjid Lumpur yang Megah

Baca Juga: Arkeolog Israel Menemukan Salah Satu Masjid Tertua di Dunia di Rahat 

Di dalamnya berisi sebuah mimbar marmer, yang sisi-sisinya terbuat dari marmer berwarna. Pagar, simpul, dan kubahnya dihiasi dengan berbagai dekorasi, pintunya dimahkotai dengan kornis dan memiliki dua daun jendela dari tatakan kayu.

Masjid ini memiliki mihrab yang dilapisi dengan marmer dan batu bata dengan motif bunga di dinding bagian dalam. Kubah mausoleum dan peti timur serambi ditutupi dengan ubin faience biru yang indah.

Ibrahim Agha membangun mausoleumnya di sini, yang juga dihiasi ubin marmer, di aula selatan. Mausoleum itu dibangun menggunakan gaya arsitektur khas Mamluk.

Pada tahun 1908 Masjid Aqsunqur dipugar oleh Comité de Conservation des Monuments de l'Art Arabe. Gempa bumi Kairo tahun 1992 merusak lengkungan serambi masjid, tetapi diperkuat oleh pemerintah Mesir pada pertengahan 1990-an untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.

Kabar terakhir, masjid ini sempat ditutup selama hampir 21 tahun sejak 1992 setelah gempa bumi yang melanda Mesir tahun ini. Masjid dipulihkan selama empat tahun dengan biaya $2 juta, lalu dibuka kembali pada tahun 2013 sampai hari ini.