Jauhar, Tradisi Wanita India Bakar Diri Massal demi Jaga Kehormatan

By Hanny Nur Fadhilah, Senin, 10 April 2023 | 15:21 WIB
Ilustrasi Jauhar, tradisi bakar diri demi menjaga kehormatan. (Wikimedia Commons)

​​Menurut kisah fiksi pengepungan dalam puisi epik abad ke-16 Padmavat, Sultan mendengar tentang kecantikan Rani Padmani, dan berusaha menambahkannya ke haremnya. Oleh karena itu memacu pengepungan Benteng Chittorgarh.

Sultan mengirim utusan ke Rana, mengatakan bahwa dia akan menyelamatkan benteng jika dia melihat Rani sekilas. Rana Rawal Ratan Singh menyetujui permintaannya, dan Alauddin Khilji masuk ke benteng tanpa senjata, dan melihat sekilas Rani Padmini melalui cermin. Ketika Rana mengirim tamunya, dia disergap dengan licik dan ditangkap oleh orang-orang Sultan di gerbang luar bentengnya sendiri. 

Saat berita penangkapan Rana Rawal Ratan Singh sampai di benteng, catatan puitis mengikuti bahwa Rani Padmini menyusun rencana untuk menyelamatkan suaminya.

Mengirim utusan ke Sultan, Rani setuju untuk bergabung dengan Alauddin Khilji. Namun dengan syarat dia ditemani oleh 700 wanita yang sesuai dengan statusnya. 

Baca Juga: Mengintip Tradisi Unik Ramadan yang Ada di India, Seperti Apa?

 Baca Juga: Praktik Sati, ketika Janda di India Bakar Diri setelah Kematian Suami

 Baca Juga: Selidik Janda yang Kehilangan Dukungan Sosial dan Risiko Depresi

 Baca Juga: Inilah Kota Vrindavan India, Tempat Tinggal Para Janda Terlantar

Di setiap tandu yang digunakan untuk membawa para wanita ini, Rani menyembunyikan beberapa prajurit Rajput yang bersenjata lengkap. Dengan melakukan itu, Rani dapat menyelundupkan beberapa ribu prajurit (termasuk para pembawa tandu) ke dalam kamp Alauddin Khilji dan menyelamatkan suaminya. 

Meskipun Rana berhasil diselamatkan, pertempuran sengit terjadi di gerbang luar benteng, dan para prajurit Rajput, bersama dengan Rana, tewas. Alih-alih menyerah kepada Alauddin Khilji, Rani Padmini, para wanita dan anak-anak dikatakan melakukan Jauhar, sedangkan pria yang tersisa melakukan Saka keesokan paginya.

Kisah yang berasal dari karya puisi Malik Muhammad Jayasi ini diangkat menjadi film Padmavati yang dirilis pada 2018 lalu. Namun film tersebut banyak menuai kontroversi dan dianggap melakukan distorsi sejarah serta dikhwatirkan membuat penonton salah paham mengenai Islam.

Bahkan penolakan film ini sempat diwarnai aksi penembakan di lokasi syuting, perusakan bioskop hingga ancaman serangan fisik pada pemeran utama Padmavati, Deepika Padukone. 

Meski begitu, setelah beberapa kali ditunda pada akhirnya film ini tetap tayang dengan berganti judul menjadi Padmaavat.