Nationalgeographic.co.id—Seperti dinasti-dinasti lainnya di Kekaisaran Tiongkok, Dinasti Shang juga memiliki pemimpin yang luar biasa. Salah satunya adalah Wu Ding, raja ke-23 dari Dinasti Shang. "Dinasti Shang merupakan dinasti Tiongkok pertama yang meninggalkan catatan sejarah," tulis Denis C. Twitchett di laman Britannica. Dinasti ini diperkirakan berkuasa sekitar tahun 1600 hingga 1046 Sebelum Masehi.
Prestasinya diketahui dari hasil penggalian prasasti-prasasti yang berasal dari masa pemerintahannya. Selama lebih dari setengah abad pemerintahannya, ia mengembangkan dan memperluas kerajaannya.
Raja Wu Ding memiliki lebih dari 60 selir seumur hidupnya. Tiga di antaranya lebih unggul dari yang lain dan terlibat aktif dalam politik di kerajaan.
Tapi Fu Hao (atau Fu Zi) adalah salah satu permaisurinya yang terkenal dan dipercaya sebagai selir favorit Raja Wu Ding. Fu Hao juga merupakan marsekal wanita pertama dalam sejarah Tiongkok dengan prestasi militer yang luar biasa.
Pangeran rendah hati yang tumbuh di antara rakyat
Ketika Wu Ding masih muda, ayahnya mengirimnya untuk bekerja dengan warga sipil. Sang ayah memberinya kesempatan bagus untuk lebih dekat dan memahami sepenuhnya kehidupan rakyat. Raja berharap agar putra mahkota memahami kebutuhan nyata rakyatnya kelak jika ia bertakhta.
Dia menjadi raja berikutnya setelah ayahnya meninggal.
Sebagai seorang raja, dia tidak senang setelah mengetahui bahwa hanya ada sedikit pejabat yang cerdas dan berkualitas di pemerintahannya. Sebaliknya, yang membantunya justru bangsawan yang kuat dan tidak cakap.
Wu Ding membiarkan menterinya yang paling tepercaya bertanggung jawab selama tiga tahun. Di saat yang sama, sang raja menghabiskan waktu mengamati dan belajar tentang situasi politik kerajaannya dari sudut pandang pengamat.
Bertemu dengan menteri yang cakap namun misterius
Suatu malam, Raja Wu Ding bermimpi tentang seorang suci bernama Yue. Dalam mimpinya itu Yue berkata, "Jika kamu memiliki kesempatan untuk menemukanku, kamu akan tahu kemampuanku."
Saat terbangun, dia menggambar rupa Yue yang muncul di mimpinya itu. Wu Ding kemudian mengirim banyak orang untuk mencoba menemukan orang suci ini.
Segera, seorang budak yang bekerja sebagai pekerja konstruksi terlihat persis seperti orang suci dalam mimpi raja. Ia pun segera dipanggil ke istana.
Tidak diragukan lagi, orang ini terbukti sangat luar biasa, berwawasan luas, dan mengesankan.
Kemudian Wu Ding menamai pekerja budak ini Yue dan menominasikannya sebagai perdana menteri paling kuat di kerajaannya.
Prestasi luar biasa Raja Wu Ding
Dibantu oleh Yue, Raja Wu Ding memperkuat kekuasaan terpusat dengan memonopoli upacara pengorbanan. Ia memberdayakan lebih banyak orang berbakat dari semua latar belakang. Dengan begitu, Wu Ding secara bertahap mengakhiri hak politik anggota bangsawan.
Akibatnya, pemerintah pusat menjadi sangat efisien dan diisi oleh pejabat yang cerdas dan berkualitas.
Selain itu, Wu Ding dan Yue terus memperluas wilayahnya. Tidak semua klan atau rezim mau menurut pada Dinasti Shang. Yang pertama dilakukan Dinasti Shang adalah mengalahkan mereka dalam perang.
Selanjutnya, setelah berhasil di medan perang, mereka mencoba berhubungan dengan klan tersebut melalui pernikahan. Dinasti Shang juga membantu mereka membangun tembok kota dan rumah, atau membagi dan menghadiahkan tanah kepada jenderal hebat lainnya. Secara perlahan, klan atau rezim ini pun mulai tunduk pada Dinasti Shang dan menganggap Wu Ding sebagai raja mereka.
Dengan melakukan ini, lebih banyak wilayah berhasil digabungkan. Saat itu, banyak klan dan rezim mematuhi dan terintegrasi dengan baik ke dalam Dinasti Shang.
Kehidupan Cinta Raja Wu Ding
Raja Wu Ding memiliki total sekitar 60 selir. Lady Fu Hao adalah permaisuri kesayangannya dan marsekal terbaiknya.
Wu Ding dan Fu Hao adalah dua jenderal paling penting dan luar biasa di masa itu. Mereka mengalahkan musuh dan memperluas wilayah kerajaan. Bersama-sama, mereka menerapkan dan berhasil dalam perang penyergapan pertama dalam sejarah.
Setelah Fu Hao meninggal muda, Wu Ding menguburkannya di istananya. Sang raja yang patah hati itu sering meramal untuk melihat apakah dia baik-baik saja di dunia lain.
Setiap kali sebelum dia berangkat ke medan perang, dia akan mengadakan upacara pengorbanan besar untuk menyembah permaisurinya. Itu dilakukan untuk meminta restunya.
Baca Juga: Fuji An: Raja Tiongkok Biseksual Terlalu Royal yang Dikhianati
Baca Juga: Qin Hui, Pengkhianat Terbesar Sejarah Tiongkok yang Penuh Dendam
Baca Juga: Kisah Kasim Kekaisaran Tiongkok yang Licik, Korup, dan Haus Kekuasaan
Baca Juga: Petaka yang Mengakhiri Kekuasaan Dinasti Song di Kekaisaran Tiongkok
Dia bahkan mengadakan tiga pernikahan lagi untuk Fu Hao dengan raja-raja sebelumnya dari Dinasti Shang. Wu Ding mencoba meminta leluhurnya untuk merawat permaisurinya di akhirat.
Raja Wu Ding memiliki tiga putra yang didokumentasikan secara resmi.
Putra pertama, seorang pangeran yang dihormati. Ia dibesarkan sebagai ahli waris yang sah dan dikirim untuk bekerja sebagai warga sipil. Itu sama seperti yang dialami Wu Ding di tahun-tahun awalnya. Namun sayangnya, pangeran cakap itu meninggal muda.
Wu Ding kemudian merencanakan untuk memberikan takhta kepada putra ketiganya, yang sangat cerdas dan sopan. Tetapi pangeran ini menolak dan meninggalkan istana karena menurutnya kakak laki-lakinya yang kedua harus menjadi ahli waris yang sah.
Oleh karena itu, setelah Wu Ding meninggal, putra keduanya menjadi raja berikutnya. Raja mud aitu kemudian mencalonkan adik laki-lakinya, putra ketiga Wu Ding, sebagai putra mahkota.
Masa pemerintahan Raja Wu Ding dan kedua putranya adalah era kemakmuran terakhir dari Dinasti Shang.