Robert Falcon Scott dan Rentetan Bencana Ekspedisi Antarktika

By Sysilia Tanhati, Rabu, 19 April 2023 | 12:00 WIB
Robert Falcon Scott melakukan ekspedisi ke Antarktika. Tidak diharapkan, ekspedisinya pun berubah menjadi bencana. (Henry Bowers)

Bersama dengan kendaraan yang dirancang khusus, Scott memilih ski, kereta luncur anjing, dan kuda poni Manchuria. “Yang terakhir ini terbukti tidak cocok dengan kondisi Antarktika,” kata Beyer.

Pada 15 Juni 1910, kapal penangkap ikan paus tua yang dimodifikasi berlayar dari Cardiff menuju Cape Town. Robert Falcon Scott tinggal di Inggris untuk mengumpulkan lebih banyak dana dan kemudian bertemu dengan kapal itu di Cape Town.

Mereka kemudian berlayar ke timur. Setibanya di Australia, Scott menerima telegram yang memberitahukan bahwa Roald Amundsen dari Norwegia sedang berusaha mencapai kutub. Scott menyadari bahwa dia sedang berlomba untuk menjadi tim pertama yang mencapai Antarktika.

Ekspedisi berpapasan dengan nasib buruk sejak awal. Kapal hampir tenggelam dalam badai di dekat Selandia Baru dan terjebak dalam bongkahan es selama 20 hari. Ini menunda jadwal secara signifikan dan membuat sisa misi lebih berbahaya. Pasalnya, hanya tersisa sedikit waktu untuk mempersiapkan musim dingin Antarktika.

Sesampainya di Antarktika, tim langsung kehilangan salah satu kereta luncur motor. Saat sedang diturunkan, kereta luncur itu menembus es tipis dan tenggelam ke laut. Di tengah kondisi cuaca yang buruk, tim menyiapkan titik depo sebagai basis operasi. Pada titik ini, jelas bahwa kuda poni adalah ide yang buruk. Empat di antaranya mati karena kedinginan atau ditembak karena memperlambat tim.

Selain tim Scott, ada dua tim untuk melakukan survei geologis. Yang pertama berlangsung antara Januari dan Maret 1911. Yang kedua berlangsung dari November 1911 hingga Februari 1912, bersamaan dengan upaya tim Scott untuk mencapai Kutub Selatan.

Scott dan timnya akhirnya mencapai Kutub Selatan namun mereka bukan yang pertama. Tim Norwegia telah menancapkan benderanya dan menjadi tim pertama yang berhasil. (Lawrence Oates/National Library of Australia)

Selama musim dingin tahun 1911, sebuah tim melakukan perjalanan ke Tanjung Crozier untuk mengambil telur penguin kaisar. Perjalanan itu sukses, tapi mereka menghadapi hambatan yang bisa membuat anggotanya meninggal. Salah satu anggota tim menyebutnya sebagai perjalanan terburuk di dunia.

Pada tanggal 1 November 1911, pawai ke Kutub Utara pun dimulai. Motor, anjing, kereta luncur, dan 16 orang berangkat, dan membuat gudang persediaan. Para pria akan kembali ketika pekerjaan mereka selesai. Dengan demikian, tim perlahan menyusut hingga tersisa delapan. Setelah melintasi rintangan utama Gletser Beardmore, Robert Scott memilih timnya yang terdiri dari lima orang. Ia memerintahkan tiga orang lainnya untuk kembali. Bersama Scott, Edward Adrian Wilson, Henry Robertson Bowers, Lawrence Edward Grace Oates, dan Edgar Evans mencoba untuk Kutub Selatan.

Pada 17 Januari 1912, tim Scott mencapai Kutub Selatan, tetapi itu bukan peristiwa yang menggembirakan. Tim lain mengibarkan bendera Norwegia di salju, dengan bangga menyatakan bahwa Amundsen telah sampai di sana lebih dulu.

Perjalanan pulang yang penuh bencana

Meski sangat kecewa, Robert Falcon Scott tetap bersemangat. Tim membuat kemajuan yang baik selama 3 minggu berikutnya. Namun, kondisi fisik anggota tim memprihatinkan. Edgar Evans menderita radang dingin dan Edward Oates menderita penyakit di kakinya.