Nationalgeographic.co.id—Setiap musim pancaroba, pilek dan batuk kerap menjadi dua jenis penyakit yang diidap oleh banyak orang. Keduanya sering terjadi secara bersamaan sehingga menimbulkan pertanyaan, mengapa pilek sering disertai batuk?
Batuk dan pilek adalah dua penyakit yang berbeda. Namun, pilek yang diidap manusia sering disertai dengan batuk.
Laman halodoc.com mengungkapkan penyebabnya. Saat virus pilek menyerang tubuh melalui lapisan hidung, tubuh merespons dengan melawan virus tersebut dengan melepaskan senyawa mediator peradangan yaitu bradikinin. Senyawa inilah yang membuat tenggorokan terasa sakit.
Mediator lain yang juga dilepaskan untuk melawan virus pilek adalah tachykinin, peptida, dan leukotrien. Seluruh mediator tersebut menjadi salah satu penyebab munculnya batuk saat pilek.
Produksi lendir yang berlebih saat pilek bisa merangsang reseptor saraf sehingga menyebabkan batuk. Hal ini terjadi akibat adanya rangsangan lendir ke ujung saraf di saluran napas.
Medical News Today juga pernah menjabarkan bahwa batuk adalah refleks normal untuk membersihkan saluran napas dari partikel kecil, mikroorganisme, lendir, atau makanan atau minuman yang secara tidak sengaja masuk ke “pipa yang salah”.
Namun, ketika kita terserang pilek atau infeksi flu yang mengganggu, batuk mengambil dimensi baru.
Rasa gatal ringan di tenggorokan bisa jadi adalah tanda pertama infeksi saluran pernapasan bagian atas. Kondisi ini dengan mudah bisa berubah menjadi batuk kering yang parah, dan kemungkinan besar diikuti oleh batuk yang mengeluarkan lendir yang bisa sangat tidak nyaman.
Jadi, mengapa kita batuk saat terkena flu atau pilek?
Dalam sebuah artikel di jurnal BMJ Open Respiratory Research, Profesor Alyn Morice, kepala pengobatan pernapasan di Centre for Cardiovascular and Metabolic Research di Hull York Medical School di Inggris, menjelaskan betapa sulitnya mempelajari batuk.
Manusia secara alami terinfeksi oleh rhinovirus, yang merupakan penyebab selesma, atau virus flu, yang menyebabkan influenza. Namun, manusia yang sakit ini tidak menjadi subjek penelitian yang baik karena gejalanya sangat bervariasi dari orang ke orang.
Meski para ilmuwan tidak dapat menyepakati satu mekanisme definitif yang menimbulkan batuk melenguh, ada beberapa teori, kata Profesor Morice.