Belajar dari India: Adaptasi Petani Hadapi Dampak Perubahan Iklim

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 25 April 2023 | 20:16 WIB
Sebagai negara yang memiliki makanan pokok dengan Indonesia, petani di India beradaptasi dan memilih varietas tangguh. (rajbhor52/Pixabay)

Nationalgeographic.co.id - Bukan barang baru mengetahui bahwa perubahan iklim punya dampak pada hasil panen pertanian.

Selama beberapa dekade terakhir, dampaknya semakin nyata pada pasokan pangan yang langka, sehingga menimbulkan kenaikan harga.

Di India, makanan pokoknya adalah biji-bijian seperti di Indonesia. Perubahan iklim punya dampak jangka panjang dan pendek pada makanan jenis ini yang perlu diperhatikan demi ketahanan pangan. Problematika itu diungkap dalam sebuah penelitian di jurnal Agricultural Economics, Maret 2023.

Penelitian bertajuk "Distributional heterogeneity in climate change impacts and adaptation: Evidence from Indian agriculture" itu mendapati bahwa petani di India dan beberapa varietas dapat beradaptasi terhadap perubahan iklim.

Temuan itu diungkap ketika para peneliti melihat jangka panjang yang disebabkan iklim, dan pendek yang disebabkan perubahan cuaca.

Selama ini penelitian terkait dampak perubahan iklim dan pertanian menengok pada perubahan cuaca yang sebenarnya berdampak pada jangka pendek. 

Atas dasar itulah penelitian terbaru mereka meneliti variasi cuaca. Sebab, selama iklim menerpa pada suatu kawasan, cuaca yang yang ada akan bervariasi dan berubah-ubah.

"Sebagian besar penelitian yang mengukur dampak perubahan iklim perubahan dari tahun ke tahun, yang mewakili variasi cuaca dan bukan iklim," terang Madhu Khanna, profesor pertanian dan ekonomi University of Illinois yang menjadi peneliti senior makalah ini, dikutip dari rilis.

“Kami ingin melihat apakah efek penyimpangan jangka pendek pada suhu ekstrem dan curah hujan signifikan jika dibandingkan dengan rata-rata jangka panjangnya dan apakah efeknya tidak ada dalam jangka panjang karena petani beradaptasi dengan perubahan iklim,” lanjutnya.

Data yang mereka kumpulkan adalah suhu, curah hujan, panjang musim tanam, dan hasil panen selama 60 tahun.

Dari sini, para peneliti membuat model yang berbeda untuk respons tanaman jangka pendek dan jangka panjang.

“Kami menemukan bahwa para petani dapat beradaptasi dengan perubahan suhu untuk beras dan jagung, tetapi tidak untuk gandum. Peningkatan curah hujan meningkatkan hasil beras, tetapi berdampak buruk pada hasil gandum dan jagung,” kata Khanna.

“Kami juga menemukan bahwa petani menyesuaikan strategi mereka di berbagai wilayah dan tanaman. Misalnya, distrik yang rawan panas bernasib lebih baik pada suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan distrik di daerah yang lebih dingin.”

Hasil ini diungkap dengan analisis mereka akan perbedaan suhu dan dampaknya pada salah satu model dari data yang dihasilkan. Jika tidak ada dampak, tidak ada adaptasi.

Akan tetapi, dampak jangka pendeknya lebih buruk yang tandanya bahwa petani sudah mampu beradaptasi dan menyesuaikan dampaknya.

“Dampaknya lebih tinggi di bagian bawah distribusi, tetapi lebih rendah di bagian atas distribusi,”  kata pemimpin peneliti Surender Kumar dari Delhi School of Economics, University of Delhi.

Dia menjelaskan bahwa petani yang bekerja di daerah penghasil pangan lebih tinggi, lebih banyak mengambil tindakan adaptasi.

Tentunya terdapat ketidakadilan bagi petani yang memang berada di daerah kurang produktif.

Baca Juga: Wanita Lebih Berpengaruh dari Laki-Laki di Masyarakat Petani Sulawesi

Baca Juga: Bagaimana Kehidupan Sehari-hari Petani Pada Abad Pertengahan?

Baca Juga: Teknik Pertanian Tradisional Asia Tenggara Bisa Menjadi Solusi Global

Baca Juga: Menyeimbangkan Pertanian Pangan 8 Miliar Manusia dan Ekosistem Dunia

“Daerah yang lebih produktif memiliki fasilitas irigasi yang lebih baik dan kurang bergantung pada musim hujan, sehingga perbedaan antara dampak jangka panjang dan jangka pendek dapat diabaikan,” lanjut Kumar.

Oleh karena itu, agar tanaman pertanian bisa berdaptasi, petani bisa mengubah praktik manajemen mereka atau memilih varietas yang lebih kuat.

Cara ini, menurut para peneliti, dapat diambil untuk meningkatkan varietas benih, sekaligus memperkuat pemahaman petani tentang cara beradaptasi terhadap perubahan iklim.

“Studi ini adalah bagian dari upaya keseluruhan kami untuk membangun pemahaman di berbagai negara. Di masa lalu, kami melakukan penelitian serupa di AS dan sekarang kami melakukannya untuk India. Sangat menarik bahwa hasil penelitian ini memberi tahu kita bahwa di kedua negara, meskipun ada dampak negatif iklim, tanamannya beradaptasi,” kata Khanna.

“Kita perlu mengambil pandangan holistik dari berbagai cara di mana perubahan iklim mempengaruhi hasil panen, yang jelas merupakan masalah yang sangat menantang dan kompleks," ungkapnya, "dan memahami bahwa berfokus pada dimensi tertentu dari perubahan iklim dan mengadaptasi tanaman mungkin tidak cukup.”