Nationalgeographic.co.id - Setelah lama membingungkan banyak ahli arkeologi, patung unik Mesir kuno yang disebut "impossible" atau "mustahil" akhirnya terpecahkan. Patung tersebut diperkirakan menggambarkan identitas Firaun dan orang non-kerajaan yang menjadi bukti penyembahan Firaun di masa lalu.
Patung tersebut menggambarkan dua individu, dengan salah satunya adalah seorang Firaun. Namun, tidak semua orang setuju dengan penilaian baru tersebut.
Patung 3D, yang dipahat dari batu kapur, memperlihatkan patung Firaun yang duduk di pangkuan orang yang sedang berlutut.
Patung Firaun tidak seukuran aslinya, dan ditampilkan mengenakan mahkota biru (terkadang disebut mahkota perang) dengan uraeus (ular) di atasnya. Karya seni tersebut sekarang disimpan di Museum Nasional Skotlandia.
Di Mesir kuno, Firaun tidak digambarkan bersama orang non-kerajaan dalam patung 3D, hal itulah yang membuat patung ini unik dan terlihat mustahil.
Margaret Maitland, kurator utama Mediterania kuno di Museum Nasional Skotlandia, menuliskan hal tersebut dalam makalah yang diterbitkan dalam buku Deir el-Medina: Through Kaleidoskop (Franco Cosimo Panini Editore, 2022).
Volume ini adalah hasil lokakarya yang diadakan di Museo Egizio dari tanggal 8 hingga 10 Oktober 2018. Lokakarya internasional “Deir el-Medina Through the Kaleidoscope”.
Buku tersebut menyoroti penelitian yang sedang berlangsung yang berfokus pada sejarah penggalian arkeologi dan kegiatan lapangan baru-baru ini sebagai baik kajian budaya materi tertulis maupun tidak tertulis.
Koleksi museum, arsip, budaya material, data filologi dan arkeologi dimasukkan ke dalam dialog multidisiplin satu sama lain dalam upaya untuk merekonstruksi sejarah sosial-ekonomi Deir el-Medina.
Maitland juga menulis posting blog tentang patung tersebut pada tahun 2022, mencatat bahwa kehadiran orang non-kerajaan dengan Firaun membuatnya tampak seperti patung yang "imposible" atau "tidak mungkin".
Maitland melakukan penelitian arsip untuk menentukan dari mana patung itu berasal dari Mesir. Dia menemukan bahwa itu digali di Deir el-Medina, sebuah situs dekat Lembah para Raja, pada tahun 1850-an oleh tim yang dipimpin oleh arkeolog Skotlandia Alexander Henry Rhind.
"Orang-orang kuno yang tinggal di Deir el-Medina bertanggung jawab membangun makam para Firaun," katanya.