Cleopatra, Politisi Cerdik dengan Kemampuan Merayu yang Luar Biasa

By Sysilia Tanhati, Selasa, 2 Mei 2023 | 21:00 WIB
Cleopatra adalah politisi cerdik yang menggunakan rayuannya untuk menjatuhkan musuh. 2.000 tahun setelah kematiannya, pesonanya terus memikat. (Louis Gauffier/Scottish National Gallery )

Nationalgeographic.co.id—Apakah Cleopatra cantik? Belum pasti. Apakah dia menawan? Mungkin. Yang pasti, penguasa Mesir itu adalah politisi cerdik yang cenderung menggunakan rayuannya untuk menjatuhkan musuh.

Cleopatra VII menggunakan rayuan dan kecerdasan politik untuk memajukan kepentingan Mesir kuno dalam menghadapi invasi Romawi.

Tetapi meskipun dia adalah salah satu wanita paling terkenal dalam sejarah, hanya sedikit yang diketahui dengan pasti oleh para sejarawan dan arkeolog tentangnya. Inilah yang diketahui tentang ratu yang legendaris, namun misterius itu.

Siapakah Cleopatra VII?

Ia putri raja Mesir Ptolemy XII Auletes dan ibu yang tidak diketahui. Lahir pada tahun 69 Sebelum Masehi, Cleopatra adalah anggota dinasti Yunani kuno yang telah mengambil alih Mesir pada tahun 305 Sebelum Masehi.

Meskipun Kerajaan Ptolemaic telah mengadopsi beberapa tradisi agama Mesir, ia memerintah dari kota Aleksandria yang sebagian besar di Yunani. Akibatnya, Cleopatra tumbuh berbicara bahasa Yunani Koine. Namun Cleopatra dipercaya sebagai satu-satunya dari garis keturunan Ptolemy yang mampun berbicara dengan bahasa Mesir. “Hidupnya akan terikat erat dengan kerusuhan di Mesir dan politik Kekaisaran Romawi,” tulis Erin Blakemore di laman National Geographic.

Bagaimana Cleopatra VII bisa memerintah Mesir?

Ayahnya meninggal pada tahun 51 Sebelum Masehi. Cleopatra, yang saat itu berusia 18 tahun, terlibat dalam kontroversi tentang siapa anak Ptolemy XII yang harus memerintah Mesir.

Pada awalnya, dia memerintah bersama dengan Ptolemy XIII yang lebih muda. Ia bahkan menikahinya. Tetapi raja muda menginginkan takhta untuk dirinya sendiri. Maka perang saudara segera pecah ketika mereka membentuk faksi untuk mendapatkan kekuasaan penuh. Cleopatra melarikan diri sebentar ke Suriah yang dikuasai Romawi.

Ayah Cleopatra bersimpati—dan bergantung pada—Romawi selama pemerintahannya. Dari pengasingannya di Suriah, Cleopatra beralih ke Julius Caesar, yang saat itu adalah seorang jenderal dan politisi yang berniat menjadi satu-satunya diktator Romawi. Ia berusaha agar Caesar mau membantu merebut kembali takhtanya di Mesir.

Cleopatra dan Julius Caesar

Terlepas dari perbedaan usia yang dramatis — Caesar sekitar 30 tahun lebih tua dari Cleopatra —mereka memulai hubungan romantis. Julius Caesar pun bersedia untuk membantunya.

Pada 47 Sebelum Masehi, saat melarikan diri dari pasukan Caesar, Ptolemy XIII tenggelam di Sungai Nil dekat Aleksandria.

Dengan Mesir di tangan Caesar, Cleopatra mengambil kembali takhta sebagai miliknya. Ia segera menikahi saudara laki-lakinya yang berusia 12 tahun, Ptolemy XIV, dan menyatakannya sebagai wakil penguasa. Cleopatra melahirkan seorang anak yang dianggap oleh orang-orang sezamannya sebagai putra Caesar, yang dia beri nama Caesarion.

Hubungan Cleopatra dan Caesar berlangsung hingga pembunuhannya di Ides of March tahun 44 Sebelum Masehi.

Cleopatra telah melakukan kunjungan panjang ke Roma pada saat pembunuhan Caesar. Ia tinggal sebentar di sana dengan harapan meyakinkan orang Romawi untuk mengakui Caesarion sebagai pewaris sah kekuasaan Romawi.

Namun, ia segera kembali ke Aleksandria. Di sana ia dianggap membunuh saudara laki-lakinya dengan racun sebelum naik takhta sekali lagi bersama Caesarion.

Antony dan Cleopatra

Caesar sudah mati, tetapi hubungan Cleopatra dengan Romawi masih jauh dari selesai. Jenderal Romawi Mark Antony menuntut pertemuan dengan Cleopatra dalam upaya melanjutkan aliansi Mesir-Romawi. Bersemangat untuk mempertahankan hubungan dengan Romawi, Cleopatra pergi ke Tarsus untuk menemuinya di tahun 41 Sebelum Masehi.

Cleopatra diyakini telah tiba di Tarsus dengan kapal mewah. “Cleopatra menginvestasikan perjalanan lautnya dengan pakaian yang dipilih dengan cermat, asosiasi ilahi, tekstil dan perhiasan mahal, musik, dan esensi eksotis,” tulis sejarawan seni Diana E. E. Kleiner.

Penguasa Mesir itu bermaksud untuk mengesankan Antony dan ia berhasil. Tidak menunggu lama, ia memulai hubungan cinta dengan Antony yang sudah menikah. Antony pun pindah ke Aleksandria untuk menemani sang kekasih.

Jatuhnya Cleopatra

Tapi kegilaan Antony dengan Cleopatra menyebabkan kejatuhan mereka berdua. Rakyat Romawi membenci apa yang mereka lihat sebagai pengaruh Mesir dalam urusan Romawi.

Setelah pertempuran di tahun 30 Sebelum Masehi, ratu Mesir itu menyadari bahwa pasukan Antony menuju ke kekalahan total. Jadi dia melindungi dirinya di mausoleum kerajaan dan memberi tahu Antony bahwa dia berencana bunuh diri. Sebagai tanggapan, Antony menikam dirinya sendiri dan akhirnya mati di pelukan Cleopatra.

Penyebab pasti dari kematian Ratu Sungai Nil telah lama menjadi perdebatan hangat. Bak benang khusus, teka-teki kematian Cleopatra belum terpecahkan hingga kini. (Juan Luna)

Cleopatra berusaha untuk bernegosiasi dengan Oktavianus, mantan rekan penguasa kekasihnya. Tapi Cleopatra menyadari bahwa Oktavianus berniat untuk menangkapnya dan mengaraknya di Roma. Maka ia pun kembali berlindung di mausoleum dengan beberapa pelayan dan bunuh diri, kemungkinan dengan racun. Sepeninggal Cleopatra, dinastinya pun berakhir dan Mesir dikuasai oleh Kekaisaran Romawi.

Apa yang tidak kita ketahui tentang Cleopatra VII

Legenda mengatakan bahwa Cleopatra mencabut nyawanya dengan bantuan ular berbisa beracun, tetapi tidak ada bukti. Arkeolog juga tidak pernah menemukan mausoleum tempat dia, dan kemungkinan besar Antony, meninggal. Seperti yang ditulis Chip Brown untuk National Geographic, “Sebagian besar kejayaan Aleksandria kuno sekarang terletak sekitar 6 meter di bawah air.”

Juga tidak ada cara untuk mengukur keakuratan penggambaran sejarah ratu yang legendaris itu. Beberapa koin yang masih ada menunjukkan Cleopatra sebagai wanita berpenampilan biasa.

Perdebatan juga masih berkecamuk tentang ras Cleopatra. Namun sejarawan menunjukkan bahwa kita tidak tidak tahu pasti tentang itu. Dan konsep ras yang kita kenal itu tidak ada pada masa Cleopatra.

Sumber tertulis tentang Cleopatra juga sangat minim. Perpustakaan Aleksandria dihancurkan beberapa kali, membawa catatan kontemporer tentang Cleopatra bersamanya. Menurut penulis sejarah kuno Plutarch, Cleopatra adalah seorang wanita dengan kecantikan paling cemerlang dan berada di puncak kekuatan intelektual. Tetapi dia menulis tentang ratu Mesir ratusan tahun setelah kematiannya.

Terlepas dari kurangnya pemahaman kita tentang kehidupan Cleopatra, dia tetap relevan hingga saat ini. Cleopatra memiliki reputasi sebagai politisi cerdik dengan kemampuan merayu yang luar biasa

Kita mungkin tidak pernah tahu mengapa beberapa pria terhebat di dunia menyerah pada pesona Cleopatra. Lebih dari 2.000 tahun setelah kematiannya, pesona Cleopatra masih memikat para pecinta sejarah dan Mesir kuno.