Ketidaksiapan Beberapa Negara yang Terdampak Buruk Suhu Panas Ekstrem

By Wawan Setiawan, Jumat, 5 Mei 2023 | 16:05 WIB
Penelitian global mengungkapkan negara-negara di mana gelombang panas yang memecahkan rekor cenderung menyebabkan kerusakan paling parah. (University of Bristol )

Nationalgeographic.co.id—Sebuah studi baru telah menyoroti daerah yang kurang siap di seluruh dunia yang paling berisiko terkena dampak buruk dari suhu panas.

Penelitian yang dipimpin University of Bristol, menunjukkan bahwa suhu panas ekstrem yang belum pernah terjadi sebelumnya dikombinasikan dengan kerentanan sosial ekonomi menempatkan daerah tertentu, seperti Afghanistan, Papua Nugini, dan Amerika Tengah, berada paling dalam bahaya.

Hasil studi ini telah diterbitkan di jurnal Nature Communications pada 25 April 2023 bertajuk “The most at-risk regions in the world for high-impact heatwaves.”

Negara-negara yang belum pernah mengalami gelombang panas paling intens seringkali sangat rentan, karena langkah-langkah adaptasi seringkali baru diperkenalkan setelah peristiwa tersebut dialami.

Kemungkinan besar suhu yang memecahkan rekor, pertumbuhan populasi, dan penyediaan layanan kesehatan juga energi yang terbatas, meningkatkan risikonya.

Beijing dan Eropa Tengah juga masuk dalam daftar hotspot, seolah-olah gelombang panas yang memecahkan rekor ini terjadi di daerah padat penduduk ini, jutaan orang akan terkena dampaknya.

Sehubungan dengan temuan tersebut, para peneliti menyerukan kepada pembuat kebijakan di daerah hotspot untuk mempertimbangkan rencana aksi yang relevan untuk mengurangi risiko kematian dan bahaya terkait dari iklim yang ekstrem ini.

"Karena gelombang panas lebih sering terjadi, kita perlu lebih siap. Kami mengidentifikasi wilayah yang sejauh ini mungkin beruntung. Beberapa di antaranya daerah yang memiliki populasi yang berkembang pesat, beberapa adalah negara berkembang, beberapa sudah sangat panas,” kata penulis utama, ilmuwan iklim Dr Vikki Thompson di University of Bristol Cabot Institute for the Environment.

“Kita perlu bertanya apakah rencana aksi suhu panas untuk daerah ini sudah cukup," tambahnya.

Peta yang menunjukkan kemungkinan terjadinya gelombang panas pemecah rekor. Daerah berisiko tinggi memiliki rekor periode pengembalian saat ini di bawah 100 tahun. Daerah berisiko rendah telah mengalami gelombang panas yang tampaknya tidak masuk akal sebelum terjadi. (University of Bristol )

Para peneliti menggunakan statistik nilai ekstrim. Ini adalah sebuah metode untuk memperkirakan periode ulang peristiwa langka dan kumpulan data besar dari model iklim. Disertai juga pengamatan untuk menunjukkan dengan tepat wilayah secara global di mana catatan suhu kemungkinan besar akan dipecahkan paling cepat dan akibatnya komunitas berada dalam bahaya terbesar akan mengalami panas yang ekstrem.

Para peneliti juga mengingatkan bahwa secara statistik ekstrim ini tidak masuk akal, ketika rekor saat ini dipecahkan oleh margin yang tampaknya tidak mungkin sampai terjadi, bisa terjadi di mana saja.