Inokulasi: Vaksinasi Kuno Kekaisaran Ottoman yang Menginspirasi Barat

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Minggu, 7 Mei 2023 | 13:00 WIB
Ilustrasi eksperimen kesehatan di Kekaisaran Ottoman. Inokulasi adalah metode yang menginspirasi vaksinasi Barat. Dari mana pengetahuan ini didapat oleh orang Ottoman? (Topkapi Palace Museum Library)

Nationalgeographic.co.id ― Di Barat, Edward Jenner disebut sebagai bapak imunologi. Dia bersama John Fewster pada akhir abad ke-18 menguji pembuatan vaksin untuk cacar. Makalah ilmiah tentang vaksinasi itu kemudian dipublikasikan pada tahun 1798 bertajuk "An inquiry into the causes and effects of the variolae vaccinae".

Untuk membuat vaksin, virus dilemahkan. Ketika vaksin disuntikkan ke dalam tubuh manusia, imun mempelajari cara menangkal virus. Pada akhirnya, daya tahan manusia bisa tercegah dari infeksi virus yang menyakitkan.

Jika menengok kembali pada apa yang dikerjakan Jenner, penelitian ini melibatkan metode inokulasi. Inokulasi rupanya telah dikenal dalam pengobatan Asia dan Afrika, yakni dengan dengan sengaja menanamkan patogen, mikroba, atau virus kepada seseorang untuk menciptakan kekebalan buatan dari penyakit menular.

Metode ini kemudian dipopulerkan di Eropa oleh penulis dan penyair Lady Mary Wortley Montagu. Dia adalah penulis dan penyair Inggris yang juga istri duta besar Inggris untuk Kekaisaran Ottoman.

Dia menyaksikan metode penyembuhan inokulasi di Konstantinopel tahun 1717 dalam catatan perjalanannya dalam "Turkish Embassy Letters". Saat surat ini tiba di Inggris, rupanya prosedur ini dijalankan di berbagai tempat di seluruh dunia.

Sebelumnya, salah satu warga Kekaisaran Ottoman di Konstantinopel Emmanuel Timmonius, telah menjelaskan metode ini di Inggris tahun 1714. Cara pengobatan ini, menurut Timmonius, diterapkan pada orang Sirkasia, Georgia, dan orang Asia lainnya, termasuk orang Turki lainnya di Konstantinopel.

Meliihat kemanjuran metode ini, Lady Montagu pun menerapkan variolasi (sebutan lain untuk inokulasi) pada putaranya di Kekaisaran Ottoman, tidak lama setelah ia membuat laporan. Di Inggris, Lady Montagu juga menerapkannya pada putrinya tahun 1721.

"Prosedur ini awalnya mendapat banyak penolakan—sedemikian rupa sehingga variolasi eksperimental pertama di Inggris (termasuk tantangan cacar berikutnya) dilakukan pada narapidana yang dijanjikan bebas jika selamat," terang Alexandra Flemming, Editor in Chief Nature Reviews Immunology.

"Namun demikian, prosedurnya bukannya tanpa bahaya dan variolator terkemuka Inggris berikutnya merancang teknik yang berbeda (sering dirahasiakan) untuk meningkatkan variolasi, sebelum digantikan oleh 'vaksinasi' cacar sapi yang jauh lebih aman seperti yang dijelaskan oleh Jenner," lanjutnya di Nature.

Melansir Daily Sabah, cacar disebut sebagai "monster berbintik" di Barat pada abad ke-18. Wabah telah membuat banyak kematian di Eropa. Orang-orang Barat sebagian lebih memilih untuk berobat di Timur seperti Kekaisaran Ottoman, yang dikenal maju bidang ilmu kesehatannya. Mereka juga telah mengetahui bahwa teknik yang diterapkan adalah inokulasi.

Berdasarkan keterangan Lady Montagu, prosedur 'variolasi' di Kekaisaran Ottoman ini melibatkan pemberian keropeng cacar bubuk atau cairan yang diambil dari pustula (benjolan kecil berisi nanah yang tumbuh di lapisan kulit) seseorang yang terkena cacar.

Seorang tabib dan apoteker menyiapkan obat-obatan untuk mengobati pasien yang menderita cacar dalam ilustrasi ini dari manuskrip Ottoman abad ke-17 (Imgur)