Naeuiwon, Cermin Sejarah Pengobatan Kekaisaran Korea Dinasti Joseon

By Cicilia Nony Ayuningsih Bratajaya, Senin, 8 Mei 2023 | 12:48 WIB
Naeuiwon, tempat para tabib Dinasti Joseon merawat raja dan keluarganya. Dalam catatan sejarah, para tabib Kekaisaran Korea bertugas siang dan malam secara bergiliran, berbagai jenis herba dari seluruh negeri disiapkan dan diawetkan disini. ()

Nationalgeographic.co.id—Museum Heo Jun didirikan tahun 2005 sebagai penghormatan kepada Heo Jun yang mendedikasikan dirinya dalam sejarah dunia pengobatan untuk menyelamatkan nyawa orang lain. Museum ini menyediakan informasi perkembangan layanan kesehatan oriental Korea dan sejarah riwayat hidup Heo Jun.

Heo Jun lahir pada zaman Kekaisaran Korea pada 1537. Dia terlahir dari keluarga militer yang kaya. Meskipun berasal dari keluarga kaya dan terhormat, ia menghadapi diskriminasi dari bangsawan lainnya karena lahir dari seorang selir. 

Sejarah Kisah Heo Jun ini didasarkan pada "Heo Jun: brilliant physician in 16th century Korea" yang terbit di Hektoen International, Journal of Medical Humanities, dan laman Museum Heo Jun di Korea Selatan.

Sepanjang sejarah masa Kekaisaran Korea Dinasti Joseon, anak tidak sah dari bangsawan tidak dapat mempertahankan status bangsawan atau yangban dari ayah mereka. Sebagai gantinya, dianggap sebagai orang golongan menengah atau chungin. Status sosial chungin tidak memungkinkan Heo Jun untuk menjadi pejabat militer seperti ayahnya.

Pada usia tiga puluh tiga tahun, Heo Jun memasuki Naeuiwon, pusat perawatan kesehatan Kekaisaran Korea Dinasti Joseon. Dengan gemilang, karirnya menanjak cepat di Naeuiwon.

Pada 1575 Heo Jun merawat Raja Seonjo, raja ke-14 dinasti Joseon. Ia diangkat menjadi pejabat pemerintah senior tingkat pertama setelah berhasil menyembuhkan penyakit cacar putra mahkota.

Saat invasi Jepang ke Kekaisaran Korea, Heo Jun dengan setia menemani raja selama perang disaat pejabat pemerintah lainnya melindungi hidup mereka sendiri. Hal ini semakin memperkuat kepercayaan Raja Seonjo kepada Heo Jun. Atas kesetiaan Heo Jun, Raja Seonjo mempromosikan Heo Jun menjadi kepala tabib Naeuiwon.

Raja Seonjo menugaskan Heo Jun untuk menulis buku medis untuk warganya yang menderita wabah penyakit dan kelaparan paska perang. Raja ingin menerbitkan sebuah buku yang berisi pencegahan dan perawatan penyakit dengan formula obat yang terperinci dan metode pengobatan yang mudah dipahami rakyat jelata yang tidak berpendidikan sekalipun. Inisiatif Raja Seonjo dicatat sebagai salah satu program kesehatan publik pertama dari dinasti Joseon

Ketika Raja Seonjo wafat di tahun 1608. Pejabat pemerintah yang cemburu dengan karir Heo Jun menuduhnya bersalah atas kematian Raja. Heo Jun diasingkan ke pedesaan Ulju, dimana ia terus berupaya menyelesaikan buku.

Satu tahun kemudian, Raja Gwanghaegun penerus Seonjo, mengembalikan Heo Jun ke kantornya meskipun banyak pejabat yang tidak setuju. Raja Gawnaghaegun menghargai bakat dan kesetiaan Heo Jun.

Akhirnya setelah lima belas tahun, Heo Jun berhasil menyelesaikan dua puluh lima jilid Dongui Bogam pada tahun 1610. Dua tahun sebelum kematiannya, Dongui Bogam selesai tahap publikasi. Ada beberapa edisi cetakan Dongui Bogam, selain edisi asli Naeuiwon di dalam negara Korea. Buku ini dicetak dalam bahasa Cina dan Jepang.  

Secara harafiah Dongui Bogam dapat diartikan Prinsip dan Praktik Pengobatan Timur. Ensiklopedia ini mampu mengintegrasikan pengetahuan medis dan pengalaman klinis selama dua milenia. Pengobatan Tiongkok mempunyai peran dalam perkembangan pengobatan di Korea. Orang Korea mengadopsi teori kesehatan dan praktik klinis pengobatan Tiongkok menyesuaikan dengan keadaan di Korea. 

Heo Jun menghabiskan tahun-tahun terakhir hidupnya dengan mendidik dokter muda Naeuiwon sampai kematiannya pada tahun 1615. Penghargaan anumerta diberikan Dinasti Joseon, prestasi yang belum pernah terjadi sebelumnya pada pejabat non-militer seperti Heo Jun.

Sampai saat ini Heo Jun dipuja sebagai seorang dokter yang brilian dan orang yang setia dan penyayang, berjuang untuk mengembangkan perawatan yang dapat diakses oleh warga miskin dan tidak berpendidikan.

Museum Heo Jun yang berada di Seoul mencatat total ada delapan buku yang ditulis oleh Heo Jun selain Dongui Bogam. Diantaranya, Heo Jun menulis buku tentang pengobatan penyakit menular, buku Byeokyeok Shinbang diterbitkan di Naeuiwon atas perintah Raja karena pada saat itu prevalensi penyakit menular meningkat sampai mengakibatkan kematian.

Baca Juga: Layanan Kesehatan di Korea dari Kekaisaran Goryeo hingga Joseon

Baca Juga: Alasan Dinasti Joseon Korea Mengeklaim sebagai Penerus Ming Tiongkok

Baca Juga: Kisah Yi Ku, Putra Mahkota Terakhir dari Dinasti Joseon Korea

Baca Juga: Alasan Wanita di Dinasti Joseon Menutupi Wajah saat Berada di Luar 

Eonhaegugeupbang adalah buku yang berisi perawatan kasus gawat darurat. Heo Jun juga menulis buku tentang perawatan cacar air, buku kebidanan dan ginekologi, serta merevisi buku dan mengkompilasi catatan kedokteran selama periode Dinasti Joseon.

Dikutip dari laman Heo Jun Museum Official, Heo Jun memberi pengantar pada buku daftar informasi anggota kerajaan Dinasti Joseon. "Ada hampir ratusan orang hebat di Naeuiwon, saya menuliskan apa yang saya dengar dan catat agar tidak hilang. Jika tidak saya tulis, bagaimana mungkin nama orang-orang hebat di negara ini sampai ke generasi masa depan?".

Dilansir dari laman UNESCO, Heo Jun yakin bahwa semua penyakit muncul dari ketidakseimbangan. Baginya obat yang paling efektif adalah meditasi, bukan pengobatan.

Heo Jun menjelaskan perawatan yang tepat, termasuk menentukan dengan tepat kapan mengumpulkan tanaman obat dalam setahun, apa yang harus dilakukan dan berapa lama bisa efektif.

Dari sekian banyak buku yang ditulis Heo Jun, apa yang membuat Dongui Bogam menjadi istimewa ?

Warisan budaya Korea yang didaftarkan pada Memory of the World Programme UNESCO di tahun 2009 ini, disusun Heo Jun dengan sangat rinci. Karya ini membangun jembatan dari masa kini ke masa lalu, memberikan kita akses kehidupan sehari-hari masyarakat di masa itu. Buku ini mencerminkan makna filosofi budaya Asia Timur dan jejak kaki dunia kesehatan dari Kekaisaran Korea.