Ilmuwan Menemukan Tumpukan Kotoran Burung Kondor Berusia 2.200 Tahun

By Ricky Jenihansen, Kamis, 11 Mei 2023 | 07:00 WIB
Selama ribuan tahun, kondor Andean sering mengunjungi sarang di sisi tebing, menghasilkan tumpukan kotoran berbentuk cincin yang terus bertambah dari tahun ke tahun. (L. Sympson)

Nationalgeographic.co.id—Tim ilmuwan lingkungan di Argentina melaporkan penemuan tumpukan kotoran burung kondor berusia 2.200 tahun di pegunungan Andes. Temuan tersebut penting untuk para ilmuwan, agar mereka bisa mempelajari pola makan spesies, perubahan habitat dan lingkungan masa lampau.

Memahami bagaimana hewan merespons perubahan lingkungan skala besar sulit dicapai karena data pemantauan jarang tersedia selama lebih dari beberapa dekade terakhir, jika ada.

"Di sini, kami mendemonstrasikan bagaimana berbagai proksi palaeoekologi (misalnya isotop, geokimia, dan DNA) dari endapan kotoran burung Kondor Andean (Vultur gryphus) dari Argentina," tulis peneliti.

Temuan tim ilmuwan tersebut telah mereka jelaskan di Proceedings of the Royal Society B belum lama ini. Jurnal tersebut diterbitkan dengan judul "A 2200-year record of Andean condor diet and nest site usage reflects natural and anthropogenic stressors" yang dapat diakses secara daring.

Untuk diketahui, selama 2.200 tahun terakhir, burung kondor Andean (Vultur gryphus), di antara burung terbang terbesar yang diketahui di dunia, telah bersarang — dan membuang kotoran — di gua sisi tebing di Patagonia utara, Argentina.

Sekarang para peneliti sedang mempelajari tumpukan besar kotoran burung atas untuk mempelajari lebih lanjut tentang spesies yang terancam punah dan bagaimana ia beradaptasi dengan lingkungannya dari waktu ke waktu.

Untuk mempelajari tumpukan kotoran berbentuk donat, yang berdiameter kira-kira 10 kaki atau sekitar 3 meter, para peneliti mengukirnya seperti kue, membuang sepotong kotoran sedalam 10 inci atau sekitar 25 sentimeter.

Berkat lokasi endapan di dalam gua, kotoran yang terawetkan telah terlindung dengan baik dari angin dan hujan, memungkinkannya menumpuk selama ribuan tahun, menurut penelitian tersebut.

"Dengan melihat lapisan yang berbeda, kita bisa kembali ke masa lalu," kata penulis studi utama Matthew Duda kepada Live Science.

Duda adalah seorang mahasiswa pascasarjana biologi di Queen's University di Kingston, Ontario. "Kami menggunakan penanggalan karbon untuk mengetahui umur sarang dan tumpukan kotoran tersebut, yang berusia lebih dari 2.000 tahun."

Dengan memeriksa kotoran yang terawetkan dengan baik itu, tim menemukan bagaimana pola makan burung kondor berevolusi dari waktu ke waktu.

"Burung kondor adalah pemulung, dan pada suatu waktu mereka akan terbang di sepanjang pantai dan memakan bangkai ikan paus dan spesies asli seperti llama dan alpaka," kata Duda.