Bayi-bayi Ini Lahir dengan DNA dari Tiga Orang Berbeda, Kok Bisa?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 11 Mei 2023 | 12:35 WIB
Di Inggris, ada beberapa bayi yang lahir dengan DNA dari tiga orang berbeda. Kok bisa? (Shutterstock)

Nationalgeographic.co.id—Inggris telah mengonfirmasi bahwa beberapa bayi dengan DNA dari tiga orang berbeda telah lahir pada 9 Mei 2023. Kelahiran ini berdasarkan ilmu kedokteran yang tengah melakukan terobosan prosedur in vitro fertilization (IVF).

Teknik ini sebenarnya telah diizinkan secara hukum di Inggris tahun 2015. Terobosan prosedur ini disebut sebagai MDT (perawatan donasi mitokondria) yang bertujuan untuk mencegah bayi yang baru lahir, mewarisi penyakit dari orang tuanya yang tidak bisa disembuhkan.

Prosedur MDT ini, atau juga yang dikenal sebagai terapi penggantian mitokondria (MRT), dipelopori oleh para dokter di Newcastle Fertility Center. Penelitian mereka dipublikasikan di jurnal Nature tahun 2016, bertujuan untuk membantu wanita dengan mitokondria yang bermutasi untuk bisa punya bayi tanpa risiko pewarisan kelainan genetik.

Sebelum dipublikasikan, peneltian ini disampaikan pihak parlemen yang kemudian disetujui. Pihak klinik Newcastle pun menjadi yang pertama dan satu-satunya punya izin untuk melakukannya. Praktik itu juga telah diizinkan oleh HEFA (Otoritas Embriologi dan Fertilisasi Manusia) Inggris.

Dalam prosesnya, MDT memanfaatkan jaringan dari sel telur donor wanita yang sehat untuk membuat embrio IVF. Kesehatan sel telur donor wanita sehat diperlukan, agar si bayi bebas dari mutasi berbahaya yang dibawa oleh ibunya yang punya risiko pewarisan penyakit.

Sementara ibu (bukan pemilik sel telur donor) dan ayah kandung dari bayi menghasilkan embrio. Pada embrio, ada satu set lengkap kromosom milik orang tua biologis sekitar 99,8 persen dari total materi genetik.

Pada kasus MDT, embrio akan memiliki gen mitokondria dari sel telur donor. Tujuannya adalah menggantikan DNA mitokondria milik ibu kandungnya yang bermutasi.

Atau, cara alternatifnya, Materi genetik inti dari sel telur ibu dapat dipindahkan ke sel telur hasil donor. Pemindahan materi genetiknya bisa juga dilakukan sebelum sel telurnya dibuahi oleh sperma ayah. Proses ini disebut transfer pronuklear (PNT).

Kedua metode ini telah disetujui untuk digunakan oleh parlemen Inggris. Dalam peraturannya, anak yang lahir dengan MDT, tidak punya hak untuk mengetahui informasi identitas apa pun tentang donor sel telur. Barulah pada usia 16 tahun, anak dapat berhak atas beberapa informasi non-identifikasi, seperti hasil dari tes skrining medis donor.

Sedangkan pendonor, juga tidak punya hak dan tanggung jawab seperti orang tua kandung.

Kabar bayi dengan DNA tiga orang berbeda bukanlah yang pertama di dunia. Sebelumnya sempat terjadi pada 2016 silam di AS, dengan kelahiran MDT pertama di dunia setelah merawat wanita dari Yordania yang punya mutasi mitokondria. Wanita tersebut mengalami empat kali keguguran dan dua anak, tetapi kemudian meninggal semuanya.

“Sejauh ini, pengalaman klinis dengan MRT sangat menggembirakan, tetapi jumlah kasus yang dilaporkan terlalu kecil untuk menarik kesimpulan pasti tentang keamanan atau kemanjurannya,” kata Dagan Wells, peneliti dari Nuffield Department of Women's and Reproductive Health, Winchester House di Oxford, Inggris.

Februari 2023, ia terlibat dalam penelitian tentang MDT ini di jurnal Fertility and Sterility. Hasilnya, ditemukan  dalam beberapa kasus, sejumlah kecil mitokondria abnormal yang dibawa dari sel telur ibu ke sel telur pendonor justru dapat berlipat ganda. Kasusnya terjadi saat bayi berada di dalam kandungan.

Baca Juga: Bagaimana Dampak jika Dikurung Sejak Bayi sampai Berusia 13 Tahun?

Baca Juga: Ahli Genetika Memulihkan DNA Wanita Purba dari Liontin Gigi Rusa

Baca Juga: Setelah Alami Stres Penuaan Tubuh Malah Berjalan Mundur, Ada Apa?

Baca Juga: Mengapa Manusia Tak Bisa Mengingat Kejadian Saat Masih BayI?

Fenomena ini, oleh para peneliti, disebut sebagai reversi atau pembalikan yang dapat menyebabkan penyakit pada anak.

“Tindak lanjut jangka panjang dari anak-anak yang lahir sangat penting. Tahap perkembangan saat pembalikan terjadi tidak jelas, tetapi mungkin terjadi pada tahap yang sangat awal. Ini berarti bahwa pengujian prenatal, yang dilakukan [pada] sekitar 12 minggu kehamilan, mungkin berhasil mengidentifikasi jika pembalikan telah terjadi.”

"Alasan kenapa pembalikan terlihat pada sel beberapa anak yang lahir mengikuti prosedur MRT, tetapi tidak pada yang lain, belum sepenuhnya dipahami," kata Dagan Wells, salah satu peneliti makalah dari  University of Oxford, dikutip dari The Guardian.

Berita suksesnya kelahiran yang baru-baru ini sebelumnya telah diduga oleh banyak kalangan di Inggris. Akan tetapi, proses ini harus menghormati privasi keluarga yang terlibat.

“Saya yakin bahwa [rincian] akan tersedia, mungkin dalam publikasi ilmiah peer-review dan mudah-mudahan dalam waktu dekat,” kata Profesor Robin Lovell-Badge dari Institut Francis Crick yang tidak terlibat dalam penelitian, dikutip dari IFLScience.

"Tim Newcastle yang terlibat dalam pelaksanaan prosedur sangat berhati-hati dan ingin menyertakan setidaknya beberapa data tindak lanjut pada bayi, sekaligus melindungi privasi keluarga."