Sejarah Pegunungan Himalaya, Puncak Gunung Everest Dulunya Dasar Laut

By Utomo Priyambodo, Sabtu, 13 Mei 2023 | 05:43 WIB
Puncak Gunung Everest, titik tertinggi Bumi, berada di Pegunungan Himalaya. Begini sejarah terbentuknya pegunungan ini. (Pxfuel)

Nationalgeographic.co.id—Gunung Everest, gunung tertinggi sedunia, berada di kawasan Pegunungan Himalaya. Bagaimana sejarah terbentuknya pegunungan ini? Bagaimana Himalaya bisa muncul di Bumi dan menyuguhkan deretan gunung yang menjulang sangat tinggi?

Menurut catatan, barisan pegunungan Himalaya dan dataran tinggi Tibet terbentuk sebagai akibat dari tumbukan antara Lempeng India dan Lempeng Eurasia yang dimulai 50 juta tahun lalu. Tumbukan itu masih terus berlanjut hingga saat ini.

Dulunya, India masih terpisah dari benua Asia. Sekitar 225 juta tahun lalu, India adalah sebuah pulau besar yang terletak di lepas pantai Australia. Pulau ini terpisah dari Asia oleh Samudra Tethys.

Kemudian pada 200 juta tahun lalu, benua super Pangaea mulai pecah dan India mulai bergeser ke utara menuju Asia, sebagaimana tercatat di laman The Geological Society.

Lalu sekitar 80 juta tahun lalu, India berada 6.400 kilometer di selatan benua Asia. Lempeng India bergerak ke arah Asia dengan kecepatan antara 9 dan 16 sentimeter per tahun. Akibatnya, dasar Samudra Tethys menunjam ke utara di bawah Asia.

Tidak semua dasar Samudra Tethys tersubduksi seluruhnya. Sebagian besar sedimen tebal ini terkikis dan terkumpul ke benua Eurasia dalam apa yang dikenal sebagai baji akresi. Sedimen yang tergores inilah yang sekarang membentuk Pegunungan Himalaya.

Dari sekitar 50 juta hingga 40 juta tahun lalu laju pergeseran lempeng benua India ke utara melambat menjadi sekitar 4-6 sentimeter per tahun. Perlambatan ini ditafsirkan untuk menandai awal dari tabrakan antara lempeng benua Eurasia dan India, penutupan bekas Samudra Tethys, dan inisiasi pengangkatan Himalaya.

Lempeng Eurasia sebagian terlipat dan tertekuk di atas lempeng India, tetapi karena kerapatannya yang rendah/daya apungnya yang tinggi, kedua lempeng itu tidak tersubduksi atau menunjam ke bawah.

Hal ini menyebabkan kerak benua menebal akibat lipatan dan patahan oleh gaya tekan yang mendorong Himalaya dan Dataran Tinggi Tibet. Kerak benua di sini dua kali ketebalan rata-rata, yakni sekitar 75 kilometer.

Penebalan kerak benua ini menandai berakhirnya aktivitas vulkanik di wilayah tersebut karena setiap magma yang bergerak ke atas akan mengeras sebelum mencapai permukaan.

Baca Juga: Studi Baru Ungkap Pencairan Es Tersembunyi di Pegunungan Himalaya

Baca Juga: Asal-usul Pemberian Nama Everest pada Puncak Tertinggi di Dunia