Hadapi Iklim Ekstrem, Penyu Andalkan Gen Adaptasi yang Hebat dan Rapuh

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 24 Mei 2023 | 07:00 WIB
Penyu hijau dewasa dari pantai bertelur Karpaz. Penyu hijau adalah salah satu spesies terancam di dunia hewan. Genomnya dan juga milik penyu belimbing, membuat keduanya bisa bertahan hidup. (Finlay Pitt)

Nationalgeographic.co.id—Selama ratusan juta tahun, iklim dunia berubah-ubah. Makhluk hidup harus bisa beradaptasi agar tidak punah. Sebuah temuan terbaru mengungkapkan bahwa penyu laut, mampu beradaptasi dengan perubahan iklim di masa lalu karena gen mereka yang luar biasa.

Penelitian itu dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) pada 7 Februari 2023. Makalah mengungkapkan, penyu laut yang kita kenal sekarang adalah hasil evolusi dari sekelompok penyu sekitar 100 juta tahun silam. Penyu purba itu berasal dari daratan dan bergerak ke lautan. Ketika berpindah lingkungan inilah, dasar genetikanya berkembang.

Penelitian itu dipimpin oleh Blair Bentley dari Department of Environmental Conservation, University of Massachusetts, AS, bersama 47 peneliti dari berbagai negara. Mereka membuat peta genetika yang sangat rinci mengenai penyu hijau dan penyu belimbing. Dari sinilah, mereka mengungkapkan bahwa penyu, secara genetika, punya kemampuan beradaptasi yang luar biasa.

Ketika pengaturan dan pencatatan data genetikanya rampung, para peneliti menemukan hal menarik tentang dua jenis penyu ini. Penyu hijau dan penyu belimbing genomnya menyimpang dari nenek moyang mereka sejauh 60 juta tahun yang lalu. Namun, keduanya sangat mirip, walau tidak sama.

"Perbedaan [kecil] itulah yang membuat mereka unik," kata Lisa Komoroske, profesor di tempat yang sama dengan Bentley, dan salah satu penulis makalah, seperti dikutip dari Science Daily.

Komoroske menerangkan, perbedaan dari genom penyu hijau dan belimbing, berfungsi untuk kelangsungan hidup jangka panjang masing-masing. Hal itu sangat penting, terutama mengingat populasi keduanya mengalami penurunan akibat aktivitas manusia.

Selain itu, penyu hijau ternyata mengembangkan lebih banyak gen yang berfungsi untuk kekebalan tubuh mereka. Hal ini menunjukkan bahwa sistem kekebalan tubuh mereka lebih matang menghadapi patogen baru. Genomnya pun lebih banyak berkembang pada reseptor penciuman, yang menandakan indra tersebut lebih baik.

Penyu belimbing justru sebaliknya. Pada hasil pengamatan, ternyata penyu ini menurunkan keragaman genetikanya saat berevolusi.

"Ini berkah sekaligus kutukan," Komoroske berpendapat. "Itu tandanya, meski penyu belimbing adalah spesies yang tangguh, tidak banyak keragaman genetik mereka untuk berevolusi demi menghadapi tantangan lingkungan yang berubah dengan cepat."

Penyu blimbing (Dermochelys coriacea) turut menghuni kawasan perairan Rajaampat. Di sinilah sarang penyu belimbing pasifik terbesar di dunia. (Tom Teper/National Geographic Your Shot)

Serupa tapi tak sama dari genom penyu ini akan semakin jelas perbedaannya bagi para peneliti lewat pengamatan. Perbedaan lainnya terletak pada yang mereka sebut sebagai "sampah genetik" mikrokromosom. Bagian ini kecil dari genetik ini, tidak ada pada genom mamalia, tetapi ada pada unggas dan reptil.

"Kami menemukan sebagian besar perbedaan antara hijau dan penyu belimbing pada mikrokromosom ini," kata Camila Mazzoni, seorang peneliti di Leibniz Institute for Zoo and Wildlife Research dan penulis senior studi lainnya.

Lewat makalah ini, para peneliti menjelaskan bahwa temuan ini dapat membantu bagi pegiat biologi konservasi untuk membuat keputusan yang cocok. Tidak semua jenis penyu bisa dipukul rata dalam penanganan, tetapi ada cara terbaik tertentu untuk setiap spesies demi menghadapi tantangan adaptasi dari planet kita.

"Dan pekerjaan kami memberi masukan untuk kajian yang berkembang pada pentingnya mikrokromosom dalam evolusi vertebrata," terang Mazzoni.

Pekerjaan ini melibatkan berbagai para peneliti di berbagai negara. Pengumpulan genom pun memiliki kemudahan, karena data tentang penyu hijau sudah pernah dilakukan sebelumnya. Namun, terang Bentley, "Potongan-potongan informasi genetik ini tidak dipetakan dengan tepat. Seolah-olah Anda masuk ke perpustakaan dan menemukan 100.000 halaman tergeletak di lantai."

Membuat pemetaan genom penyu yang tepat ini mereka menggunakan metode terbaru. Hal itu memungkinkan pengurutan dari hampir semua spesies hidup untuk mendapatkan akurasi yang lebih baik, termasuk mengungkap versi purba dari suatu spesies.