Tetapi para peneliti mengatakan penelitian ini telah mengkonfirmasi bahwa nyeri pinggang lebih sering terjadi pada orang tua. Kasus nyeri punggung bawah juga lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki.
Ini adalah data yang tersedia paling komprehensif dan terkini yang mencakup untuk pertama kalinya proyeksi global dan kontribusi faktor risiko GBD terhadap nyeri punggung bawah.
Pekerjaan ini dimungkinkan oleh upaya bersama dari Universitas Sydney, Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) University of Washington’s School of Medicine (healthdata.org), IHME’s international collaborators, and Global Alliance for Musculoskeletal Health (gmusc.com).
“Kami juga tahu bahwa sebagian besar data yang tersedia berasal dari negara berpenghasilan tinggi, sehingga terkadang sulit untuk menginterpretasikan hasil ini untuk negara berpenghasilan rendah hingga menengah," kata penulis senior Profesor Lyn March dari Sydney Musculoskeletal Health dan Kolling Institute.
"Kami sangat membutuhkan lebih banyak data nyeri punggung dan muskuloskeletal berbasis populasi dari negara-negara berpenghasilan rendah hingga menengah.”
Studi tersebut menganalisis data GBD dari tahun 1990 hingga 2020 dari lebih dari 204 negara dan wilayah untuk memetakan lanskap kasus nyeri punggung dari waktu ke waktu. GBD adalah gambaran kematian dan kecacatan yang paling komprehensif di seluruh negara, waktu, usia, dan
Ini juga merupakan studi pertama yang digunakan untuk memodelkan prevalensi kasus nyeri punggung di masa depan.
"Sistem kesehatan perlu menanggapi beban nyeri pinggang yang sangat besar dan meningkat yang memengaruhi orang secara global," kata Prof Anthony Woolf, co-chair dari Aliansi Global untuk Kesehatan Muskuloskeletal.
Woolf menyerukan prioritas untuk diberikan untuk mengatasi beban kondisi muskuloskeletal yang terus meningkat.
"Masih banyak yang harus dilakukan untuk mencegah nyeri punggung bawah dan memastikan akses tepat waktu ke perawatan, karena ada cara efektif untuk membantu orang yang kesakitan."
Menurutnya, Kementerian Kesehatan tidak bisa terus mengabaikan tingginya prevalensi kondisi muskuloskeletal termasuk penyakit ini.
Kondisi ini memiliki konsekuensi sosial dan ekonomi yang penting, terutama mengingat biaya perawatan.