Mengapa Louis Antoine Menjadi Raja Tersingkat dalam Sejarah Dunia?

By Galih Pranata, Kamis, 25 Mei 2023 | 12:00 WIB
Potret keluarga kerajaan Prancis. Louis Antoine adalah salah satu bagian dari keluarga kerajaan, hanya saja nasibnya sebagai raja sangat singkat, hanya menjabat selama 20 menit. (History of Yesterday)

Nationalgeographic.co.id—Sejarah dunia menjadi tempat belajar tentang kisah-kisah yang terjadi pada kehidupan manusia di masa lampau. Meski pada kenyataannya, sejarah menyimpan banyak hal yang tak terduga.

Salah satu kisah histori yang menarik untuk dibaca kembali adalah kisah tentang Louis Antoine, seorang pria yang menyandang gelar raja tersingkat dalam sejarah dunia, hanya menjabat selama 20 menit!

Untuk memahami pemerintahan singkat Louis Antoine, penting untuk mempelajari lanskap politik Prancis abad ke-19. Charles X naik tahta Prancis pada tahun 1824, mewarisi monarki yang berjuang untuk beradaptasi dengan perubahan zaman.

Pemerintahannya ditandai dengan pendekatan yang semakin otoriter dan upaya untuk membatasi kebebasan sipil, yang memicu ketidakpuasan di kalangan rakyat. Hal itu mendorong adanya perlawanan sipil.

Meletuslah Revolusi Juli 1830 yang berfungsi sebagai katalis untuk perubahan. Protes meletus di Paris, didorong oleh kombinasi kerusuhan sosial, kesulitan ekonomi, dan penentangan terhadap kebijakan raja.

Revolusi memuncak dengan pengunduran diri Charles X dan pembentukan monarki konstitusional di bawah Louis Philippe, yang kemudian dicatat dalam sejarah dunia sebagai "Monarki Juli."

Dalam iklim politik yang bergejolak inilah klaim tak terduga Louis Antoine atas takhta muncul. Peralihan kekuasaan menciptakan kekosongan kekuasaan sementara, yang mengarah ke serangkaian peristiwa menarik yang membuat Louis Antoine menjadi sorotan.

Sebagai seorang veteran tentara Prancis dan penerima Legiun Kehormatan, Louis Antoine dikenal dan dihormati oleh rekan-rekannya. Sebelumnya, ia merupakan seorang Adipati Angoulême.

Ia juga menikah dengan Marie-Thérèse Charlotte, putri sulung dari pasangan Raja Louis XVI dan Marie Antoinette, dan merupakan satu-satunya yang mencapai usia dewasa (saudara-saudaranya yang lain meninggal sebelum umurnya mencapai 11 tahun).

Ketika sang adipati melihat pengunduran diri Charles X yang membuat terjadinya vacum of power di Prancis, ia menyatakan diri sebagai penerus tahta raja.

Pada tanggal 30 Juli 1830, di tengah kebingungan seputar peralihan kekuasaan, Louis Antoine menaiki tangga Hôtel de Ville di Paris. Dikelilingi oleh sekelompok pendukung, dia memproklamirkan dirinya sebagai Raja Louis XIX.

"Klaimnya berakar pada keyakinannya bahwa dia adalah pewaris sah monarki Bourbon, sebelum pemerintahan Charles X," tulis Andrei Tapalaga kepada History of Yesterday dalam artikelnya Louis Antoine: The Man Who Was King For 20 Minutes terbitan 24 Mei 2023.

Namun, pemerintahan Louis Antoine berumur pendek. Ketika berita deklarasinya sampai ke elit politik dan pemimpin militer, menjadi jelas bahwa klaimnya kurang legitimasi dan dukungan luas.

"Upayanya untuk memperkuat posisinya disambut dengan skeptisisme dan tentangan," imbuh Tapalaga. Kehadirannya di tampuk kekuasaan hanya menjadi bahan sorotan elit politik Prancis.

Terjadi kecaman dan pertentangan dari berbagai pihak elitis di Prancis, yang pada akhirnya menyebabkan Louis Antoine mengumumkan pengunduran dirinya hanya 20 menit setelah ia mendeklarasikan diri sebagai penerus Charles X.

Begitu juga Marie-Thérèse Charlotte, ia sempat mendapat gelar sebagai Ratu Prancis meski hanya selama 20 menit pada 2 Agustus 1830. Ketika Louis Antoine menandatangani pengunduran dirinya, jabatan Ratu Prancis juga dilepaskan oleh Marie.

Potret Louis Antoine, Adipati Angoulême. (Wikimedia Commons)

Meskipun waktu singkatnya sebagai raja, pemerintahan singkat Louis Antoine meninggalkan dampak abadi pada sejarah Prancis. Keberaniannya dalam merebut tahta, meski tidak berhasil, telah memunculkan adanya respon politik dari pemerintahan absolut.

Louis menunjukkan iklim politik yang intens dan aspirasi sipil dalam mencari perubahan di Prancis. Ini menunjukkan kerapuhan transisi kekuasaan dan peran persepsi dan legitimasi dalam menentukan legitimasi penguasa.

Sepotong episode singkat Louis Antoine juga menyoroti kompleksitas dan tantangan narasi sejarah dunia. Klaimnya atas tahta dan turun tahta berikutnya dibayangi oleh peristiwa Revolusi Juli dan kebangkitan Louis Philippe.

Akibatnya, ceritanya relatif tidak jelas, sering diturunkan menjadi catatan kaki di buku-buku sejarah dunia. Namun, pentingnya tindakannya yang berani dan implikasinya untuk saat itu tidak dapat diabaikan.

Pemerintahan singkat Louis Antoine di Prancis yang hanya berumur 20 menit, dapat berfungsi sebagai pengingat akan sifat sejarah yang tidak dapat diprediksi dan tindakan individu yang mengubah jalannya takdir sejarah.

Sementara klaimnya atas tahta Prancis tidak bertahan lama, itu berdiri sebagai bukti aspirasi, ambisi, dan impian mereka yang berani menantang status quo, meski hanya sesaat.

Kisah Louis Antoine, pria yang memegang gelar raja hanya selama 20 menit, adalah kisah ambisi yang menawan, pergolakan politik, dan sifat kekuasaan yang sementara.

Klaimnya yang berani selama hari-hari penuh gejolak Revolusi Juli mencerminkan aspirasi dan frustrasi era yang mencari perubahan. Tindak tanduk Louis Antoine memunculkan adanya politik koreksi dalam sejarah Prancis.

Meskipun pemerintahannya mungkin berumur sangat singkat, warisan dari tindakan beraninya terus membangkitkan minat dan menumbuhkan rasa ingin tahu, menjadi bukti adanya sifat sejarah dunia yang terus berkembang.

Akhir hidup dari Louis Antoine yang fenomenal tidak banyak dikisahkan. Diketahui bahwa ia wafat di Gorizia, Kekaisaran Austria, pada 3 Juni 1844 di usia 68 tahun. Ia meninggalkan Marie-Thérèse Charlotte tanpa seorangpun anak.