Nationalgeographic.co.id—Kita tidak akan pernah tahu apa isi tulisan di tablet Vindolanda pertama yang ditemukan di zaman modern. Lempengan kayu seukuran kartu pos itu ditemukan pada tahun 1973, saat penggalian benteng Kekaisaran Romawi berusia 1900 tahun di utara Inggris.
"Benda itu ditemukan secara tidak sengaja oleh ayah saya," kata arkeolog Andrew Birley, yang kini memimpin penggalian di benteng Vindolanda.
Pada saat itu, ayahnya, Robin Birley–juga seorang arkeolog–sedang menggali artefak Kekaisaran Romawi di situs tersebut. Lokasinya terletak di sebelah selatan benteng kuno yang dikenal sebagai Tembok Hadrian.
"Dia sedang beristirahat, dan dia menemukan dua potongan kayu berminyak di parit," kenang Birley. "Dia memungutnya dan menggosok-gosokkannya di antara jari-jarinya. Dan ketika ia melakukan itu, dua potongan kayu itu terlepas dan dihadapkan pada tulisan itu."
Tablet tulisan pertama itu tidak diawetkan karena para arkeolog pada saat itu tidak menyadari betapa rapuhnya artefak kayu kuno tersebut.
Namun sejak saat itu, lebih dari 1.800 tablet serupa telah ditemukan di antara artefak-artefak lain yang terkubur di Vindolanda.
Kini, tablet-tablet tersebut diakui sebagai harta karun arkeologi terbesar di dunia: catatan sehari-hari para prajurit Kekaisaran Romawi dan keluarga mereka yang tinggal di benteng tersebut.
Untuk menandai ulang tahun ke-50 penemuan tablet Vindolanda yang pertama, British Museum di London melakukan analisis baru terhadap tablet Vindolanda. Khususnya pada komposisi penyusun.
Para peneliti berharap, dengan mempelajari media tablet tersebut, mereka dapat melengkapi pesan-pesannya.
Menulis 'di mana saja'
Birley adalah generasi ketiga dari keluarganya yang bekerja di Vindolanda. Kakeknya, Eric Bireley, merupakan seorang profesor Oxford.
Sisa-sisa benteng Vindolanda dan museumnya kini menjadi objek wisata populer. Meskipun demikian, penggalian arkeologi terus dilakukan di situs tersebut dan merupakan sumber penting artefak Romawi.
Hingga saat ini, tablet-tablet masih terus ditemukan di Vindolanda. Birley mencatat bahwa yang pertama untuk tahun ini ditemukan pada bulan April. Ia memperkirakan akan ada ratusan lainnya dari penggalian selama musim panas.
Sebagian besar tablet ditulis dengan tinta di atas kayu, tetapi sekitar 400 di antaranya ditulis dengan stilus di atas lapisan lilin lebah di ceruk tablet.
Tablet-tablet ini biasanya ditemukan jauh di kedalaman tanah, di mana tanah yang lembab dan kurangnya oksigen mencegah kayu-kayu tersebut membusuk.
Sangat disayangkan, perubahan iklim turut mengancam situs Vindolanda beserta tablet-tabletnya–menjadi lebih kering dan kemudian lebih basah. Dengan kondisi tersebut, menurut Birley, berarti tablet-tablet yang belum ditemukan kemungkinan besar tidak akan bertahan di tahun-tahun mendatang.
Tablet Vindolanda mencakup hampir semua aspek kehidupan di benteng perbatasan Kekaisaran Romawi, termasuk urusan rumah tangga, surat kepada teman, dan permintaan cuti resmi.
"Menulis ada di mana-mana, terutama di dunia militer," kata Birley. "Sangatlah penting bagi orang-orang untuk belajar membaca dan menulis, untuk berkomunikasi dan beraktivitas."
Hal ini diperkuat dengan tempat para arkeolog menemukan tablet-tablet tersebut: bukan di area administratif yang terpusat, melainkan di sekeliling benteng dan tempat tinggal. "Di lantai, di dalam kamar-kamar penduduk, di mana-mana," kata Birley.
Tablet Vindolanda yang paling terkenal ditulis sekitar tahun 100 Masehi oleh seorang wanita bernama Claudia Severa, istri seorang komandan benteng.
Di dalamnya ia menyapa Sulpicia Lepidina, istri komandan kelompok di Vindolanda, dan mengundangnya ke sebuah pesta ulang tahun: "Aku akan menunggumu, saudariku," demikian bunyi surat itu. "Selamat tinggal, saudari yang kusayangi, semoga engkau sejahtera, dan salam sejahtera."
Ini adalah salah satu tulisan paling awal yang diketahui dalam bahasa Latin yang ditulis oleh seorang wanita.
Kajian Ilmiah Benteng Vindolanda Kekaisaran Romawi
Lima dekade setelah penemuan tablet Vindolanda pertama, British Museum melakukan penelitian baru untuk lebih memahami bagaimana tablet tersebut dibuat.
Ilmuwan museum, Caroline Cartwright, yang berspesialisasi dalam pelestarian artefak kuno, mengatakan bahwa sekitar 80 tablet telah dipelajari sejauh ini.
Dalam proyek ini, para peneliti memeriksa: kayu yang digunakan, komposisi kimiawi tinta dan tempat tinta, serta memastikan apakah tablet disiapkan dengan bahan lain sebelum ditulisi.
Tablet yang menggunakan tinta tampak seperti surat sehari-hari. Berbeda dengan tablet lilin yang cenderung lebih resmi:
"Tablet ini mungkin merupakan surat wasiat seseorang, atau perjanjian tentang siapa yang memiliki seorang budak," kata Richard Hobbs, kurator di British Museum yang bertanggung jawab atas tablet Vindolanda. "Kami masih dalam tahap awal untuk membacanya."
Sebagian besar tablet tinta tampaknya ditulis di atas lembaran tipis yang terbuat dari kayu lokal seperti birch atau alder.
Menurut Cartwright, kayu pada tablet lilin cenderung lebih lembut. Kemungkinan, kayu tersebut diperoleh dari daur ulang tong-tong yang digunakan untuk menyimpan barang-barang impor Kekaisaran Romawi.
Jauh dari rumah
Tablet Vindolanda tak hanya memuat informasi mendalam tentang kehidupan sehari-hari pada Kekaisaran Romawi. Tablet tersebut juga memuat informasi penting tentang operasi militer Kekaisaran Romawi di daerah yang terpencil.
Menurut Hobbs, Tentara Romawi adalah organisasi yang sangat kompleks. Kita hanya tahu sedikit tentang bagaimana organisasi itu dikelola, dan sebagian besar catatan sebelumnya berasal dari bagian timur kekaisaran.
"Namun tablet-tablet ini memberi kita wawasan yang luar biasa tentang kehidupan di Angkatan Darat Romawi di perbatasan barat laut," terang Hobbs,
Sekitar setengah dari 300.000 tentara Angkatan Darat Romawi yang ditempatkan di Inggris adalah legiun warga negara. Sisanya adalah pasukan tambahan (auxilia) yang telah mendaftar untuk berperang demi Kekaisaran Romawi selama 25 tahun, dengan janji akan diberikan kewarganegaraan di akhir masa tugas.
Banyak auxilia yang berasal dari Britania, tetapi pasukan tambahan lainnya berasal dari wilayah yang lebih jauh: Belanda, Belgia, dan Spanyol Utara.
Terlepas dari mana pun pasukan itu berasal, tablet Vindolanda menunjukkan sebagian besar dibaca dan ditulis dalam bahasa Latin, bahasa tentara.
Birley menjelaskan, bahwa beberapa tablet Vindolanda bahkan memiliki pelajaran menulis dalam bahasa Latin. "Anda berurusan dengan banyak orang yang berasal dari latar belakang yang berbeda, dan mereka harus bisa berkomunikasi satu sama lain," katanya.
Hampir semua hal dituliskan, termasuk berapa gaji para prajurit dan permintaan mereka akan perbekalan: "Jika Anda ingin bergabung dengan Angkatan Darat Romawi, sangat penting bagi Anda untuk mencapai tingkat melek huruf tertentu."
Birley menambahkan bahwa penelitian ilmiah yang sedang dilakukan oleh British Museum akan membantu melestarikan tablet-tablet itu selama mungkin.
"Ini adalah pekerjaan yang sangat penting dan inovatif," katanya dengan penuh apresiasi, "dan ini membantu kami dalam penyimpanan jangka panjang, kurasi, dan pengelolaan benda-benda yang sangat berharga ini."