Selidik Senjata Samurai Kekaisaran Jepang: Menggunakan Busur Panah?

By Tri Wahyu Prasetyo, Sabtu, 27 Mei 2023 | 08:00 WIB
Ono no Harukaze bersama busur silang. Ia adalah seorang perwira Kekaisaran Jepang pada zaman Heian. (Public Domain/ Wikimedia Commons)

Seorang samurai menembakkan panah silang genggam. (Owlcation)

Beberapa ilustrasi dalam teks menunjukkan bahwa busur ini menyerupai varian Kekaisaran Tiongkok dalam hal desain, dan versi lokal mungkin ada.

Busur panah Jepang digunakan pada abad ke-9 dan ke-10, tetapi tidak banyak disebutkan setelahnya. Namun demikian, pada periode berikutnya, busur panah dibuat dari berbagai bahan eksotis, termasuk tulang paus, tanduk dan baja.

Senjata Oyumi Kekaisaran Jepang

Oyumi merupakan versi yang lebih besar dari shudo. Ia sedikit lebih populer ketimbang ‘adiknya’. Namanya secara harfiah berarti "busur besar", dengan istilah "o" untuk menunjukkan "kebesaran" atau "ukuran besar" dan "yumi" sebagai busurnya.

Meskipun lebih populer daripada shudo, penampilan keseluruhan dan metode pengoperasiannya sulit ditentukan karena kurangnya ilustrasi yang tersedia.

Ilustrasi yang memungkinkan tentang Ōyumi. (Owlcation)

Namun berdasarkan catatan yang ada, senjata ini berfungsi sebagai ketapel yang dipasang di sebuah tempat yang telah disediakan.

Beberapa catatan juga mengindikasikan bahwa pelontar ini tidak hanya meluncurkan satu tembakan. Bak senjata otomatis, ia dapat memuntahkan beberapa tembakan. Pada dasarnya, senjata ini merupakan varian dari panah berulang Kekaisaran Tiongkok.

Salah satu catatan menggambarkan bagaimana Ōyumi melepaskan beberapa tembakan: "Oyumi berbaris dan menembak secara acak, anak panah jatuh seperti hujan." Senjata ini terakhir kali digunakan pada tahun 1189.

Mengapa Samurai Meninggalkan Busur Silang

Ada beberapa alasan mengapa busur silang tidak begitu populer di kalangan samurai. Dalam kasus shudo, ketersediaan bahan, gaya bertarung dan preferensi taktis para samurai adalah masalah utama.

Untuk membuat busur silang yang kuat pada masa itu, dibutuhkan tanduk, tulang, urat busur dan kayu. Kayu bukanlah masalah, tetapi tanduk, tulang dan urat memiliki masalah pasokan di Kekaisaran Jepang.

Impor buatan Tiongkok sudah tersedia. Jadi mengapa harus repot-repot membuat versi lokal? Selain itu, orang Jepang memiliki preferensi yang berbeda ketika bertarung.

“Ya, busur silang lebih mudah dibidik, tetapi fakta bahwa busur silang membutuhkan tiga anggota tubuh untuk memiringkan berarti busur silang tidak dapat digunakan saat menunggang kuda,” terang Adan. Sedangkan, “menembak dari atas kuda adalah keahlian terbaik para prajurit samurai.”

Dan tidak seperti saat memakai busur yumi yang lebih gesit, seorang samurai tidak dapat menggunakan busur silang saat bergerak. Busur silang juga dianggap kurang efisien: waktu pengisian ulang dan kecepatan tembak lambat.