Seleksi Kompetisi Desain Motif Batik Lasem Hadirkan Nuansa Klasik

By Agni Malagina, Jumat, 26 Mei 2023 | 18:00 WIB
Kompetisi desain motif batik Lasem diharapkan dapat meningkatkan peran serta generasi muda dalam melestarikan batik sebagai warisan budaya takbenda dunia dengan kreasi dan penciptaan produk kreatif unggulan. (Agni Malagina)

Kartini Bangun Negeri (KABARI) dari Rembang, gagasan dari Bank Indonesia bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Rembang dan Yayasan Lasem Heritage, hadir dan diresmikan pada 25 Oktober 2022 sebagai komitmen yang fokus pada pelestarian batik Lasem. KABARI dari Rembang ini merupakan program pendampingan yang tidak hanya mendorong produktivitas para pembatik di Lasem, tetapi juga berorientasi pada penguatan ekosistem batik Lasem, proses regenerasi, dan diversifikasi produk batik Lasem yang berkonsep ekonomi sirkular dan konsep hijau ramah lingkungan.

Dan demi meningkatkan partisipasi publik, praktisi batik, hingga pencinta batik Lasem, Bank Indonesia dan Yayasan Lasem Heritage dengan dukungan beberapa pihak pemangku kepentingan di Kabupaten Rembang, menggelar Kompetisi Desain Motif Batik Lasem 2023 tepatnya dimulai bulan April dan berakhir pada bulan Juli.

“Ini semangat Kartini. Kompetisi desain motif batik menggunakan warisan budaya dan sejarah Lasem sebagai inspirasi penciptaan karya, menggerakan perekonomian rakyat, dan memperkuat tradisi dengan inovasi kreatif serta memberi semangat baru untuk generasi muda dalam merawat warisan budaya,” ujar Rahmat Dwi Saputra, Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Daerah Jawa Tengah.

“Batik Lasem pernah jaya dan jadi tren fesyen di masa lalu. Perkembangan terkini kita menghadapi tantangan harus kreatif dengan desain motif, melihat tren pasar nasional dan global, menjadi bisnis yang ramah lingkungan, memberikan dampak ekonomi yang baik untuk komunitas dan lingkungan hidup di Lasem. Yang paling penting, karakter identitas batik Lasem itu kuat dengan melihat warisan budaya dan sejarah batiknya yang panjang,” tegas Rahmat Dwi Saputra, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah. Lebih lanjut ia menegaskan bahwa Kompetisi ini juga bertujuan menarik minat generasi muda untuk hidup di sektor batik serta menghidupi pelestarian batik yang telah menjadi warisan dunia.

"Melalui kegiatan ini, desain terpilih diharapkan dapat diaplikasikan pada berbagai produk yang dijual. Tidak hanya di pasar domestik, namun juga hingga ke pasar internasional, serta dapat diproduksi ulang secara terus menerus,” tegas Rahmat.

Rangkaian kegiatan Kompetisi Desain Motif Batik Lasem 2023 yang digelar oleh Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jawa Tengah dan Yayasan Lasem Heritage mendapat sambutan antusias dari peserta yang mayoritas merupakan pelaku batik baik di Lasem (Kabupaten Rembang), pelaku batik di Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta hingga Sumatera Barat. Sebanyak 119 entri nama perorangan atau kelompok mendaftar pada kegiatan kompetisi ini. Kegiatan ini diadakan dengan semangat untuk merevitalisasi desain motif batik Lasem dengan menggunakan inspirasi budaya dan menggali akar batik Lasem yang memiliki sejarah panjang sebagai batik pesisir serta tenar di beberapa negara tetangga pada akhir abad 19 hingga pertengahan abad 20. Tanggal 23 Mei 2023 telah terpilih peserta yang berhasil masuk 6 besar setelah melalui seleksi yaitu atas nama Dessy Riana (Yogyakarta), Eko Cahyo (Yogyakarta), Kelompok Abiproya (Surabaya), Kelompok Nawasena (Lasem), Kelompok Linggi (Lasem), dan Kelompok Gantari (Lasem). Keenam peserta yang terpilih ini akan melanjutkan kegiatan tahap berikutnya yaitu perwujudan karya, mengaplikasikan rencana desain pada kain. Perwujudan kain ini akan melibatkan rumah batik di Lasem apabila peserta merupakan desainer yang berasal dari luar Lasem.

“Batik menjadi bagian olahrasa bagi saya, sehingga lomba ini menjadi menarik bagi saya untuk mengulik dan mengeksplorasi khasanah batik lasem. Juga tentang sumber referensi, mendapatkan suasana lasem yang sebenarnya. melihat Lasem dari "jauh", karena secara pribadi belum pernah menginjakan kaki ke lasem,” ujar Eko Cahyo seorang arsitek. Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa,” membuat inovasi dalam konsep dan desain yang harapannya fresh, ringan, bermanfaat dan dapat kembangkan oleh masyarakat di sana idenya.” Ia pun mengaku senang terpilih untuk tahapan selanjutnya,”deg-degan, karena waktunya yang cukup padat. Semoga semua finalis dapat menghasilkan prototipe yang optimal semua.”

“Seleksi sangat ketat, karya yang masuk berupa konsep dan gambar desain sangat beragam. Namun kita telah mengerucut pada beberapa karya yang sesuai dengan persyaratan yaitu menggunakan warisan budaya Lasem sebagai inspirasi karya, menjelaskan konsep karya, memberikan penjelasan rancangan komposisi motif dan warna, termasuk menentukan target pasar karya dan rencana implementasi desain pada produk turunan,” ujar Ernitha, ketua penyelenggara kompetisi ini. Ia juga menjelaskan bahwa indikator penjurian cukup lengkap, tidak hanya melulu soal desain motif namun juga memperhatikan aspek fungsi dan bisnis.

“Ya selain estetikanya, kita juga menilai sisi lain mulai dari aspek fungsi, pasar dan bisnis. Namun kita menegaskan bahwa karya yang direncanakan harus punya akar dan identitas batik Lasem. Dalam kompetisi ini, karya yang dihasilkan kami batasi hanya diimplementasikan dalam bentuk kain panjang, sarung atau tokwi. Tiga karya adiluhung kaing batik dari Lasem. Singkatnya, kembali klasik agar kenal akar budaya batik Lasem dulu, baru berkembang ke modern dan kontemporer,” pungkasnya.

Di sisi lain, tim juri seleksi mengakui bahwa proses penjurian berlangsung cukup panjang. “Hampir 1 minggu (penjuriannya). Sulit memilih yang terbaik dari desain-desain yang masuk. Kami melihat beberapa kriteria yaitu konsep, komposisi motif dan warna, bagaimana rencana pengaplikasiannya pada kain, apakah desain tersebut dapat dibuat dalam waktu singkat sesuai tenggat kompetisi,”ujar Yahya Adi Sutikno dari White Peony Art Batik.

“Kalau saya melihat dari aspek batiknya. Juri lain melihat aspek desain,”jelas Yahya.

“Cukup lengkap ya kriteria yang kita buat dari unsur desain seperti komunikasi visual, keserasian komposisi motif dan warna, bahkan kita juga melihat aspek ‘kebernafasan’ ruang dalam desain motif yang direncanakan peserta. Kita melihat holistik, seperti melihat proposal pitch deck,” sambung Adityayoga, ahli komunikasi visual dari Institut Kesenian Jakarta.