Kekeringan Global Diperkirakan Semakin Parah Akibat Perubahan Iklim

By Ricky Jenihansen, Senin, 29 Mei 2023 | 15:00 WIB
Ancaman terbesar bagi kesehatan umat manusia adalah efek dari perubahan iklim. (WHO /A. Craggs)

Jeffrey Basara, profesor madya di School of Meteorology di College of Atmospheric and Geographic Sciences dan School of Civil Engineering and Environmental Sciences di Gallogly College of Engineering. Ia adalah penasihat fakultas Christian dan rekan penulis studi.

Basara adalah direktur asosiasi eksekutif program hidrologi dan keamanan air dan memimpin kelompok penelitian Iklim, Hidrologi, Ekosistem, dan Cuaca Oklahoma University.

Para peneliti telah menyelidiki cara meningkatkan identifikasi dan prediksi kekeringan kilat sejak 2017, dengan beberapa makalah yang diterbitkan dalam Journal of Hydrometeorology, Environmental Research Letters and Nature Communications sebelumnya.

“Studi ini terus menekankan bahwa produsen pertanian, baik domestik maupun luar negeri, akan menghadapi peningkatan risiko terkait ketersediaan air akibat pesatnya perkembangan kekeringan," katanya.

"Akibatnya, tekanan sosial ekonomi yang terkait dengan produksi pangan, termasuk harga yang lebih tinggi dan keresahan sosial, juga akan meningkat ketika terjadi gagal panen akibat kekeringan mendadak, ”kata Basara.

Selain penulis utama Jordan Christian, rekan penulis dari University of Oklahoma termasuk profesor Jeffrey Basara, Elinor Martin dan Jason Furtado di Sekolah Meteorologi serta Xiangming Xiao di Departemen Biologi dan Mikrobiologi.

Rekan penulis lainnya termasuk Jason A. Otkin, University of Wisconsin–Madison; Lauren E.L. Lowman, Wake Forest University; Eric D. Hunt, University of Nebraska-Lincol; dan Vimal Mishra, Indian Institute of Technology.

Cuaca dan Iklim Ekstrem

Menurut skenario menengah Divisi Populasi Perserikatan Bangsa-Bangsa, populasi global diperkirakan akan meningkat menjadi 9,7 miliar pada tahun 2050 dan 10,4 miliar pada tahun 2100 dari populasi global yang diproyeksikan sebesar 8 miliar pada akhir tahun 2021.

Permintaan terkait untuk pertanian diperkirakan akan berlipat ganda sebesar 2050, memberikan tekanan pada ketahanan pangan yang berkelanjutan dan adil secara global.

Selain itu, proyeksi peningkatan variabilitas iklim akibat perubahan iklim global akan berdampak pada perluasan lahan pertanian dan intensifikasi pertanian yang diperlukan untuk memenuhi permintaan dalam beberapa dekade mendatang.

Dari semua cuaca dan iklim ekstrem, kekeringan kemungkinan besar akan membawa tantangan paling kompleks bagi sistem pangan dan produktivitas pertanian selama abad mendatang.

Kekeringan dengan berbagai jenis (misalnya, meteorologi, pertanian, hidrologi) diproyeksikan akan meningkat dalam frekuensi, tingkat keparahan, dan perluasan spasial di banyak wilayah di seluruh dunia.

Sementara perubahan frekuensi kekeringan di beberapa lokasi rumit karena ketidakpastian curah hujan (misalnya, wilayah monsun di Asia Tenggara), peningkatan risiko kekeringan paling konsisten diperkirakan terjadi di seluruh Amerika Tengah, Eropa, dan Amazon.