Sejarah Hari Lanjut Usia Nasional yang Diperingati Setiap 29 Mei

By Cicilia Nony Ayuningsih Bratajaya, Senin, 29 Mei 2023 | 14:00 WIB
Sidang BPUPKI 29 Mei 1945 dipimpin oleh tokoh sejarah pendiri Republik Indonesia, Dr. KRT. Radjiman Widyodiningrat. Menjadi inspirasi diperingatinya Hari Lanjut Usia Nasional setiap tahun. ()

Nationalgeographic.co.id—Usai senam pagi, seorang nenek yang tinggal di sebuah Panti Werdha milik swasta mengatakan "Seger kalau habis senam, siang nanti saya mau melukis lagi. Lukisannya gambar bunga saya suka. Bunga di Indonesia warnanya bagus-bagus."

Itulah penggalan kalimat yang disampaikan seorang lansia atau lanjut usia turunan Belanda yang sejak menikah sudah menjadi Warga Negara Indonesia. Kanvas dan cat lukis mengisi hari-harinya yang saat ini tinggal seorang diri di Panti Werdha sepeninggal sang suami.

Suasana berbeda ketika menyambangi sebuah rumah lawas yang dikelola sederhana menjadi hunian beberapa lanjut usia.  "Saya ini dulu ikut perang, saya kuat masih bisa bantu simbah-simbah disini." ucap seorang nenek yang hari-harinya menyiapkan hidangan bagi lima orang lansia yang lain.

Sebagai bentuk apresiasi kepada lanjut usia dalam perannya di masyarakat dalam pembangunan negara. Maka negara menetapkan 29 Mei sebagai Hari Lanjut Usia Nasional diperingati setiap tanggal 29 Mei. "Lansia Terawat, Indonesia Bermartabat."

Di Balik kisah sejarah Hari Lanjut Usia Nasional

Dr. KRT. Radjiman Widyodiningrat di usia 65 tahun beliau memimpin sidang BPUPKI pada 29 Mei 1945. Sebagai seorang yang paling sepuh dan penuh kearifan, beliau mencetuskan perlunya dasar filosofis negara Indonesia.

Terinspirasi perjuangan beliau, maka dalam catatan sejarah, oleh Presiden Soeharto, Peringatan Hari Lansia Nasional pertama kali diselenggarakan pada tanggal 29 Mei 1996.

Dr. KRT. Radjiman Widyodiningrat harus melalui perjalanan panjang sejarah kemerdekaan Indonesia, dimulai munculnya Boedi Utomo sampai pembentukan BPUPKI. Pada sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945 beliau mengajukan pertanyaan "Apa dasar negara Indonesia jika kelak merdeka?" Pertanyaan ini dijawab oleh Bung Karno dengan Pancasila.

Tidak hanya berjasa dalam sejarah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, humanisme terhadap mereka yang menderita sakit mengalir dalam darah Dr. KRT. Radjiman Widyodiningrat. Beliau tinggal di Desa Dirgo Kecamatan Widodaren Ngawi untuk mengabdikan dirinya sebagai dokter ahli penyakit pes. Kala itu banyak warga Ngawi meninggal dunia karena dilanda wabah penyakit tersebut. Kediaman beliau saat ini menjadi bangunan yang memiliki nilai sejarah berusia lebih dari ratusan tahun.

Peringatan Hari Lansia Nasional hari ini, merupakan wujud penghargaan dari negara Republik Indonesia atas semangat, daya juang, dan jiwa raga yang ditumpahkan untuk memerdekakan dan memajukan pembangunan negara. Buah pikir, kearifan, dan teladan para lansia menjadi bekal generasi selanjutnya.

Melalui Peraturan Presiden Nomor 88 Tahun 2021 tentang Strategi Nasional Kelanjutusiaan, pemerintah memberikan perhatian secara khusus kepada masyarakat lanjut usia. Peraturan Presiden ini dimaksudkan sebagai acuan penyusunan kebijakan, program, dan kegiatan untuk mewujudkan lanjut usia yang mandiri, sejahtera, dan bermartabat.

Melansir laman Kemensos, peringatan Hari Lanjut Usia Nasional ini merupakan upaya untuk mengangkat derajat lansia sebagai potensi bagi negara dan bukan sebagai beban. Dalam laman ini, Romal mengatakan "Tak hanya menyalurkan bantuan, Hari Lanjut Usia Nasional juga menjadi Duta Lansia dari anak-anak hingga remaja dan pemuda. Hal ini sebagai bentuk kampanye pentingnya kepedulian kepada lansia.