Sejarah Pejuang Pendidikan Merintis Sekolah Cabang Taman Siswa

By Galih Pranata, Jumat, 2 Juni 2023 | 12:00 WIB
Potret Suwarya beserta saudara-saudaranya di tahun 1941. Mereka dikenang sebagai pejuang pendidikan yang merintis sejarah pendirian sekolah cabang Taman Siswa di Ciasem, Subang. (Public Domain)

"Sekolah-sekolah cabang Taman Siswa diberikan wewenang dan otonom dalam kegiatannya sesuai dengan kebudayaan daerahnya masingmasing sehingga sesuai dengan cita-cita Taman Siswa yang berkiblat pada kebudayaan nasional," tulis Achmad Faisal Perwata.

Ia menulis dalam skripsinya berjudul Politik Pendidikan Taman Siswa (1945 -1950) yang dipertahankan kepada Universitas Negeri Jakarta pada tahun 2016. Dengan demikian, Taman Siswa tumbuh dengan cepat di banyak wilayah di Hindia Belanda.

Begitupun dengan Suwarya. Ia memiliki tekad kuat untuk membangun pendidikan yang masih rendah di kampung halamannya. Ia berinisiatif untuk merintis sekolah cabang Taman Siswa, memindahkan dasar pemikiran Ki Hajar dari Yogyakarta ke Subang.

Sebagaimana ditulis Widya Noventari dalam Prosiding Seminar Nasional UNS berjudul Kajian Konsep Dan Praktek Sistem Pendidikan Taman Siswa Sesuai Dengan Alam Pemikiran Ki Hajar Dewantara (2016), bahwa Dasar pemikiran Taman Siswa tertuliskan dalam Panca Dharma.

Panca Dharma berisi tentang pemikiran dasar Ki Hajar Dewantara yang terdiri dari dasar kemerdekaan, dasar kebangsaan, dasar kemanusiaan, dasar kebudayaan, dan dasar kodrat alam.

Suwarya bertekad untuk merintis sekolah berhaluan pemikiran ala Ki Hajar Dewantara di kampung halamannya, Kewedanan Tjiasem (sekarang Kecamatan Ciasem), Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Berkat tekad kuatnya, Taman Siswa pusat yang berlokasi di Yogyakarta, mengirimkan utusannya bernama Slamet untuk mendampingi Suwarya dalam memuluskan upayanya membangun sekolah Taman Siswa.

Tak sendirian, upaya pendirian Sekolah Taman Siswa di Tandjoeng Tiga juga dilaksanakan dengan bantuan saudara-saudara Suwarya. Didampingi ketiga adiknya, Sumarya, Suwarja dan Surospandi, sekolah itu mulai diproyeksikan.

Menggunakan tanah warisan ayah mereka, Darya, sekolah Taman Siswa mulai dibangun. Suwarja yang menjabat sebagai Kepala Desa Tandjoeng Tiga, membantu dukungan legal formalnya dalam misi melancarkan pembangunan sekolah.

Dari sebuah tanah kepemilikan pribadi yang diwakafkan, segenap murid dan keturunannya, mengakui jasa besar dan kelonggaran hati para pejuang pendidikan ini dalam tekadnya membangun pendidikan di Tandjoeng Tiga.

Soewardi Soerjaningrat mengganti namanya menjadi Ki Hajar Dewantara yang dikenal sukses membangun sekolah Taman Siswa di Yogyakarta. (Wikimedia Commons)

Pasca kemerdekaan, tepatnya di tahun 1949, secara resmi Sekolah tingkat Dasar Taman Siswa mulai aktif. Slamet menjadi rekanan pengajar bagi Suwarya dalam menanamkan filosofi pendidikan ala Ki Hajar Dewantara, selayaknya Taman Siswa di Yogyakarta.