Ketika Timur Bertemu Barat: Seni Unik dari Kekaisaran Ottoman

By Tri Wahyu Prasetyo, Selasa, 25 Juli 2023 | 10:30 WIB
(via Sotheby's)

Nationalgeographic.co.id—Ketika membayangkan Kekaisaran Ottoman, apa gambaran yang terbesit di benak Anda? Boleh jadi fantasi Anda akan dihuni oleh para sultan, yang penuh dengan aroma eksotis dan diiringi oleh suara muazin untuk salat. 

Faktanya, menurut Marie Joelle Eschmann, seorang sejarawan seni dari Swiss, Kekaisaran Ottoman lebih dari imajinasi itu. Ottoman, dalam sejarahnya adalah Kekaisaran yang sangat agung. Di puncak kejayaannya, wilayah kekuasaan Ottoman mencakup Anatolia dan Kaukasus melintasi Afrika Utara hingga Suriah, Arab, dan Irak. 

Kekaisaran ini telah mengintegrasikan tradisi Bizantium, Mamluk, dan Persia, “yang pada akhirnya membentuk ciri khas artistik Ottoman yang unik.”

Untuk memahami bagaimana seni dan arsitektur kekaisaran Ottoman muncul dan berkembang, kita perlu melihat lebih dekat sejarahnya. Dimulai dari penaklukan Konstantinopel, berlanjut ke Zaman Keemasan di bawah kekuasaan Sulaiman.

Istanbul: Ibu Kota Kekaisaran Ottoman

Masuknya Mehmed II ke Konstantinopel pada tanggal dua puluh sembilan Mei 1453 oleh Benjamin Constant, 1876. (Via Museé des Augustins)

Pada abad ke-15, Mehmed II - yang lebih dikenal sebagai Mehmet "Sang Penakluk" - mendirikan ibu kota baru Ottoman di bekas Konstantinopel Bizantium dan menamainya Istanbul. 

“Pada saat kedatangannya, ia memadukan tradisi Turki dan Persia-Islam dengan repertoar artistik Bizantium dan Eropa Barat,” jelas Joelle.

Salah satu contoh terbaik bagaimana Timur bertemu dengan Barat di Konstantinopel adalah transformasi Hagia Sophia menjadi masjid. Gereja ini dibangun pada tahun 537 Masehi oleh Kaisar Bizantium Justinian I, selama hampir 1000 tahun. Bangunan ini merupakan katedral terbesar di dunia. 

Dipercaya, Mehmed II langsung menuju Hagia Sophia setelah memasuki Konstantinopel untuk melakukan ibadah salat pertamanya. Gereja berkubah ini kemudian diubah menjadi masjid, dengan menambahkan empat menara ke dalam bangunan.

Lukisan Hagia Sophia, Konstantinopel pada tahun 1852. (Gaspard Fossati)

Meskipun Hagia Sophia selalu menjadi fokus dari narasi "Timur bertemu Barat" di Istanbul, namun menurut Joelle tidak hanya berhenti di situ saja. “Masih banyak lagi contoh bagaimana penaklukan Mehmet berdampak besar pada pemahaman Ottoman tentang seni dan arsitektur.”