Izanagi dan Izanami, Pencipta Pulau-Pulau dalam Mitologi Jepang

By Sysilia Tanhati, Minggu, 4 Juni 2023 | 13:00 WIB
Izanami dan Izanagi adalah dewa dewi primordial agama Shinto. Dalam mitologi Jepang, keduanya diyakini menciptakan pulau-pulau di Jepang dan melahirkan banyak dewa atau kami Shinto. (Nishikawa Sukenobu/Metropolitan Museum of Art )

Nationalgeographic.com—Izanami dan Izanagi adalah dewa dewi primordial agama Shinto. Dalam mitologi Jepang, keduanya diyakini menciptakan pulau-pulau di Jepang dan melahirkan banyak dewa atau kami Shinto. Keduanya adalah dewa dewi penting dalam mitos penciptaan Jepang.

Penciptaan pulau-pulau dalam mitologi Jepang

Pulau-pulau di Jepang adalah subjek dari mitos penciptaan yang penuh warna dalam mitologi Jepang. Berdiri di jembatan atau tangga surga (dikenal sebagai Ama-no-hashidate), kedua dewa Izanami dan Izanagi menggunakan tombak bertatahkan permata untuk mengaduk lautan.

Saat menarik tombak, garam mengkristal menjadi tetesan di ujungnya dan jatuh kembali ke laut sebagai pulau. Maka, daratan pertama pun terbentuk.

Dalam versi lain, tombak itu meneteskan lumpur dari laut yang masih keruh dan kacau.

Pulau pertama yang diciptakan dalam mitologi Jepang adalah Onogoro-shima. Para dewa segera menggunakan pulau itu untuk membangun rumah dan mengadakan upacara pernikahan mereka.

Ritualnya melibatkan mengitari pilar (atau dalam beberapa versi tombak) dengan dua dewa bergerak berlawanan arah.

Selama ritual pernikahan suci ini, Izanami salah berbicara terlebih dahulu ketika mereka berpapasan.

Sebagai akibat dari ketidaksopanannya, anak pertama yang dilahirkan lemah, buruk rupa, dan tanpa tulang. Ia adalah dewa Hiruko (kemudian Ebisu).

“Dewa Hiruko menjadi pelindung para nelayan dan salah satu dari tujuh dewa keberuntungan,” tulis Mark Cartwright di laman World History Encyclopedia.

Hiruko ditinggalkan oleh orang tuanya dan dimasukkan ke dalam keranjang untuk dibawa ke laut.

Berdiri di jembatan atau tangga surga (dikenal sebagai Ama-no-hashidate), kedua dewa Izanami dan Izanagi menggunakan tombak bertatahkan permata untuk mengaduk lautan. Maka terciptalah daratan pertama dalam mitologi Jepang. (Public Domain)

Anak kedua adalah pulau Awa tetapi Izanami dan Izanagi masih belum puas dengan keturunan mereka. Izanami dan Izanagi bertanya kepada orang tua perihal kemalangan yang menimpa keluarganya.

Penyebabnya pun terungkap, itu karena penampilan ritual pernikahan mereka yang salah. Izanami dan Izanagi pun mengulangi upacara tersebut, kali ini memastikan Izanagi berbicara terlebih dahulu.

Pasangan itu kemudian terus melahirkan keturunan yang lebih menguntungkan, termasuk delapan pulau utama Jepang - Awaji, Shikoku, Oki, Tsukushi (Kyushu), Iki, Tsu, Sado, dan Oyamato.

Mereka bahkan melahirkan lebih dari 800 kami (dewa, roh, dan fenomena alam) yang ada di jajaran dewa dewi Shinto. Anak-anak Izanami dan Izanagi yang terkenal dalam mitologi Jepang adalah Oho-wata-tsu-mi (dewa laut), Kuku-no-shi (dewa pohon), Oho-yama tsu-mi (dewa pegunungan) dan Kagutsuchi (dewa api).

Kelahiran dewa dewi yang membawa derita bagi Izanami

Kelahiran beberapa dewa datang dengan harga tertentu. Izanami mengalami luka bakar yang parah saat melahirkan Kagutsuchi. Dan konon banyak kami lahir dari air matanya saat dia menderita luka-lukanya hingga akhirnya meninggal.

Sebagai suami, Izanagi pun melakukan balas dendam atas kematian istrinya itu. Balas dendam berlangsung cepat, Izanagi pun menebas dewa api berkeping-keping dengan pedangnya. Dikatakan bahwa banyak dewa baru bermunculan dari setiap bidak dewa.

Izanagi, tidak diragukan lagi tidak dapat hidup tanpa istri tercintanya. Ia tergesa-gesa mengikutinya ke dunia bawah atau yomi (juga disebut Ne-no-kuni, tanah akar dan Soko-no-kuni, tanah berongga).

Sayangnya, dia tidak dapat menyelamatkan Izanami. Pasalnya, Izanami sudah makan makanan di dunia bawah dan dilarang kembali ke alam kehidupan.

Namun, Izanami memohon kepada para dewa untuk dijadikan pengecualian. Ia pun membuat Izanagi berjanji bahwa dia akan bersabar dan tidak mencoba untuk melihatnya dalam keadaannya saat ini.

Namun, proses pelepasannya lama dan Izanagi yang tidak sabar tidak bisa menunggu lagi dan berusaha untuk melihat kekasihnya. Namun dia terkejut, karena ketika dia melihatnya, tubuh sang dewi sudah membusuk.

Izanami sangat tidak senang pada suaminya yang melanggar janjinya dan melihatnya dalam keadaan seperti itu tetapi lebih buruk lagi. Karena kesal, delapan guntur dan wanita buruk rupa mengejar dewa keluar dari dunia bawah.

Izanagi berhasil menghentikan pengejaran guntur dengan melemparkan tongkatnya (kunado-no-kami) ke jalan mereka. Dan pada saat inilah dua dewa jalan dalam mitologi Jepang, Chimata-no-kami dan Yachimata-hiko, diciptakan.

Kelahiran dewa dewi Shinto dalam mitologi Jepang

Saat akhirnya mencapai dunia luar, Izanagi memblokir pintu masuk ke yomi dengan sebuah batu besar. Ini menjadi akhir dari hubungan Izanami dan Izanagi.

Ia beruntung bisa melarikan diri tanpa cedera dari tempat kegelapan yang begitu mengerikan. Setelah itu, dewa harus melakukan ritual pembersihan di sungai Woto untuk membersihkan dirinya dari kotoran dunia bawah.

“Selama ritual inilah berbagai dewa dewi Shinto lahir,” Cartwright menambahkan lagi. Amaterasu, dewi matahari, lahir ketika Izanagi mencuci mata kirinya.

Tsuki-yomi, dewa bulan, lahir ketika sang dewa mencuci mata kanannya. Ketika dia membasuh hidungnya, lahirlah Susanoo (atau Take-haya-Susa- no-wo), dewa badai. Shina-tsu-hiko, dewa angin lahir dari nafas Izanagi.

Selain itu, ketika dia membuang pakaiannya yang kotor di sungai, 12 dewa lainnya lahir dari 12 bidak tersebut. Mengacu pada episode ini, praktik harai atau pembersihan sebelum memasuki kuil suci (jinja) telah menjadi bagian penting dari ritual Shinto.

Izanami dan Izanagi dalam mitologi Jepang merupakan pasangan dewa yang dihormati dan penting.