Memuliakan San Domenico, Tradisi Aneh Sambut Musim Semi dengan Ular

By Sysilia Tanhati, Selasa, 6 Juni 2023 | 09:00 WIB
Menyambut musim semi, Festa dei Serpari yang terkenal di Cocullo berlangsung setiap tanggal 1 Mei. Yang membuat festival itu menjadi tradisi aneh adalah ular yang diletakkan di patung Santo Domenico yang diarak. ( Antonio Masiello/Getty Images)

Nationalgeographic.co.id—Cocullo adalah sebuah kota kecil yang indah yang terletak di jantung Pegunungan Apennine, Italia. Biasanya, kehidupan berjalan dengan damai. Namun tetapi segalanya menjadi lebih menarik setiap bulan Mei dan itu berkaitan dengan ular. Menyambut musim semi, Festa dei Serpari yang terkenal di Cocullo berlangsung setiap tanggal 1 Mei. Mengapa perayaan tersebut melibatkan ular?

Perayaan untuk menghormati santo pelindung Cocullo

Kota ini terkenal dengan perayaan unik untuk menghormati San Domenico Abate, santo pelindung Cocullo. Perayaan itu ditandai dengan prosesi pawang ular yang dikenal sebagai i serpari.

Seperti dalam banyak perayaan Katolik lainnya, patung santo dibawa berkeliling kota dalam prosesi. Di Cocullo, patung sang santo sepenuhnya ditutupi dengan ular hidup.

Selama berabad-abad, pesta San Domenico Abate telah menjadi peristiwa penting bagi masyarakat Cocullo. Dari dari mana semua itu berawal? Menurut legenda, Domenico adalah seorang biarawan yang tinggal di wilayah tersebut selama abad ke-10. Ia dikenal karena kemampuannya menyembuhkan orang dari gigitan ular.

Maka setelah kematiannya, penduduk Cocullo mulai menghormatinya sebagai santo pelindung mereka dan mencari perlindungan dari gigitan ular.

Selain gigitan ular, Santo Domenico juga dipercaya bisa melindungi seseorang dari rabies dan sakit gigi. Diyakini oleh penduduk Cocullo, tradisi aneh tersebut akan menjaga kesehatan gigi umat beriman.

Faktanya, legenda mengatakan bahwa penduduk Cocullo mulai membawa ular hidup ke gerejanya sebagai persembahan.

Dan dari pengabdian asli inilah tradisi serpari lahir, mungkin sekitar abad ke-14. Seiring waktu, praktik membawa ular sebagai persembahan untuk orang suci berkembang menjadi prosesi yang dipimpin oleh pawang ular. Serpari membawa mereka berkeliling desa untuk menunjukkan iman dan pemujaan mereka.

“Saat ini, serpari adalah kelompok individu unik yang telah dilatih dalam seni menangani ular,” tulis Chiara Dalessio di laman L’Italo Americano. Mereka bertanggung jawab untuk menangkap dan merawat hewan yang digunakan dalam prosesi pada minggu-minggu sebelum perayaan.

Pencarian dan penangkapan ular dimulai menjelang akhir Maret ketika salju yang mengelilingi desa mulai menghilang. Serpari menjelajah ke dalam hutan untuk mencari spesies reptil tidak berbisa. Mereka dengan hati-hati mengumpulkannya dan menempatkannya di kotak kayu khusus. Di tempat khusus, ular-ular dirawat sampai hari perayaan.

Ular dianggap sebagai simbol keberuntungan dan diperlakukan dengan cinta dan perhatian oleh pawangnya. Sang pawang akan melepaskan ular ke habitat aslinya, di daerah tempat mereka ditangkap, tak lama setelah prosesi selesai.