Tatkala Samurai Melucuti Pedang Para Petani di Kekaisaran Jepang

By Sysilia Tanhati, Minggu, 11 Juni 2023 | 13:00 WIB
Toyotomi Hideyoshi mengeluarkan dekrit perburuan pedang di Kekaisaran Jepang. Dekrit ini dengan jelas memisahkan antara kelas samurai dan petani. (Yoshitoshi)

Saat itu, patung Buddah sedang dibangun di Kuil Hoko-ji. Petani akan diberi imbalan atas perbuatan seperti itu dan juga diselamatkan di kehidupan selanjutnya.

Katanagari adalah kebijakan heinobunri (memisahkan antara samurai dan petani) yang merampas hak istimewa kelas petani untuk memakai pedang. (New York Public Library)

Ketiga. Jika petani hanya memiliki alat-alat pertanian dan hanya bercocok tanam, kemakmuran mereka akan meluas ke keturunan mereka.

Pemerintah menyita senjata dari para petani berdasarkan belas kasihan kepada mereka. Para petani harus tunduk kepada pemerintah dan tekun dalam bercocok tanam.

Kepedulian penuh kasih terhadap kesejahteraan pertanian adalah alasan dikeluarkannya dekrit ini. Kepedulian semacam itu merupakan landasan bagi perdamaian dan keamanan Kekaisaran Jepang serta kegembiraan dan kebahagiaan semua orang.

Mengapa Hideyoshi Melarang Petani di Kekaisaran Jepang untuk Membawa Pedang?

Sebelum akhir abad ke-16, Penduduk Kekaisaran Jepang dari berbagai kelas membawa pedang dan senjata lain. Hal ini dilakukan untuk pertahanan diri selama periode Sengoku yang kacau.

Saat itu, senjata juga berfungsi sebagai perhiasan pribadi. Jadi bukan para samurai saja yang membawa pedang saat itu di Kekaisaran Jepang.

Namun, kadang-kadang orang-orang menggunakan senjata ini untuk melawan penguasa samurai mereka dalam pemberontakan petani (ikki).

Bahkan, tidak jarang ada pemberontakan gabungan petani dan biarawan (ikko-ikki) yang bahkan lebih mengancam.

Jadi, keputusan Hideyoshi ditujukan untuk melucuti senjata para petani dan para biksu prajurit.

Untuk membenarkan pemaksaan ini, Hideyoshi mencatat bahwa pertanian berakhir tanpa pengawasan ketika para petani memberontak dan harus ditangkap.