Selisik Kelas Sosial Kekaisaran Jepang di Masa Lalu, Samurai Teratas

By Sysilia Tanhati, Rabu, 7 Juni 2023 | 13:00 WIB
Sebelum Restorasi Meiji, ada kelas sosial di Kekaisaran Jepang terbagi menjadi empat tingkatan. Kelas samurai berada di tingkat teratas. (Shinichi Suzuki )

Pedagang

Anak tangga terbawah masyarakat feodal di Kekaisaran Jepang ditempati oleh para pedagang, termasuk pedagang keliling dan pemilik toko. Pedagang sering dikucilkan dan dipandang sebagai parasit. Mereka mendapat untung dari kerja keras kelas petani dan perajin yang lebih produktif. Pedagang tidak hanya tinggal di bagian terpisah dari setiap kota, tetapi kelas yang lebih tinggi juga dilarang untuk bergaul dengan mereka kecuali saat melakukan bisnis.

Anak tangga terbawah masyarakat feodal di Kekaisaran Jepang ditempati oleh para pedagang, termasuk pedagang keliling dan pemilik toko. Pedagang sering dikucilkan dan dipandang sebagai parasit. (Katsushika Hokusai )

Meskipun demikian, banyak keluarga pedagang mampu mengumpulkan kekayaan besar. Ketika kekuatan ekonomi tumbuh, pengaruh politik mereka pun meningkat. Pada akhirnya, pembatasan terhadap pedagan kaya pun kian melemah.

Orang-orang di luar sistem pembagian kelas sosial empat tingkat di Kekaisaran Jepang

Meskipun Jepang feodal dikatakan memiliki sistem sosial berjenjang empat, beberapa orang Jepang hidup di luar kelas itu. Ada yang di atas dan bahkan di bawahnya.

Di puncak masyarakat adalah shogun, penguasa militer di Kekaisaran Jepang. Shogun umumnya adalah daimyo yang paling kuat. Ketika Klan Tokugawa merebut kekuasaan pada tahun 1603, keshogunan menjadi turun-temurun. Tokugawa memerintah selama 15 generasi hingga tahun 1868.

Meskipun shogun menjalankan pemerintahan, mereka memerintah atas nama Kaisar Jepang. Kaisar, keluarganya, dan bangsawan istana memiliki sedikit kekuasaan. Namun, mereka secara nominal berada di atas shogun dan juga di atas sistem empat tingkat.

Kaisar Jepang menjabat sebagai pemimpin boneka untuk shogun. Mereka juga bertindak sebagai pemimpin agama Jepang. Pendeta dan biksu Buddha dan Shinto berada di atas sistem empat tingkat juga.

Sebagian orang yang bernasib malang juga jatuh di bawah anak tangga paling bawah dari tangga empat tingkat. Orang-orang ini termasuk etnis minoritas Ainu, keturunan budak, dan mereka yang bekerja di industri tabu. Tradisi Buddha dan Shinto mengutuk orang yang bekerja sebagai tukang jagal, algojo, dan penyamak kulit sebagai najis. Mereka dikenal sebagai eta di Kekaisaran Jepang.

Selain eta, ada hinin. Hinin adalah kelompok buangan dari empat kelas sosial yang ada. Kelompok ini terdiri dari aktor, penyair pengembara, dan penjahat yang dihukum. Pelacur, termasuk oiran, tayu, dan geisha, juga hidup di luar sistem empat tingkat.

Transformasi sistem empat tingkat