Memperkenalkan Investasi Berbasis Alam Lewat Festival Lestari V

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 8 Juni 2023 | 17:44 WIB
Konferensi pers menjelang Festival Lestari V yang akan diadakan di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Bupati Sigi Mohamad Irwan Lapatta (kedua dari kanan, berkacamata) berharap festival tersebut bisa mendorong investasi di Sigi sembari mempertahankan kelestarian alam. (Donny Fernando/National Geographic Indonesia)

Nationalgeographic.co.id—Kabupaten Sigi diberkahi dengan pesona dan keindahan alam yang asri. Tidak hanya itu, tradisi dan budaya di sana pun lestari beserta peninggalan masa lalu yang sangat tua dari Situs Lore Lindu.

Oleh karenanya, Kabupaten Sigi menjadi tuan rumah Festival Lestari yang kelima pada 23—25 Juni 2023 mendatang. Festival Lestari sendiri adalah agenda tahunan yang digelar oleh Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) sejak 2018. Kabupaten Sigi adalah salah satu dari anggota dari asosiasi kolaborasi lintas pemerintah daerah tersebut.

Alih-alih sekadar mendorong perekonomian karena menarik minat wisatawan, Festival Lestari membuka peluang untuk pelestarian lingkungan. Hal itu dituturkan oleh Bupati Mohammad Irwan Lapatta dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (08/06).

"Saya berharap investasi bisa tumbuh dengan adanya Festival Lestari, sehingga masyarakat bisa bekerja sama mendorong perekonomian dan keberlanjutan di Kabupaten Sigi," ujar Irwan.

Fokus kepedulian terhadap lingkungan ini karena Kabupaten Sigi memiliki kawasan lindung di sekitarnya. Salah satunya adalah Cagar Biosfer Lore Lindu seluas 1,6 juta hektare yang memiliki peran dan fungsi strategis untuk konservasi lingkungan dan budaya.

Festival Lestari mengusung tema "Tumbuh Lebih Baik" untuk mengembalikan perekonomian Kabupaten Sigi yang sempat tersendat akibat gempa bumi tahun 2018 dan pandemi COVID-19. Usaha tersebut harus diiringi dengan kepedulian terhadap lingkungan.

"Saat ini, kalau melihat festival yang diadakan itu sesuai dengan tren ke depan," kata Ratih Purbasari Kania, Direktur Perencanaan Sumber Daya Alam Kementerian Investasi. 

"Jadi ke depan itu investasi itu plan-nya ke investasi berdasarkan ESG (environmental, social, and corporate governance) yang berkelanjutan di mana investor itu tidak hanya melirik pada keuntungan tetapi juga yang memiliki dampak baik," terangnya.

Dalam hal kinerja gotong royong antara perekonomian masyarakat, investasi, dan keberlanjutan pada lingkungan, Kementerian Investasi bekerja sama dengan berbagai pihak dalam peluncuran Panduan Investasi Lestari. Panduan ini dibuat oleh Kementerian Investasi pada November 2022 seiring dalam pertemuan G20.

Panduan Investasi Lestari menjadi rujukan untuk berbagai pihak, khususnya investor, bisnis dan pemerintah. Tujuannya agar investasi nilai ekonomi banyak diberikan kepada masyarakat dan daerah, sembari berdampak pada keberlanjutan lingkungan.

Seorang pekebun tengah memanen buah kokoa di Cagar Biosfer Lore Lindu, Sulawesi Tengah. (Donny Fernando/National Geographic Indonesia)

Sementara itu, peraturan ini juga mengatur bahwa keberlanjutan lahan harus tetap di jaga dari ancaman kerusakan. Contohnya, dalam peraturan tersebut, Pemerintah Kabupaten Sigi berkomitmen menolak penanaman massal vegetasi yang merusak oleh perusahaan yang tidak ramah lingkungan seperti sawit.

Rama Manusama dari Koalisi Ekonomi Membumi dan Katalys Partner mengungkapkan bahwa saat ini para investor sedang mencari portofolio investasi di Indonesia. Pendanaan keberlanjutan yang berfokus pada dampak pun sudah siap.

Ratih menjelaskan, Kementerian Investasi bersama LTKL mendorong investasi berkelanjutan untuk mengembangkan gambaran peluang berinvestasi pada setiap daerah yang dipromosikan. UMKM yang berpotensi termasuk berbagai komoditas berkelanjutan seperti yang diterapkan pada Kabupaten Sigi.

Kopi, cokelat, bawang goreng, kakao, bambu, dan daun kelor menjadi komoditas utama di Kabupaten Sigi yang berkelanjutan. Semua komoditas ini akan dipamerkan dalam Festival Lestari, supaya menarik perhatian investor.

"Saya mau orang-orang mengenal kopi khas Sigi. Selama ini orang banyak mengenalnya kopi gayo, [dan] kopi toraja. Saya harap kopi sigi bisa dikenal ramai seperti itu," terang Irwan.

Investasi komoditas perkebunan harus difokuskan, sembari menjaga lingkungan tetap subur, seperti yang diterapkan dalam Peraturan Daerah Sigi Hijau. Peraturan ini menjadi payung hukum untuk mengembangkan kawasan ekonomi lestari berbasis potensi sumber daya alam.

"Saya pikir, hal-hal terkait wisata itu pertama, katakanlah ruang budaya, wisata juga ada, pusat UMKM [juga ada], yang memang karena Kabupaten Sigi ini berbasis alam—tidak dalam bentuk ekstraktif yang luar biasa," tuturnya.

Festival Lestari di Kabupaten Sigi akan diisi oleh berbagai kegiatan, seperti diadakannya bincang komunitas yang melibatkan Generasi Lestari dan Pijar Foundation. Bincang-bincang ini diharapkan menjadi jembatan inovasi dan kearifan lokal Kabupaten Sigi yang dilakukan oleh generasi muda.

Selain itu, Festival Lestari menjadi ajang upaya memperkenalkan keanekaragaman hayati, potensi komoditas, dan model bisnis lestari yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat.

"Kami ingin meningkatkan kesadaran akan pentingnya pembangunan lestari dan melibatkan masyarakat lokal secara aktif dalam proses pembangunan," kata Gita Syahrani, Kepala Sekretariat LTKL.

"Festival Lestari V akan menjadi petualangan untuk membayangkan dan memulai langkah nyata pengembangan bisnis dan investasi dengan pendekatan inovasi berbasis alam," lanjutnya.