Untuk mengatasi masalah ini, para peneliti di Earlham Institute, University of East Anglia, dan University of Stirling telah mengeksplorasi genom nile tilapia atau ikan nila.
Tujuannya untuk menemukan perubahan menguntungkan dalam genom yang bertanggung jawab atas peningkatan toleransi terhadap perubahan kondisi air.
"Dengan menentukan basis genetik dari sifat-sifat yang relevan untuk akuakultur, kita dapat membuat genotipe dan membiakkan sifat-sifat yang diinginkan ke dalam galur yang dibudidayakan," tulis peneliti.
Mereka memeriksa jaringan yang diambil dari insang—organ osmoregulasi penting pada ikan—dan menghasilkan data sekuens DNA dan RNA. Informasi itu digunakan untuk mempelajari aktivitas, regulasi, dan fungsi gen yang berbeda.
Mereka kemudian mengidentifikasi perbedaan genetik pada daerah pengatur gen pada ikan nila tilapia dan 27 spesies ikan nila lainnya.
Asumsi tim peneliti, perbedaan antara nila spesies air tawar, dan spesies yang beradaptasi dengan air asin cenderung muncul. Siasat ini bertujuan untuk mengendalikan gen yang terlibat dalam beradaptasi dengan lingkungan air yang berbeda.
Pengurutan Genetik Ikan NilaTim peneliti mengoptimalkan pendekatan pengurutan genom. Kemudian mereka mengungkapkan aktivitas situs pengikatan faktor transkripsi potensial dan genetik untuk menghidupkan dan mematikan ekspresi.
Pendekatan mereka adalah mengidentifikasi daerah genom yang mereka yakini bertanggung jawab untuk mengendalikan aktivitas gen osmoregulasi tertentu. Hal ini pada gilirannya mempengaruhi fungsi insang dan bagaimana ikan merespons perubahan kondisi air.
Mereka mengidentifikasi sejumlah gen yang relevan dengan sifat-sifat yang membantu ikan nila mentolerir air asin. Genetik tersebut juga dapat menyesuaikan diri dengan air tawar.
Hal ini termasuk gen yang terlibat dalam metabolisme dan proses rumah tangga umum yang bertanggung jawab. Gen ini bereaksi terhadap perubahan lingkungan untuk menjaga keseimbangan.
Dr. Tarang Mehta, penulis studi dan ilmuwan penelitian postdoctoral di Earlham Institute, mengatakan, “Peternak sangat membutuhkan sumber daya genom untuk menginformasikan program pemuliaan mereka sehingga sifat yang menawarkan ketahanan lebih besar dapat dipilih dengan cepat dan akurat."