Dorong Investasi untuk Pembangunan Berbasis Lestari, Kabupaten Sigi Gelar Festival Lestari 5

By Fathia Yasmine, Jumat, 9 Juni 2023 | 19:47 WIB
Konferensi pers menjelang Festival Lestari V yang akan diadakan di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Bupati Sigi Mohamad Irwan Lapatta (kedua dari kanan, berkacamata) berharap festival tersebut bisa mendorong investasi di Sigi sembari mempertahankan kelestarian alam. (Donny Fernando/National Geographic Indonesia)

Nationalgeographic.co.id – Indonesia diberkahi dengan banyak pulau yang memiliki keunikan masing-masing dan keindahan alam yang luar biasa.

Di tengah gempuran pembangunan infrastruktur, tak sedikit keindahan alam di wilayah atau provinsi mulai tergerus konsep modernisasi.

Ladang pertanian yang dulu berderet rapi, kini berganti menjadi gedung pencakar langit. Gempuran modernisasi yang kian masif juga ikut mengancam populasi hewan endemik.

Jika dibiarkan, tak hanya hewan endemik, eksistensi komoditas pangan khas Indonesia pun akan tergerus dan hilang.

Belajar dari sejarah masa lampau, pengembangan infrastruktur dan ekonomi berbasis lestari perlu menjadi perhatian, khususnya bagi wilayah penyangga seperti Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

Berbekal niat baik untuk mendorong pembangunan berkelanjutan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sigi bersama tujuh daerah penyangga yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi bekerja sama untuk membangun forum khusus pembangunan lestari. Forum itu kini dikenal dengan nama Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL).

Baca Juga: Senja di Sigi, Mencicipi Kopi Pipikoro yang Ditanam Secara Sadar Lingkungan

Melalui LTKL, kabupaten anggota didorong untuk mengimplementasikan skenario pembangunan dengan menyeimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan melalui kolaborasi multipihak di setiap kabupaten maupun antar kabupaten anggota. 

Bupati Sigi Mohamad Irwan Lapatta mengatakan, tujuan pembangunan lestari bukan dilakukan tanpa sebab.  Provinsi Sulawesi Tengah diberkahi Cagar Biosfer Lore Lindu yang merupakan salah satu dari 19 cagar biosfer di Indonesia. Luas cagar biosfer ini mencapai 1,6 juta hektare.

Namun, dengan diterimanya berkah tersebut, masyarakat di Sulawesi Tengah pun sekaligus diberi tanggung jawab untuk menjaganya. 

Peran dan fungsi cagar biosfer sangat strategis, sehingga membutuhkan model pembangunan berkelanjutan. Harapannya, Cagar Biosfer Lore Lindu bisa dikembangkan menjadi Kawasan Ekonomi Restoratif yang dijaga secara konsisten.

“Jika kita bergotong royong, model ini bisa dikembangkan dalam konteks cagar biosfer yang membuktikan bahwa dalam kawasan tersebut lingkungan bisa dijaga secara konsisten dan masyarakatnya betul-betul sejahtera,” ujar Irwan.