Kehidupan di Era Meiji: Samurai Tak Lagi Berkuasa di Kekaisaran Jepang

By Sysilia Tanhati, Selasa, 13 Juni 2023 | 07:00 WIB
Di era Meiji, terdapat banyak perubahan di Kekaisaran Jepang. Perubahan ini turut memengaruhi kelas samurai yang sebelumnya berkuasa di pemerintahan. Seperti apa kehidupan di era Meiji ketika samurai tidak lagi berkuasa? (Hulton-Deutsch Collection/Getty Images)

Nationalgeopgraphic.co.id—Era Meiji adalah sebuah era perubahan di Kekaisaran Jepang. Dimulai sejak tahun 1868 hingga 1912, kekaisaran berada di bawah kekuasaan Kaisar Mutsuhito yang agung. Juga disebut Kaisar Meiji, dia adalah penguasa pertama Kekaisaran Jepang yang memegang kekuasaan politik yang sebenarnya selama berabad-abad. Salah satu perubahan yang paling menonjol di era ini adalah penghapusan sistem kelas, yang menyebabkan tersingkirnya samurai.

Bagaimana kehidupan di Era Meiji?

Sebuah era perubahan di Kekaisaran Jepang

Era Meiji adalah masa transformasi yang luar biasa dalam masyarakat di Kekaisaran Jepang. Era ini menandai berakhirnya sistem feodalisme Jepang dan sepenuhnya merestrukturisasi realitas kehidupan sosial, ekonomi, dan militer.

Era Meiji dimulai ketika faksi penguasa daimyo dari Satsuma dan Choshu di ujung selatan Kekaisaran Jepang bersatu untuk menggulingkan shogun Tokugawa. Upaya tersebut mengembalikan kekuasaan politik kepada Kaisar Jepang. Revolusi ini disebut Restorasi Meiji.

Daimyo membawa Kaisar Meiji keluar dari “balik tirai permata” dan menjadi pusat perhatian politik. Namun mereka mungkin tidak mengantisipasi semua akibat dari tindakan itu.

Misalnya, Periode Meiji menjadi akhir dari samurai dan penguasa daimyo dan pembentukan tentara wajib militer modern. Era ini juga menandai dimulainya periode industrialisasi dan modernisasi yang pesar di Kekaisaran Jepang.

Perubahan sosial di Kekaisaran Jepang

Sebelum Era Meiji, Kekaisaran Jepang memiliki struktur sosial feodal dengan kelas samurai di atas. Setelah samurai, tingkatan di bawahnya adalah petani, perajin, dan pedagang di kelas terbawah.

Selama pemerintahan Kaisar Meiji, status samurai dihapuskan. Semua orang Jepang akan dianggap rakyat jelata, kecuali keluarga Kekaisaran Jepang. Secara teori, bahkan burakumin atau “tak tersentuh” kini setara dengan semua orang Jepang lainnya. Namun dalam praktiknya diskriminasi masih merajalela di era itu.

Selain pemerataan masyarakat, Kekaisaran Jepang juga mengadopsi banyak kebiasaan barat selama ini. Pria dan wanita meninggalkan kimono sutra dan mulai mengenakan jas dan gaun gaya barat. Mantan samurai harus memotong jambulnya dan para wanita menata rambut mereka dengan model bob yang modis.

Perubahan ekonomi yang pesat

Selama Era Meiji, Kekaisaran Jepang melakukan industrialisasi dengan kecepatan luar biasa. Industri membentuk perusahaan besar yang memproduksi besi, baja, kapal, rel kereta api, dan barang industri berat lainnya. “Padahal hanya beberapa dekade sebelumnya, pedagang dan produsen dianggap sebagai kelas masyarakat terendah,” tulis Kallie Szczepanski di laman Thoughtco.

Di masa pemerintahan Kaisar Meiji, Kekaisaran Jepang berubah dari negara agraris menjadi raksasa industri yang naik daun.

Kaisar Meiji, kaisar yang memimpin di era perubahan. (Eduardo Chiossone)

Pembuat kebijakan dan orang Jepang biasa sama-sama merasa bahwa perubahan tersebut sangat penting untuk kelangsungan hidup Kekaisaran Jepang. Mengapa? Itu karena kekuatan barat saat itu menindas dan mencaplok kerajaan dan kekaisaran yang sebelumnya kuat di seluruh Asia.

“Kekaisaran Jepang membangun ekonomi dan kapasitas militernya dengan cukup baik untuk menghindari penjajahan,” tambah Szczepanski. Di saat yang sama, Kekaisaran Jepang juga akan menjadi kekuatan kekaisaran utama dalam beberapa dekade setelah kematian Kaisar Meiji.

Perubahan militer yang menggeser para samurai di Kekaisaran Jepang

Era Meiji juga mengalami reorganisasi kekuatan militer yang cepat dan masif. Sejak zaman Oda Nobunaga, prajurit Jepang menggunakan senjata api untuk memberikan efek yang besar di medan perang. Namun, pedang samurai masih menjadi senjata yang melambangkan peperangan Jepang hingga Restorasi Meiji.

Di bawah Kaisar Meiji, Kekaisaran Jepang mendirikan akademi militer gaya barat untuk melatih prajurit jenis baru. Lahir dalam keluarga samurai tidak lagi memenuhi syarat untuk pelatihan militer.

Di era ini, Kekaisaran Jepang memiliki tentara wajib militer dan siapa pun boleh bergabung, mulai dari petani hingga pedagang. Akademi militer mendatangkan pelatih dari Prancis, Prusia, dan negara barat lainnya. Mereka mengajarkan wajib militer tentang taktik dan persenjataan modern.

Pada Era Meiji, reorganisasi militer membuat Kekaisaran Jepang menjadi kekuatan dunia yang besar. Dengan kapal perang, mortir, dan senapan mesin, Kekaisaran Jepang mengalahkan Tiongkok dalam Perang Tiongkok-Jepang Pertama tahun 1894-95. Kekuatan Jepang bahkan kemudian mengejutkan Eropa dengan mengalahkan Rusia dalam Perang Rusia-Jepang tahun 1904-05.

Kekaisaran Jepang akan terus menempuh jalur yang semakin militeristik selama 40 tahun ke depan.

Kata meiji secara harfiah berarti cerah ditambah menenangkan. Ironisnya, alih-alih cerah dan menenangkan, Era Meiji adalah awal dari setengah abad peperangan, ekspansi, dan imperialisme di Kekaisaran Jepang. Jepang menaklukkan Semenanjung Korea, Formosa, Kepulauan Ryukyu (Okinawa), Manchuria, dan sebagian besar Asia Timur antara 1910 dan 1945.

Bagaimana Kehidupan Samurai Kekaisaran Jepang di Era Meiji?

Transformasi sosial yang luar biasa terjadi di era ini. Salah satunya adalah akhir dari kelas prajurit aristokrat atau samurai.

Selama beberapa generasi, status samurai berada atas petani, pedagang, dan perajin. Tetapi modernisasi dan reorganisasi di Era Meiji membuat mereka kehilangan hak istimewanya.

Pada tahun 1870, sebuah akademi militer dilembagakan. Pada tahun 1876, penggunaan pedang samurai dilarang.

Samurai yang lebih muda menyadari betapa tertinggalnya teknologi mereka dibandingkan dengan kekuatan militer barat. Mungkin yang lebih penting, mereka juga memahami bahwa organisasi militer sama pentingnya dengan persenjataan. Mereka ingin mereformasi seluruh konsep kekuatan militer di Kekaisaran Jepang.

Kemerosotan kelas samurai merupakan akibat langsung dari reformasi militer yang dilakukan pada hari-hari terakhir rezim Tokugawa. Egalitarianisme menjadi mesin yang membawa Jepang ke monarki parlementer dengan tingkat melek huruf yang tinggi.

Beberapa samurai berada di garis depan seruan untuk reformasi. Faktanya, beberapa pemuda cemerlang dari Restorasi Meiji itu adalah mantan samurai. Selain membentuk militer Jepang yang baru, mantan samurai juga menjadi pegawai negeri, guru, pedagang, bahkan petani.

Di era ini, terjadi transformasi dari samurai menjadi pemegang jabatan modern. Sebagian besar lebih dari bersedia untuk memotong jambul khas mereka dan bergabung dengan kelas menengah.

Ketika daimyo dihapuskan dan domain diganti dengan prefektur, daimyo dan pengikutnya pun “pensiun”. Langkah untuk menghapus domain feodal secara efektif mengakhiri era daimyo di Jepang.

Setelah perubahan, banyak daimyo tetap memegang kendali atas tanah mereka. Mereka pun ditunjuk sebagai gubernur prefektur. Anggota keluarga mantan daimyo tetap menonjol di pemerintahan dan masyarakat.

Perubahan radikal di Era Meiji perlahan membentuk Jepang menjadi kekaisaran seperti yang kita ketahui sekarang ini.