Harum dan Gurihnya Bawang Garing Sigi, Komoditas Khas yang Belum Banyak Dikenal

By Fathia Yasmine, Rabu, 21 Juni 2023 | 12:02 WIB
Bawang Garing Lestari, Produk UMKM asli Sigi yang belum banyak dikenal (DOK. National Geographic Indonesia/Fathia Yasmine)

“Selain mengutamakan rasa yang gurih, bawang goreng ini juga bebas dari after taste maupun rasa nyangkut di gigi,” terangnya.

Turut berdayakan petani dan masyarakat sekitar

Hasil produksi Bawang Garing Lestari. Produk dikumpulkan pada wadah khusus sebelum dikemas menjadi produk turunan (DOK. National Geographic Indonesia/Fathia Yasmine)

Saat ini, Vinrike sudah memperkenalkan produknya ke berbagai area, mulai dari supermarket lokal, warung, hingga sentra oleh-oleh di area Sulawesi.  Untuk satu kemasan 100 gr, ia mematok harga Rp 30.000. Ia juga menerima pesanan kustom dari konsumen di berbagai area.

Namun, berbicara harga jual, sebenarnya ia sempat bingung untuk menentukan harga yang menguntungkan. Pasalnya, pedagang di pasar Sigi umumnya menjual bawang dengan kondisi bersih atau bebas dari tangkai, sehingga harga jualnya menjadi lebih mahal. 

“Di tengah kebingungan itu, saya bertemu petani yang menyuplai bawang merah ke pasar. Mereka menawarkan harga yang lebih murah. Selain itu, saya juga bisa memilih sendiri bentuk bawang yang akan digunakan,” imbuh Vinrike.

Selain memajukan nama Kabupaten Sigi sebagai penghasil bawang goreng, ia turut memberdayakan petani bawang. Tak hanya itu, untuk memenuhi pesanan, Vinrike juga mengajak ibu-ibu di sekitar tempat tinggalnya untuk terlibat dalam proses produksi.

Seluruh proses pengerjaan seperti mengupas dan memotong bawang dilakukannya bersama dengan ibu-ibu di sekitar tempat tinggalnya. Sebanyak 5 - 10 orang biasanya hadir dalam satu kali proses produksi.

“Pesanan selalu ada saja. Estimasi pengerjaan dan pengiriman biasanya di 1-2 minggu, tergantung stok bawang dari petani. Saya juga memberdayakan ibu-ibu agar bisa memiliki penghasilan sendiri,” katanya.

 Baca Juga: Dorong Investasi untuk Pembangunan Berbasis Lestari, Kabupaten Sigi Gelar Festival Lestari 5

Meski begitu, Vinrike masih melakukan pengawasan ketat dalam proses penggorengan bawang. Tujuannya, supaya produk konsisten, tidak ada yang gosong, dan tetap bercita rasa enak.

“Saya sempat meminta tolong ibu-ibu untuk menggoreng bawang. Rupanya, bawangnya malah jadi gosong. Saya rugi berapa kilo. Dari situ, seluruh proses goreng bawang selalu saya pantau atau dikerjakan sendiri,” tuturnya.