Jejak Kekaisaran Romawi di Yordania: Misi Rahasia Menyerang Arab?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 20 Juni 2023 | 11:00 WIB
Pemandangan lanskap udara miring dari kamp militer Kekaisaran Romawi di barat, dari arah timur laut. Situs ini merekam bagaimana Kekaisaran Romawi mungkin melakukan ekspedisi tak tercatat menuju Jazirah Arab. (F. Bqa'in)

Nationalgeographic.co.id—Kekaisaran Nabatea pada masa puncaknya berkuasa di Arab Saudi barat laut, Yordania, Palestina, dan Dataran Sinai di Mesir.

Kekaisaran ini berdiri sejak abad ketiga SM sampai akhirnya dianeksasi oleh Kekaisaran Romawi di abad kedua Masehi.

Di Gurun Arabia pada akwasan Yordania tenggara, para arkeolog menemukan tiga situs arkeologi peninggalan Kekaisaran Romawi.

Para arkeolog yakin, situs ini adalah sisa masa sejarah ketika Kekaisaran Nabatea dianeksasi pada 106 M. Situs itu berupa kamp tentara yang dibentengi, diperkirakan berasal dari tahun 100 M.

Penemuan ini terungkap lewat Google Earth oleh para arkeolog dari University of Oxford.

Kemudian hasil pengamatan mereka tentang tiga kamp tentara Kekaisaran Romawi ini dipublikasikan di jurnal Antiquity bertajuk "A lost campaign? New evidence of Roman temporary camps in northern Arabia", pada April 2023.

“Kami hampir yakin mereka dibangun oleh tentara Romawi, mengingat bentuk kandang yang khas dengan pintu masuk yang berlawanan di setiap sisinya,” kata Michael Fradley.

Ia merupakan pemimpin penelitian dari School of Archaeology di University of Oxford, dan yang pertama kali mengidentifikasi tiga kamp tersebut dari Google Earth.

Awalnya, para peneliti dari proyek Endangered Archaeology in the Middle East and North Africa (EAMENA) ini hendak mencari jejak aktivitas manusia purba.

Mereka mencari dari gambar satelit yang diakses terbuka, salah satunya Google Earth.

Namun, ketika mereka menengok ke perbatasan Yordania-Arab Saudi, tanda-tanda seperti perkemahan militer Kekaisaran Romawi muncul.

Lokasi tepatnya berada di sebelah timur desa Bayir, Yordania.

"Satu-satunya perbedaan penting di antara mereka adalah bahwa sisi paling barat secara signifikan lebih besar daripada dua kubu di timur,” lanjut Fradley seperti yang dikutip dari rilis University of Oxford.

Tiga kamp militer ini menandakan batas Kekaisaran Romawi dengan negeri-negeri Arab pada saat itu.

Hanya saja, para arkeolog membuka kemungkinan sebagai tanda adanya kampanye penaklukkan Arab Saudi oleh Kekaisaran Romawi.

Andrew Wilson, rekan penulis makalah dari School of Archaeology di University of Oxford berpendapat, perkemahan yang diperkirakan berasal dari awal abad kedua ini menunjukkan bagaimana Kekaisaran Romawi menganeksasi Kerajaan Nabatea.

Setelah raja terakhir Kekaisaran Nabatea Rabbel II Soter meninggal tahun 106, Kekaisaran Romawi langsung bergerak cepat.

Kekaisaran yang dikenal dengan peninggalan arkeologis Petra, langsung dijadikan provinsi oleh Kekaisaran Romawi.

Peta tiga lokasi situs kamp militer peninggalan Kekaisaran Romawi (warna biru) di Gurun Arab. Keberadaannya mendokumentasikan aneksasi Kekaisaran Nabatea dan ekspedisi ke Jazirah Arab. (EAMENA)

Hanya saja, yang menarik dari kamp-kamp militer ini adalah jarak mereka sangat berjauhan satu sama lain.

Jaraknya adalah 37 hingga 44 kilometer, membuat para arkeolog berspekulasi sulit untuk diakses bagi infanteri sebagai penjaga.

Kemungkinan salah satunya dibangun oleh unit kavaleri yang lebih mudah melintasi gurun tandus yang tidak ramah, dan hanya bisa didatangi dalam satu hari perjalanan dengan unta.

Perkemahan militer itu berbaris dalam garis lurus ke arah Dûmat al-Jandal yang berada di Arab Saudi.

"Tingkat pelestarian kamp benar-benar luar biasa, terutama karena mungkin hanya digunakan selama beberapa hari atau minggu[…]. Mereka melewati rute kafilah pinggiran yang menghubungkan Bayir dan Dûmat al-Jandal," kata Fradley.

Dari sini para arkeolog memperkirakan, tentara Kekaisaran Romawi dalam menganeksasi Kekaisaran Nabatea dengan cara memaksakan diri sampai ujung terjauhnya. 

"Ini menunjukkan strategi untuk melewati rute yang lebih banyak digunakan di Wadi Sirhan, menambahkan elemen kejutan pada serangan itu. Sungguh menakjubkan bahwa kami dapat melihat momen ini dimainkan dalam skala lanskap," tambah Fradley.

Padahal, dalam catatan sejarah Kekaisaran Romawi, Kekaisaran Nabatea menyerahkan kekuasaan secara damai.

Selain itu, ada banyak misteri yang harus dipecahkan dari tiga peninggalan perkemahan Kekaisaran Romawi.

Kamp ini diketahui dibangun sebagai pos pertahanan sementara mereka ketika hendak menguasai Kekaisaran Nabatea.

"Kenapa kamp barat punya kapasitas dua kali lipat dari dua kamp lainnya? Apakah pasukannya terbagi, dan jika demikian, ke mana perginya separuh lainnya? Apakah setengahnya musnah dalam pertempuran, atau mereka tetap di kamp barat untuk memasok air ke kamp lain?" tanya Wilson. Hal ini bisa terjawab dengan memastikannya lewat penelitian di lapangan.