Pesona Paralayang Desa Wayu, Melihat Kelestarian Sigi dari Ketinggian

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 22 Juni 2023 | 20:48 WIB
Rosanti (23 tahun) mempersiapkan diri untuk merasakan udara Desa Wayu lewat paralayang. Dia berasal dari desa ini, dan ingin memunculkan keterlibatan warga desa pada destinasi yang menarik bagi wisatawan mancanegara. (Donny Fernando/National Geographic Indonesia)

Nationalgeographic.co.id―Dari sebuah warung kopi di depan landasan terbang Paralayang  Desa Wayu, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, saya tengah bersantai. Kami menunggu rombongan paralayang dari Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) Kabupaten Sigi yang akan memamerkan adrenalin dalam rangka penyambutan rangkaian acara Festival Lestari V.

Atraksi penerbangan paralyang itu berlangsung pada 22 Juni 2023. Sementara Festival Lestari berlangsung dari 23―25 Juni 2023 di Kabupaten Sigi sebagai kegiatan dari Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL).

Sembari menunggu, di warung itu kami menikmati pemandangan kota Palu dan teluknya dari ketinggian. Salah satu penjaga warungnya bernama Rosanti berusia 23 tahun. Dia menyodorkan kopi robusta yang sering ditanam oleh masyarakat desa ini kepada kami.

Saya lihat, Rosanti menggunakan jersey paralayang. Saya tanyakan kepadanya, apakah nanti akan ikut mengudara bersama teman-teman FASI? "Iya," jawabnya. 

Rosanti mengatakan bahwa dirinya telah dilatih selama dua tahun dari tahun 2019 hingga 2020, dan sudah berlisensi. Dia telah 90 kali mengudara, dan ini adalah yang keempat kalinya mencoba di Desa Wayu, tempatnya tinggal.

Awalnya pada tahun 2019, Rosanti diajak oleh Ketua FASI Kab. Sigi Amir Mahmud yang sering ke mari. Dari ajakan itulah, ia memiliki kemauan sendiri untuk mencoba menjadi penerbang paralayang.

"Kebetulan di Desa Wayu, potensinya paralayang. Masak sih yang asli sini ndak mau ikut. Tidak mungkin dari luar terus," kata Rosanti. "Masak sih, asli dari sini cuma jadi penonton ajandak ada yang mau jadi pegiatnya."

Desa Wayu digadangkan sebagai tempat paralayang "terbaik se-Asia Tenggara". Agustus 2022, desa ini menjadi tuan rumah ajang Paragliding World Cup (PWC) yang melibatkan 32 atlet dari seluruh dunia.

Hal ini semakin menjanjikan Desa Wayu sebagai tempat yang berpotensi untuk paralayang. Rosanti pun unjuk gigi kali ini.

Rosanti tidak sendiri, pegiat lokal lainnya adalah Fraz Arkiang yang baru ikut bergabung tahun 2021.

"Di sini ada empat pegiat yang kami latih dengan bantuan Dinas Pariwisata," kata Amir dalam sebuah pertemuan sebelum penerbangan. "Hanya saja yang bertahan [untuk tetap konsisten] itu hanya dua [orang] sekarang."

Keunggulan dari aktivitas paralayang dari Desa Wayu, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, adalah pemandangannya. Pejalan bisa melihat laut, kota, desa, pegunungan, dan merasakan termal saat mengudara. (Donny Fernando/National Geographic Indonesia)