Tentu saja itu bukan sembarang kereta. Kereta tersebut bertanggung jawab atas pergerakan matahari.
Menurut kepercayaan Yunani kuno, Helios membawa matahari ke langit pada siang hari, memanaskan daratan. Setelah itu, sang dewa menariknya ke bawah tanah untuk malam hari, membiarkan udara malam yang sejuk mengendap.
Helios terikat pada janjinya, dia tidak punya pilihan selain mengabulkan keinginan Phaethon.
Phaethon pun mengendarai kereta, tetapi kuda-kuda itu tidak terbiasa dengan perintahnya. Mereka terbukti terlalu sulit diatur dan di luar kendali. Dalam pergolakan, Phaethon melaju terlalu dekat ke bumi, menghanguskan daratan.
Menurut mitologi, karena kejadian itu, Phaethon menciptakan Gurun Sahara.
Sebelum dia membakar lebih banyak daratan, Zeus memukulnya dengan sambaran petir. Tindakan Zeus menghentikan kereta sekaligus menewaskan Paethon.
Odisseus yang menghina Poseidon
Tidak seperti pahlawan Yunani lainnya, harga diri Odisseus tidak menyebabkan kematiannya. Alih-alih kesombongan, ia meninggal karena kerja keras yang tidak perlu.
Bagi orang Yunani kuno perjalanan melintasi Laut Aegea hanya butuh waktu sekitar seminggu. Bagi Odisseus, ia membutuhkan waktu selama 10 tahun.
Saat berlayar pulang, Odysseus dan krunya terjebak di sebuah gua Polyphemus sang cyclops. Sebuah batu raksasa yang terlalu berat untuk dipindahkan menyegel pintu masuk.
Jadi, Odisseus, orang yang paling licik, menyusun rencana. Odisseus sangat terkenal di kalangan pahlawan Yunani karena kepintaran dan pikirannya yang licik.
Ketika Polyphemus kembali, Odisseus membuat cyclops itu menjadi sangat mabuk di gudang anggur. Mengobrol dengan ramah dan mabuk, Polyphemus menanyakan namanya kepada Od Odisseus ysseus.