Sejarah Teh Kekaisaran Jepang, Keindahan dalam Ketidaksempurnaan

By Cicilia Nony Ayuningsih Bratajaya, Sabtu, 1 Juli 2023 | 09:30 WIB
Dua wanita menggunakan kimono menuangkan teh, berlutut di atas tatami. Mereka berada di rumah tradisional Jepang, bangunan tua era Samurai. (DavorLovincic)

Nationalgeographic.co.id―Selain air mineral, teh jadi minuman paling popular bagi orang di seluruh dunia. Termasuk di Jepang, sejarah teh pada periode Nara (710 - 794) menjadi minuman mewah para bangsawan Kekaisaran Jepang. Dengan minum teh, para bangsawan Kekaisaran Jepang dianggap menampilkan selera kemewahan mereka, mereka pun memesan porselen terbaik mereka sebagai apresiasi kemewahan hidup.

Lalu darimana bangsawan Jepang mengenal minuman teh?

Biksu Tiongkok adalah orang yang pertama kali di dunia menggunakan olahan teh untuk diminum. Tujuannya untuk membantu meditasi dan pengobatan. Namun tak disangka, popularitas teh melesat cepat menyebar ke budaya Asia Timur lainnya terutama Jepang.

Sebenarnya sebelum Kekaisaran Jepang memperkenalkan kebiasaan minum teh, tradisi ini sudah sangat lama dilakukan oleh biksu Buddha. Minuman teh pertama kali digunakan oleh para biksu Buddha sekitar abad ke-2 sebelum masehi. Teh diminum untuk mengusir kantuk saat mereka bermeditasi. Teh juga dianggap dapat menyembuhkan.

Sejarah teh Kekaisaran Tiongkok pada periode Dinasti Tang (618-907 Masehi), telah menyebar ke luar biara. Teh jadi minuman favorit di kalangan bangsawan yang merupakan satu-satunya kalangan yang mampu membeli menimuman teh yang mahal.

Antara tahun 1192 hingga 1333 pada periode Kamakura Kekaisaran Jepang, Eisai pendiri Zen Buddhisme Jepang membawa kebiasaan dari Tiongkok. Ia minum teh dengan mengolah terlebih dahulu bubuk daun teh tersebut. Sejak saat itu, pada periode ini dilakukan penanaman teh yang menyebar ke seluruh Jepang terutama di Kuil Kozanji di Takao dan di Uji.

Pada periode Muromachi (1333-1573) Kekaisaran Jepang, sejarah teh semakin populer di berbagai kalangan kelas sosial. Mereka sering mengadakan pesta minum teh dan mengadakan permainan dengan menebak nama jenis teh yang mereka minum.

Ahli teh Kekaisaran Jepang menulis tentang bagaimana berperilaku dan menghargai teh sepenuhnya. Minum teh dikembangkan menjadi sebuah bentuk seni dan melahirkan upacara minum teh.

Kisah mitologi teh, berasal dari tradisi kekaisaran Tiongkok dan kekaisaran Jepang. Dikisahkan bahwa Bodhidharma, pendiri Zen Buddhisme melakukan perjalanan untuk menyebarkan ajaran barunya.

Bodhidharma mendirikan kuil Shaolin di Cina Selatan dan Shorinji di Jepang. Ia bermeditasi duduk menghadap tembok selama sembilan tahun. Diambang mencapai pencerahan, ia tertidur. Marah karena melewatkan langkah terakhir ini, ia merobek kelopak matanya sendiri dan melemparkan ke tanah. Sejak itu, tumbuhlah di tempat tersebut semak tanaman teh.

Orang Tiongkok dan Jepang menyebut teh dengan sebutan yang sama yaitu cha. Sementara orang Hindi dan Urdu, memiliki sebutan teh yang mirip yaitu chai. Minuman ini dibuat dengan menambahkan air panas pada ujung daun teh yang masih muda. Nama tanaman tersebut adalah Camellia sinensis yang berasal dari Cina Barat Daya.

"Teh menjadi elemen penting dalam perekonomian. Pemerintah menerima pendapatan pajak atas hasil penjualan teh. Pedagang teh termasuk pengusaha terkaya di Tiongkok karena mampu mengekspor teh ke negara-negara Asia lainnya" Mark Cartwright menyebutkan dalam World History.