Hasekura Tsunenaga: samurai, Katolik, dan penjelajah dunia
Selama ratusan tahun, Kekaisaran Jepang melakukan kontak dengan Tiongkok dan bagian lain di Asia Timur. Pada pertengahan abad ke-16, kekuatan Eropa muncul: Portugal dan Spanyol.
Motif orang Eropa adalah ekonomi dan agama. Spanyol, khususnya, tetap unggul dalam penaklukan tahun 1492 atas kantong-kantong Muslim terakhir di Eropa Barat.
Selain hubungan perdagangan, Spanyol dan Portugis memiliki misi menyebarkan agama Katolik ke seluruh penjuru dunia. Dan Kekaisaran Jepang cocok dengan misi itu.
Awal masuknya Gereja Katolik ke Kekaisaran Jepang benar-benar menemui kesuksesan besar. Ordo Yesuit yang dipimpin oleh Fransiskus Xaverius adalah ordo religius pertama yang tiba di pantai Jepang.
Pada akhir abad ke-16, lebih dari 200.000 orang Jepang telah masuk Katolik. Ordo Fransiskan dan Dominikan, yang disponsori oleh Spanyol, juga berperan dalam upaya penyebaran agama Katolik di Jepang.
Hasekura Tsunenaga termasuk di antara orang Jepang yang tertarik dengan ajaran Katolik. Namun salah satu alasan utamanya untuk mengambil jubah diplomat mungkin bersifat pribadi.
Pada tahun 1612, pihak berwenang di Sendai memaksa ayahnya untuk bunuh diri setelah dia dituduh melakukan korupsi.
Dengan nama keluarga Hasekura yang dipermalukan, Date Masamune memberinya satu pilihan terakhir. Hasekura ditawarkan untuk memimpin ekspedisi ke Eropa pada tahun 1613 atau menghadapi hukuman.
Melintasi Pasifik dan berhenti Meksiko
Kapal ekspedisi berlayar antara Filipina di Asia Tenggara dan kota pelabuhan Acapulco di Meksiko. Kapal tersebut sarat dengan barang-barang seperti sutra, perak, dan rempah-rempah. “Beginilah Hasekura memulai perjalanannya,” ujar Pasciuto.
Bersama rombongan sekitar 180 pedagang, orang Eropa, samurai, dan pengikut Katolik, Hasekura meninggalkan Jepang pada musim gugur 1613.