Nationalgeographic.co.id—Di Hagakure, disebutkan bahwa seorang samurai diharuskan bangun, mandi, menata rambutnya setiap hari. Semua aktivitas itu dimulai sejak jam 4 pagi. Bila tidak bertempur, apa yang dilakukan oleh para samurai Kekaisaran Jepang sehari-hari?
Samurai makan pagi saat matahari terbit dan istirahat saat hari gelap. Yamamoto Tsunetomo, penulis Hagakure, menyatakan bahwa seorang samurai bekerja hingga usia 40 tahun. Mereka mulai menetap atau pensiun di usia 50 tahun.
Sehari-hari, samurai bekerja di kastel daimyo atau di perkebunan.
Biasanya makanan yang disantap para prajurit samurai itu sederhana saja. Misalnya nasi, kedelai, ikan, sayuran, rumput laut, dan buah-buahan. Pasokan protein utama mereka berasal dari makanan laut.
Pada masa damai di Kekaisaran Jepang, samurai senang berburu bebek, babi hutan, atau rusa. Mereka tidak hanya menghabiskan waktunya dengan menggunakan baju zirah, tetapi juga mencintai seni. Samurai menyukai kaligrafi, puisi, dan bahkan merangkai bunga. Mereka juga suka melakukan permainan shogi atau go.
Pelatihan samurai di Kekaisaran Jepang
Dalam hal pelatihan, samurai dilatih untuk teknik pedang atau kenjutsu tertentu. Di Zaman Negara-Negara Berperang di Kekaisaran Jepang, sekolah ilmu pedang berkembang. Mereka diajari oleh para ahli yang disebut sensei atau guru.
Seorang sensei abad ke-17 mengatakan bahwa samurai harus rajin berlatih teknik pedang setiap hari dengan menggunakan pedang kayu. Samurai harus mengembangkan haragei atau konsentrasi mental dan harus fokus pada ki, energi kehidupan.
Untuk mengontrol energinya, samurai harus melakukan tindakan berulang yang disebut kata. Mula-mula ia melakukannya secara perlahan, kemudian secara bertahap dipercepat untuk dapat meningkatkan daya mematikannya. Kata didasarkan pada serangan, serangan balik dan strategi pertahanan.
Sementara itu, suburi adalah proses menusuk pedang dimana pedang diayunkan maju mundur melawan lawan imajiner. Teknik latihan semacam ini berguna untuk mengembangkan keseimbangan dan daya tahan otot samurai.
Dalam pelatihan teknik i atau tombak, para samurai dapat menggunakan tampo yari. Tampo yari adalah tombak dengan ujung bulat empuk. Mereka juga menggunakan pedang tiruan yang disebut bokuto.
Bokuto adalah pedang kayu yang mirip dengan pedang asli. Jenis pedang tiruan lainnya adalah habiki atau pedang tak bermata. Pada abad ke-16, shinai yang terbuat dari bambu yang diikat menjadi satu juga digunakan untuk latihan.