Nationalgeographic.co.id—Gelombang panas tidak hanya menerpa kehidupan di daratan. Baru-baru ini, gelombang panas laut menjadi perhatian, termasuk permukaan laut yang dilaporkan oleh ilmuwan mengalami panas yang luar biasa di Pasifik Barat Laut.
"Gumpalan" hangat di laut itu sebenarnya bertahan dari 2014—2016. Hanya saja, peristiwa El Nino yang mulai berlangsung tahun ini, menyebabkan lautan yang hangat berkelanjutan di Alaska, membuat es laut menyusut.
Dampak gelombang panas laut ini berdampak pada satwa. Sebuah makalah di Marine Ecology Progress Series yang baru diterbitkan 6 Juli 2023 mengungkapkan, gelombang panas laut yang terjadi terus menerus menyebabkan kematian burung laut besar-besaran. Makalah itu bertajuk "Marine bird mass mortality events as an indicator of the impacts of ocean warming".
“Lautan yang lebih hangat, dan tentunya lautan yang tiba-tiba menjadi lebih hangat seperti yang terjadi selama El Nino atau gelombang panas laut, akan mengakibatkan kematian ratusan ribu hingga jutaan burung laut dalam waktu satu hingga enam bulan setelah kenaikan suhu,” rekan penulis Julia Parrish, profesor ilmu perairan dan perikanan di University of Washington.
Burung laut di benua Amerika Utara seperti kormoran dan muffin, menghabiskan sebagian besar hidupnya di laut. Sayangnya, hewan ini sulit dipelajari karena jarang menghabiskan waktu di daratan.
"Ini belum pernah terjadi sebelumnya." kata penulis utama studi, Timothy Jones yang merupakan peneliti kelautan dan perikanan University of Washington, dikutip dari Eurekalert.
"Jenis kematian besar-besaran ini dapat dibandingkan dengan badai dahsyat yang biasanya kita perkirakan sekali per dekade; hal itu terjadi, menyebabkan kerusakan besar, tetapi biasanya ada cukup waktu bagi daerah untuk pulih," tambahnya.
Studi ini menganalisis hasil survei burung pantai yang telah dilakukan pada tahun 1993 hingga 2021 di pesisir barat Amerika Utara, dari California tengah dan Alaska.
Dalam laporan itu para peneliti menyebutkan, kematian yang masif dengan jumlah kematiannya, kemungkinan besar bisa melebihi seperempat juta burung laut. Namun, angkanya semakin melonjak antara 2014 dan 2019.
“Dari 2014 hingga 2019, kematian tidak hanya beberapa yang terbesar yang pernah didokumentasikan, tetapi terus terjadi dari tahun ke tahun — seperti badai dahsyat yang menerjang tanpa henti setiap tahun," tutur Jones.
Temuan terkait kematian burung laut secara besar-besaran akibat gelombang panas laut, diamati lewat data laporan penduduk pesisir barat benua Amerika Utara, dari California tengah hingga Alaska. Pengumpulan datanya terkait nasib burung laut dalam beberapa dekade terakhir, termasuk ketika menghadapi masa terpanasnya di Pasifik Barat Laut dan El Nino.
Sebelumnya, para peneliti di University of Washington, sudah mengetahui bahwa gelombang panas laut mengakibatkan kematian individu dari berbagai jenis burung laut. Laporan sebelumnya itu dipublikasikan tahun 2018 di jurnal Geophysical Research Letters.
Jenis yang terdampak adalah burung laut jenis pemakan plankton seperti cassin auklet. Secara status di IUCN, burung ini hampir mendekati "terancam".
Studi terbaru menggabungkan semua laporan dari seluruh jenis burung laut yang mati karena gelombang panas laut.
“Daripada melacak jumlah spesifik dari satu spesies, penelitian ini mengukur tingkat kematian, terlepas dari spesies burung laut, di atas normal jangka panjang,” kata Parrish.
“Kami bertanya: "Berapa sering bangkai bermunculan setelah diterpa [gelombang air panas]?, di bagian garis pantai mana, dan untuk berapa bulan? Peristiwa dengan skala lebih besar adalah peristiwa yang mendorong semua tindakan ini.”
Studi terbaru ini menunjukkan bahwa kematian yang luar biasa ini terkait dengan menghangatnya perairan Pasifik Timur Laut. Peningkatan suhu terjadi pada beberapa bulan sebelum kematian masif tersebut terjadi. Selain auklet, yang sangat terpengaruh adalah jenis burung murres, puffin, dan burung penggunting laut.
Studi ini mencakup lebih dari 90.000 survei terhadap 106 spesies brung laut di lebih dari 1.000 pantai yang dilakukan oleh empat proyek sains warga. Ada pula, data tambahan yang diberikan dari beberapa organisasi pesisir yang kerap melaporkan kematian burung di pesisir, berbasis di California, AS dan Kanada.
Artikel ini adalah bagian dari sinergi inisiatif Lestari KG Media #SayaPilihBumi #SisirPesisir dengan media National Geographic Indonesia, Initisari, Infokomputer, dan GridOto.