Di sana, ia mengubah namanya menjadi Minamoto Yoshitsune, yang mana Yoshi berasal dari nama ayahnya dan Tsune adalah Minamoto Tsunemoto. “Minamoto Tsunemoto nenek moyang cabang Seiwa Genji dari Klan Minamoto,” tambah Tikkanen.
Perjuangan sang samurai di Kekaisaran Jepang
Pertempuran selanjutnya antara Klan Minamoto dan Taira yang dikenal sebagai Perang Genpei (1180-1185). Dalam perang itu, Yoshitsune dan Yoritomo, kakak tirinya, bersatu setelah Yoshitsune mengalahkan Taira no Koremori di Pertempuran Fujigawa.
Pada Pertempuran Awazu di Provinsi Omi pada tahun 1184, Yoshitsune mengalahkan sepupunya, Kiso no Yoshinaka. Yoshitsune diberi pangkat jenderal di Pertempuran Ichi no Tani.
Hal itu setelah ia melakukan taktik ajaibnya yang disebut Hiyodori no Sakaodoshi. Yoshitsune menyerang pasukan Taira dengan memimpin 70 prajurit kuda elitenya di Ichi no Tani dari punggung gunung ke utara.
Lagi-lagi Yoshitsune berhasil mengalahkan pasukan Taira lagi di Pertempuran Yashima di Shikoku pada Februari 1185. Saat itu, sang samurai berlayar melewati badai besar ke Yashima, pangkalan militer Taira.
Taira sebenarnya bersiap untuk serangan angkatan laut. Mengetahui hal itu, Yoshitsune menyalakan api unggun di Shikoku untuk membuat pasukan Taira percaya bahwa pasukan besar sedang mendekati daratan. Situasi ini membawa Yoshitsune meraih kemenangan besar.
Selain itu, dalam The Tale of Heike, Nasu no Yochi berkuda ke laut dan melepaskan tembakan ke arah kipas di atas tiang kapal Taira. 1 bulan kemudian, Yoshitsune akhirnya menghancurkan klan Taira dengan pasukan angkatan lautnya yang bersatu pada Pertempuran Dan no Ura.
Setelah Perang Genpei, Yoshitsune diangkat sebagai Gubernur Provinsi Iyo oleh Kaisar Go-Shirakawa. Namun, saudara laki-lakinya Yoritomo menentang gelar Yoshitsune.
Di saat yang sama, asisten Yoshitsune memberi tahu Yoritomo bahwa Yoshitsune mengambil alih hadiah tersebut. Informasi itu memicu kemarahan Yoritomo.
Sang kakak pun segera pergi berburu untuk membunuh Yoshitsune setelah dia menerima izin Kaisar Go-Shirakawa. Yoshitsune akhirnya melarikan diri dari Kyoto ke Hiraizumi setelah menghadapi banyak konflik dengan pendukung Yoritomo. Ketika Yoshitsune melarikan diri ke Hiraizumi, ia berpisah dengan pasangannya, Shizuka Gozen, di Gunung Yoshino.
Gozen ditangkap oleh Hojo Tokimasa, seorang penguasa Kamakura. Wanita itu dipaksa menari di depan Yoritomo. Saat itu ia bernyanyi dan menampilkan tarian kerinduannya pada Yoshitsune. Tariannya itu kini menjadi salah satu lakon Noh berjudul Funa Benkei.
Di bawah perlindungan Fujiwara no Hidehira, Yoshitsune tinggal di Hiraizumi. Sayangnya, putra Hidehira, Fujiwara no Yasuhira mengkhianati Yoshitsune karena Yoritomo menekan Yasuhira.
Yoritomo mengepung kediaman Yoshitsune bersama pasukannya dan mengalahkan para samurai pengikut Yoshitsune.
Yoshitsune terpaksa melakukan seppuku, ritual bunuh diri Jepang. Ada rumor mengatakan bahwa Yoshitsune tidak pernah benar-benar bunuh diri, melainkan melarikan diri. Ia disebutkan melarikan diri ke Provinsi Ezo, berlayar ke daratan Asia, dan muncul kembali sebagai Genghis Khan, kaisar Mongol. Namun sejarawan tidak percaya akan teori itu.
Teori terbaru adalah bahwa Yoshitsune melarikan diri ke Ezo dan mengubah namanya menjadi Okikurumi (Dewa Ainu). Di Kota Biratori, Hokkaido, terdapat Kuil Yoshitsune tempat Minamoto Yoshitsune diabadikan.