Bakti Istri Samurai Kekaisaran Jepang demi Kehormatan Keluarga

By Sysilia Tanhati, Senin, 10 Juli 2023 | 17:00 WIB
Ketika wanita menjadi istri samurai di Kekaisaran Jepang, ia diharapkan untuk berbakti dan menjaga kehormatan keluarga. (Public Domain)

Nationalgeographic.co.id—Seorang pria dari kelas samurai juga bisa memiliki pasangan dan membangun rumah tangga. Ketika wanita menjadi istri samurai di Kekaisaran Jepang, ia diharapkan untuk berbakti dan menjaga kehormatan keluarga. Bagaimana caranya?

Perintah berbakti bagi seorang istri samurai Kekaisaran Jepang

Semua wanita di Kekaisaran Jepang diharapkan untuk mematuhi perintah berbakti, tetapi ini memiliki arti khusus bagi seorang istri samurai.

Dalam rumah tangga samurai, sang suami mungkin menghabiskan waktu bertahun-tahun jauh dari rumah untuk menemani tuannya. Misalnya ketika sang tuan melakukan perjalanan rutin ke Edo. Setiap daimyo diharuskan menghabiskan separuh waktunya di Edo untuk melayani shogun. Separuh sisanya dihabiskan di wilayahnya untuk mengawasi administrasi.

Sang istri tetap tinggal di wilayah itu untuk membesarkan anak yang dimiliki pasangan itu. Ia juga merawat ibu dan ayah mertuanya. Bagi istri samurai, berbakti juga berarti merawat orang tua sang suami.

Sebagai perpanjangan dari bakti, istri samurai juga memiliki tanggung jawab untuk melakukan ritual kepada leluhur suaminya.

Di kastel shogun di Edo, altar Buddha yang berisi papan leluhur terletak di ruangan di sebelah kamar istri shogun. “Hal ini berarti altar tersebut menjadi tanggung jawab sang istri,” tulis Anne Watlhall di laman Engelsberg Ideas. Setiap pagi sang shogun dan istrinya berdoa bersama di hadapannya.

Para istri samurai melakukan ritual serupa dalam skala yang lebih kecil di rumah tangga samurai biasa. Karena hanya istri yang memiliki wewenang untuk melakukan ritual ini, tanggung jawab itu menekankan posisinya di atas para selir.

Istri samurai Kekaisaran Jepang bertanggung jawab atas rumah tangga

Istri samurai juga bertanggung jawab atas rumah tangga dan berhak berbicara atas nama suaminya ketika suaminya tidak ada. Bahkan seorang janda samurai berhak berbicara atas nama pasangannya yang telah meninggal.

Dalam rumah tangga samurai biasa, wanita mungkin memainkan peran utama dalam mendapatkan persetujuan untuk ahli waris samurai.

Seorang wanita tidak boleh memiliki lebih dari dua. Namun, istri samurai boleh bercerai dan kemudian menikah lagi. Atau, ia menikah setelah suaminya meninggal.