Di Balik Senjata Samurai Kekaisaran Jepang Menjadi Simbol Status

By Hanny Nur Fadhilah, Rabu, 12 Juli 2023 | 07:00 WIB
Samurai Kekaisaran Jepang berbaju zirah pada tahun 1860-an. Mereka juga mempunyai senjata andalan. (Wikimedia Commons)

Hanya samurai yang diizinkan memakai daishō, karena melambangkan kekuatan sosial dan kehormatan pribadi mereka.

Panjang antara 12 hingga 24 inci, wakizashi memiliki bilah yang sedikit melengkung dengan gagang berbentuk persegi. Gagang dan sarungnya akan dihiasi dengan motif tradisional.

Wakizashi digunakan sebagai pedang cadangan atau tambahan, atau terkadang untuk melakukan ritual bunuh diri seppuku.

Menurut tradisi, samurai diharuskan meninggalkan katananya dengan seorang pelayan saat memasuki rumah atau bangunan, namun dia diperbolehkan memakai wakizashi.

Wazikashi akan disimpan di dekat tempat tidur samurai. Karena alasan ini, wakizashi sering disebut sebagai "lengan kiri" samurai.

Tantō – Pisau Bermata Dua

Tantō adalah pisau bermata satu atau dua, yang dirancang sebagai senjata penikam atau tebasan. Kebanyakan samurai akan membawa salah satu belati pendek dan tajam ini.

Berasal dari periode Heian (794-1185), tantō terutama digunakan sebagai senjata tetapi kemudian berkembang menjadi lebih berornamen dan menyenangkan secara estetika.

Tantō memiliki fungsi seremonial dan dekoratif. Senjata ini sering digunakan oleh samurai dalam seppuku – ritual bunuh diri dengan mengeluarkan isi perut.

Selama periode Edo yang relatif damai (1603-1868), ada sedikit kebutuhan akan pedang dan tantō digantikan oleh katana dan wakizashi.

Wanita terkadang membawa tantō kecil, yang disebut kaiken digunakan untuk pertahanan diri.

Naginata – Tiang Berbilah Panjang