Selain itu, data inti tanah juga mengungkapkan bahwa plastik sering terkubur di lapisan atas sedimen yang membuatnya tidak dapat bergerak dan dapat menciptakan kondisi anoksik yang berkepanjangan.
"Eksperimen kami kemudian mengungkapkan bahwa mati lemas berkepanjangan oleh plastik menyebabkan pertumbuhan pneumatofor langsung dan potensi kehilangan daun (pada pohon mangrove)," tulis para peneliti.
Hasil rincinya, pohon mangrove dengan perlakuan tutupan plastik 50% terbukti sangat tangguh dan mampu mempertahankan tajuknya selama eksperimen. Adapun pohon mangrove dengan perlakuan tutupan plastik 100% mengalami penurunan indeks luas daun dan kelangsungan hidup secara signifikan pada akhir eksperimen.
"Temuan kami menunjukkan bahwa pohon mangrove relatif tahan terhadap penutupan sebagian oleh sampah plastik. Namun, tegakan mangrove kemungkinan besar akan rusak pada akhirnya jika plastik terus menumpuk," simpul para peneliti.
Yang dimaksud tertutup sebagian atau seluruhnya oleh sampah plastik ini adalah area atau zona akar pohon mangrove ini.
Jadi, pohon mangrove yang sebagian akarnya tertutup plastik tampak stres, tetapi tampaknya mampu menahan efek mati lemas sebagian. Namun pohon mangrove yang seluruh zona akarnya tertutup plastik pada akhirnya akan mati.
"Temuan kami menunjukkan bahwa pohon mangrove tertekan oleh tingkat polusi plastik saat ini, terutama di dekat sumber plastik yang salah kelola," tegas para peneliti.
Oleh karena itu, para peneliti menyarankan pentingnya pengelolaan sampah plastik bersamaan dengan upaya restorasi konvensional seperti penanaman mangrove atau rehabilitasi habitat demi hasil konservasi mangrove yang lebih optimal.
Artikel ini adalah bagian dari sinergi inisiatif Lestari KG Media bersama Saya Pilih Bumi, Sisir Pesisir dengan media National Geographic Indonesia, Initisari, Infokomputer, dan GridOto.