Asal-usul Cinta Sejati dan Belahan Jiwa Menurut Mitologi Yunani

By Ricky Jenihansen, Jumat, 21 Juli 2023 | 08:00 WIB
Manusia awal dalam mitologi Yunani memiliki dua wajah, empat tangan dan empat kaki. (Plato Symposium)

Nationalgeographic.co.id—Aristophanes dalam kisah fantastiknya tentang asal-usul cinta dalam Simposium Plato mengatakan, "Pada awalnya, manusia adalah androgini." Aristophanes adalah dramawan Yunani Kuno yang terkenal dengan karya-karyanya.

Menurut Firmin DeBrabander, Profesor Filsafat, Institut Seni Maryland, ungkapan Aristophanes adalah bagaimana mitologi Yunani kuno memandang asal-usul cinta dan belahan jiwa.

DeBrabander kepada Greek Reporter mengatakan, Aristophanes menganggap bahwa manusia awal tidak hanya memiliki kedua set orang seksual. Akan tetapi mereka dilengkapi dengan dua wajah, empat tangan, dan empat kaki.

Manusia-manusia awal androgini ini sangat cepat – bergerak seperti roda. Mereka juga cukup kuat, begitu kuat dan pada kenyataannya, para dewa khawatir dengan kekuasaan mereka.

Dengan kenyataan tersebut, Zeus, raja para dewa Yunani ingin melemahkan manusia awal yang androgini ini. Zeus memutuskan untuk memotong masing-masing menjadi dua.

Zeus juga memerintahkan putranya Apollo untuk menjaganya, memastikan setiap orang akan melihat bahwa dia telah dipotong. Hal itu dapat menjadi peringatan untuk menjaga ketertiban dunia menjadi dengan lebih baik.

Namun, jika manusia terus menimbulkan ancaman, Zeus berjanji untuk memotong mereka lagi, dan mereka harus berjalan dengan satu kaki, melompat!.

Manusia awal yang terbelah adalah kelompok yang menyedihkan, Aristophanes berkata: "(Masing-masing) merindukan separuh lainnya, jadi mereka akan saling berpelukan, menyatukan diri bersama, ingin tumbuh bersama."

Akhirnya, Zeus, tergerak oleh rasa kasihan. Zeus memutuskan untuk meletakan organ seksual mereka di depan, sehingga mereka dapat mencapai kepuasan saat berpelukan.

Rupanya, telah lalai dengan perbuatannya. Dan seperti yang dijelaskan Aristophanes, manusia yang terbelah ini telah "melempar benih dan membuat anak, bukan di satu sama lain, tetapi di tanah, seperti jangkrik".

Seperti itulah Aristophanes menjelaskan asal-usul cinta pada Simposium. Sementara karakter Plato ikut bergiliran menulis pidato tentang asal-usul cinta—diselingi dengan minuman keras.

Tidak salah lagi bahwa Aristhophanes memberikan pidato yang paling aneh tentang Plato.