Kisah Dramatis Oppenheimer: Nyaris Dipecat dari Proyek Manhattan

By Tri Wahyu Prasetyo, Jumat, 21 Juli 2023 | 11:00 WIB
J. Robert Oppenheimer. (Getty Images)

Nationalgeographic.co.id—FilmOppenheimer” besutan Christopher Nolan, telah tayang di bioskop pada 21 Juli kemarin. Kemunculan film tersebut, membuat nama Oppenheimer kembali diperbincangkan oleh publik di seluruh dunia.

Sejak berakhirnya Perang Dunia II, para sejarawan dan seniman telah terpesona oleh J. Robert Oppenheimer. Berbagai film dokumenter, novel, film layar lebar, serta karya lainya, telah mengeksplorasi kehidupan maupun warisan fisikawan yang brilian dan misterius ini.

Oppenheimer, memang memiliki berbagai kisah yang menarik. Salah satu yang menarik ialah ketika ia dipercaya untuk menjadi salah satu pemimpin proyek senjata atom ini, namun disisi lain menjadi orang yang dicurigai.

Sebuah Proyek Rahasia

Semuanya dimulai pada tahun 1939, ketika beberapa ilmuwan terkemuka, termasuk Albert Einstein, mengungkapkan kekhawatiran bahwa Nazi Jerman mungkin sedang mengembangkan senjata atom. 

Buntut dari kecurigaan itu, pemerintah Amerika Serikat membentuk sebuah proyek yang sangat rahasia untuk mengejar pengembangan senjata atom mereka sendiri.

Penelitian awal dilakukan di Universitas Columbia di New York City dengan memberi nama sandi "Proyek Manhattan" pada misi tersebut.

Menyitir Neil Kagan bersama rekannya Stephen Hyslop, pada laman National Geographic, bahwa untuk memastikan kerahasiaan yang sangat tinggi, “Proyek Manhattan dibagi menjadi beberapa lokasi terpencil di seluruh Amerika Serikat.”

Pada akhirnya, lebih dari 130.000 orang terlibat dalam penelitian ini. Proyek ini tidak dilakukan di satu tempat saja, melainkan ada tiga lokasi utama yang masing-masing memiliki fasilitas berbeda.

Lokasi satu ada di Oak Ridge, Tennessee, yang berfokus pada pengayaan uranium. Kemudian di Hanford, Washington, tempat dibangunnya fasilitas produksi plutonium. Dan terakhir Los Alamos, New Mexico, tempat berlangsungnya sebagian besar penelitian dan desain senjata.

Gerbang utama di Laboratorium Los Alamos. (CORBIS/GETTY IMAGE)

“Hanya beberapa orang terpilih yang mengetahui ruang lingkup dan tujuan penuh dari pekerjaan mereka,” jelas Kagan. Hal ini dilakukan semata-mata “untuk menjaga kerahasiaan proyek ini.”

Salah satu dari para pemimpin proyek ini adalah fisikawan teoretis J. Robert Oppenheimer, direktur Los Alamos. Namun, semua tidak sesederhana itu, karena Oppenheimer yang berusia 39 tahun itu sendiri dicurigai.

Kecurigaan kepada Oppenheimer

Oppenheimer tiba di New Mexico pada bulan April 1943 untuk memimpin laboratorium pemerintah yang baru di Los Alamos. Keberadaannya adalah sangat penting bagi Proyek Manhattan yang sangat rahasia.

Namun, ia belum memiliki izin keamanan. Hal ini disebabkan karena FBI dan G-2 (badan intelijen Angkatan Darat Amerika) menaruh curiga sebagai ‘orang tidak aman’. Oppenheimer dituduh berhubungan dengan jaringan mata-mata yang dijalankan oleh sekutu Soviet Amerika.

Seorang perwira G-2 di Los Alamos menuduhnya "memainkan peran penting dalam upaya Uni Soviet untuk mendapatkan, melalui spionase, informasi yang sangat rahasia yang sangat penting bagi keamanan Amerika Serikat."

Tuduhan tersebut berasal dari fakta bahwa beberapa orang yang dekat dengan Oppenheimer adalah anggota Partai Komunis di masa lalu atau sekarang.

Oppenheimer membantah bahwa dirinya bergabung dengan partai tersebut. Namun ketika mengajar di University of California, ia telah mendukung tujuan-tujuan yang membuatnya berhubungan dengan Komunis atau simpatisan komunis.

Di sisi lain, ia juga mendukung anggota Brigade Abraham Lincoln. Perlu diketahui bahwa Brigade Abraham Lincoln adalah kelompok yang menentang Undang-Undang Netralitas Amerika Serikat. Mereka bertempur di Spanyol melawan Francisco Franco, diktator yang didukung oleh Hitler dan Mussolini.

“Oppenheimer memang memiliki kebencian yang sama dengan para pejuang tersebut terhadap fasisme dan membantu kerabat Yahudi dan ilmuwan Yahudi di Jerman untuk melarikan diri dari rezim Nazi,” jelas Kagan.

Bergerak maju

Pekerjaan Oppenheimer berhasil diselamatkan oleh seorang perwira yang sangat memperhatikan keamanan—Brigjen Leslie Groves, direktur Proyek Manhattan.

Melalui anak buahnya di Los Alamos, Kapten John Lansdale, Groves menyimpulkan bahwa Oppenheimer bukanlah seorang komunis. 

Groves percaya bahwa Oppenheimer secara khusus memenuhi syarat untuk mengatasi tantangan membangun bom atom. Ia juga dinilai mampu mengelola para ilmuwan brilian lainnya, yang egonya mudah terluka.

Salah satu ilmuwan temperamental tersebut yaitu Edward Teller. Ia menjelaskan mengapa Oppenheimer sangat cocok untuk pekerjaan itu: 

"Ia tahu bagaimana mengatur, membujuk, melucu, menghibur, menenangkan perasaan, bagaimana memimpin dengan kuat tanpa terlihat seperti memimpin... Keberhasilan Los Alamos yang luar biasa tumbuh dari kecemerlangan, antusiasme, dan kharisma yang digunakan Oppenheimer untuk memimpinnya."

Setelah diterima kembali oleh Groves, Oppenheimer mulai bekerja, mengemban tugas monumental untuk melepaskan energi atom.

Para ilmuwan Oppenheimer di Los Alamos telah menerima bahan bakar yang cukup dari Oak Ridge dan Hanford. Pada saat itu cukup untuk memproduksi dua jenis bom, “satu berbahan bakar uranium-235 dan satu lagi berbahan bakar plutonium-239,” jelas Kagen.

Secara senyap, bom-bom tersebut diuji coba pada bulan Juli 1945 di gurun New Mexico yang terpencil atau dikenal dengan situs Trinity. Sebuah bola api melesat ke langit, dikelilingi oleh awan jamur raksasa yang luasnya sekitar 40.000 meter.

Ledakan nuklir pertama yang dilakukan oleh Angkatan Darat Amerika Serikat pada tanggal 16 Juli 1945 di gurun Jornada del Muerto, New Mexico. Uji coba ini dilakukan dengan nama sandi Trinity. (UNIVERSAL IMAGES GROUP VIA GETTY IMAGES)

Dampak dari ledakan uji coba itu, bangunan-bangunan mengalami guncangan hingga Kota El Paso, yang berjarak sekitar 426 kilometer.

Namun Departemen Pertahanan tidak membiarkan berita itu tersebar. Polisi negara bagian melaporkan bahwa itu adalah ledakan yang tidak disengaja di sebuah kamp Angkatan Darat. 

Seorang pria yang sedang melakukan perjalan melintasi New Mexico, melihat langit menyala. Ia menyampaikan kepada surat kabar di Chicago, bahwa dirinya telah menyaksikan meteor raksasa. Kesaksiannya terbit dalam bentuk artikel singkat.

Keesokan harinya FBI mengunjungi kantor penerbit, memintanya untuk melupakan cerita tersebut, dan cerita itu tidak pernah muncul kembali.

Akhir dari sebuah rahasia

Presiden Harry S. Truman sedang bersiap untuk bertemu dengan pemimpin Soviet Joseph Stalin dan Perdana Menteri Inggris Winston Churchill pada Juli 1945 di Potsdam. Mereka membahas perdamaian pasca perang, setelah Truman mengetahui keberhasilan uji coba di Situs Trinity.

Ia kemudian memberi tahu pemimpin Soviet tentang rahasia besar itu. Faktanya, Stalin sudah mengetahui tentang bom tersebut., dibantu oleh mata-mata di Los Alamos yang sejauh ini berhasil lolos dari deteksi. Di waktu yang sama, program senjata nuklir Soviet juga sedang berlangsung.

Deklarasi Potsdam dikeluarkan pada tanggal 26 Juli 1945, yang menyerukan Jepang untuk menyerah tanpa syarat atau menghadapi "kehancuran yang cepat dan menyeluruh."

Jepang mau menyerah, namun dengan syarat Kaisar Hirohito diizinkan untuk tetap berkuasa. Syarat tersebut mendapat penolakan dari Truman, yang artinya Jepang juga menolak deklarasi tersebut.

“Dua ledakan atom yang mematikan akhirnya memaksa Hirohito untuk menyerah,” jelas Kagen. Serangan pertama melibatkan bom uranium yang dilepasakan pada tanggal 6 Agustus 1945. Menyusul tiga hari berikutnya, ledakan kedua terjadi di Nagasaki, dengan bom plutonium.

“Lebih dari 150.000 orang tewas dalam serangan tersebut, dan ribuan lainnya terkontaminasi oleh radioaktif dan meninggal dunia,” tegas Kagen.