Pelayan Machu Picchu Berasal dari Negeri Taklukan Kekaisaran Inca

By Ricky Jenihansen, Minggu, 30 Juli 2023 | 10:00 WIB
Pelayan Machu Picchu ternyata berasal dari negeri taklukan Kekaisaran Inca. (traumlichtfabrik)

Nationalgeographic.co.id—Hasil studi baru tim peneliti internasional mengungkapkan bahwa pelayan Machu Picchu ternyata berasal dari negeri taklukan Kekaisaran Inca. Dalam studi ini mereka menganalisis DNA kuno dari sisa-sisa manusia yang terkubur di Machu Picchu.

Riset tersebut menemukan bahwa pria dan wanita yang melayani bangsawan Kekaisaran Inca di Machu Picchu bukanlah penduduk setempat. Mereka datang dari negeri jauh yang telah ditaklukkan oleh kekaisaran Inca.

Tim peneliti internasional menganalisis DNA kuno lebih dari 30 orang yang dimakamkan di Machu Picchu. Sisa-sisa manusia itu kemungkinan adalah pelayan elite Kekaisaran Inca.

Peneliti kemudian membandingkan data genetik dengan DNA kuno dari sisa-sisa manusia purba lainnya dan orang-orang modern dari wilayah tersebut.

Hasilnya mengungkapkan bahwa para pelayan berasal dari seluruh dataran tinggi Andes, serta dari sepanjang pantai Peru.

Hasil penelitian itu telah diterbitkan belum lama ini dalam makalah di jurnal Science Advances. Makalah tersebut dipublikasikan dengan judul "Insights into the genetic histories and lifeways of Machu Picchu’s occupants".

Siapa yang tinggal di Machu Picchu?

Orang Inca menguasai wilayah Andean di Amerika Selatan dari awal abad ke-15 hingga pertengahan abad ke-16, ketika Spanyol menggulingkan Kekaisaran Inca.

Lebih dari seabad sebelum invasi Spanyol, orang Inca membangun sebuah istana besar di pegunungan Peru selatan. Istana itu kemungkinan besar untuk Kaisar Inca Pachacuti, yang memerintah dari tahun 1438 hingga 1471.

Namun sedikit yang diketahui tentang asal-usul dan kehidupan para pelayan yang memerintah perkebunan Machu Picchu.

Sekitar 750 orang tinggal di Machu Picchu selama musim puncak antara Mei dan Oktober. Mereka yang tinggal termasuk kaisar, anggota keluarga kekaisaran Inca lainnya, serta tamu dan pelayan tetap.

Menurut penelitian tersebut, banyak bangsawan dilayani oleh pria yang dikenal sebagai "yanacona", yang bukan orang Inca. Sebaliknya, mereka sering diambil dari tanah yang ditaklukkan dan dipersembahkan sebagai hadiah kepada kaisar.

Wanita yang dikenal sebagai "aclla" juga disingkirkan dari tanah air mereka dan diberikan sebagai istri kepada para pelayan laki-laki ini.

Peta Amerika Selatan yang menampilkan asal-usul genetik dari kelompok yang diselidiki dalam penelitian ini. (Salazar, L et al.)

Bersama-sama, yanacona dan aclla melayani kebutuhan kaisar dan tamunya saat mereka berpesta, bernyanyi, menari, dan berburu, serta melakukan upacara keagamaan penting.

Selama seabad terakhir pekerjaan arkeologi di Machu Picchu, para peneliti telah menemukan kuburan hampir 200 orang yang meninggal antara tahun 1420 dan 1532.

Berdasarkan keramik bergaya non-Inca yang dikubur bersama individu-individu di permakaman, telah lama diasumsikan bahwa gua permakaman ini menyimpan sisa-sisa pelayan yanacona dan aclla. Mereka melayani keluarga Kekaisaran Inca selama periode tersebut.

Penelitian sebelumnya yang menggunakan analisis biokimia juga menunjukkan tingkat keragaman etnis yang tinggi di antara populasi permakaman Machu Picchu.

Para peneliti kemudian menganalisis data DNA kuno dari 34 orang yang ditemukan di empat kuburan di Machu Picchu. Mereka juga menganalisis DNA dari 36 orang modern dan kuno dari Lembah Urubamba, juga disebut Lembah Suci, di utara ibu kota Inca di Cusco.

Pengujian tersebut untuk menguji hipotesis lebih lanjut bahwa orang yang dimakamkan di Machu Picchu adalah pelayan yang dibawa ke sana dari berbagai bagian Amerika Selatan.

Hasilnya mengungkapkan bahwa "Machu Picchu secara substansial lebih beragam secara genetik daripada desa pedesaan kontemporer di Andes," menurut penelitian mereka yang dipimpin oleh Lucy Salazar, seorang arkeolog di University of Yale.

Selain itu, tim menemukan perbedaan yang signifikan antara keturunan genetik pelayan laki-laki dan perempuan. Kebanyakan individu laki-laki berasal dari daerah dataran tinggi, sedangkan individu perempuan memiliki keturunan non-dataran tinggi yang jauh lebih beragam.

Para peneliti kemudian menganalisis data DNA kuno dari 34 orang yang ditemukan di empat kuburan di Machu Picchu Kekaisaran Inca. (inkl)

Dalam menguji kerangka untuk keterkaitan biologis, para peneliti hanya menemukan sepasang kerabat tingkat pertama. Yaitu seorang ibu dan anak perempuan yang dikubur berdekatan.

Sang ibu tampaknya berasal dari dataran rendah Amazon, sedangkan putrinya dibesarkan di dataran tinggi atau pesisir Andes.

Kurangnya bukti hubungan biologis menunjukkan, bahwa para pelayan tiba di Machu Picchu sebagai individu dan bukan sebagai komunitas atau keluarga besar, demikian kesimpulan para peneliti.

Ken-ichi Shinoda, seorang antropolog mengatakan kepada Live Science, penting untuk mengetahui bahwa Machu Picchu adalah kota penting pada saat itu.

"Itu tidak mengherankan jika orang-orang dari berbagai wilayah Andes berkumpul di sini," kata Shinoda yang juga direktur Museum Nasional Alam dan Sains Jepang yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.

Shinoda dan timnya sebelumnya menganalisis DNA kuno dari kerangka di situs permakaman non-elite di sekitar Machu Picchu dan menemukan keragaman genetik yang jauh lebih sedikit.

Kerangka dalam studi baru, yang telah digali, dibawa ke University of Yale pada tahun 1912. Kerangka itulah yang kemudian menjadi subjek klaim repatriasi sampai semuanya dikembalikan ke Peru pada tahun 2012.

Sebelumnya, "Saya tidak dapat menganalisisnya," kata Shinoda. "Sekarang ini menjadi mungkin, saya senang bahwa penemuan baru telah dibuat."